sponsor

sponsor

Slider

Theme images by kelvinjay. Powered by Blogger.

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Search This Blog

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Archive

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Author Details

Templatesyard is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design. The main mission of templatesyard is to provide the best quality blogger templates which are professionally designed and perfectlly seo optimized to deliver best result for your blog.

Ad Home

LightBlog

Breaking

Header Ads

ad

Featured

Contact Form

Name

Email *

Message *

Categories

Popular

Recent Tube

Business

Technology

Life & style

Games

Sports

Fashion

» » Nikmatnya Menjadi Budak Sex Majikanku..

Nikmatnya Menjadi Budak Sex Majikanku..

Cerita Dewasa - Hingga kini, kisah ini masih sering terlintas dalam benak dan pikiranku. Entah suatu keberuntungankah atau kepedihan bagi si pelaku. Yang jelas dia sudah mendapatkan pengalaman berharga dari apa yang dialaminya. Sebut saja namaya si Ujang. Berasal dari kampung yang sebenarnya tidak jauh-jauh sekali dari kota Y. Di kota Y inilah dia numpang hidup pada seorang keluarga kaya. Suami istri berkecukupan dengan seorang lagi pembantu wanita Siti, dengan usia kurang lebih diatas Ujang 2-3 tahun. Ujang sendiri berumur 15 tahun jalan.

Suatu hari nyonya majikannya yang masih muda, Ibu Melinda atau biasa mereka memanggil Bu Linda, mendekati mereka berdua yang tengah sibuk di dapur yang terletak di halaman belakang, di depan kamar si Ujang.

“Siti.., besok lusa Bapak hendak ke Kalimantan lagi. Tolong siapkan pakaian secukupnya jangan lupa sampai ke kaos kakinya segala..” perintahnya.


“Kira-kira berapa hari Bu..?” tanya Siti hormat.

“Cukup lama.. mungkin hampir satu bulan.”

“Baiklah Bu..” tukas Siti mahfum.

Nikmatnya Menjadi Budak Sex Majikanku..


Bu Linda segera berlalu melewati Ujang yang tengah membersihkan tanaman di pekarangan belakang tersebut. Dia mengangguk ketika Ujang membungkuk hormat padanya.
Ibu Linda majikannya itu masih muda, paling tua mungkin sekitar 30 tahunan, begitu Siti pernah cerita kepadanya. Mereka menikah belum lama dan termasuk lambat karena keduanya sibuk di study dan pekerjaan. Namun setelah menikah, Bu Linda nampaknya lebih banyak di rumah. Walaupun sifatnya hanya sementara, sekedar untuk jeda istirahat saja.
Dengan perawakan langsing, dada tidak begitu besar, hidung mancung, bibir tipis dan berkaca mata serta kaki yang lenjang, Bu Linda terkesan angkuh dengan wibawa intelektualitas yang tinggi. Namun kelihatan kalau dia seorang yang baik hati dan dapat mengerti kesulitan hidup orang lain meski dalam proporsi yang sewajarnya. Dengan kedua pembantunya pun tidak begitu sering berbicara. Hanya sesekali bila perlu. Namun Ujang tahu pasti Siti lebih dekat dengan majikan perempuannya, karena mereka sering bercakap-cakap di dapur atau di ruang tengah bila waktunya senggang.
Beberapa hari kepergian Bapak ke Kalimantan, Ujang tanpa sengaja menguping pembicaraan kedua wanita tersebut.

“Itulah Nah.. kadang-kadang belajar perlu juga..” suara Bu Linda terdengar agak geli.


“Di kampung memang terus terang saya pernah Bu..” Siti nampak agak bebas menjawab.

“O ya..?”

“Iya.. kami.. sst.. pss..” dan seterusnya Ujang tidak dapat lagi menangkap isi pembicaraan tersebut. Hanya kemudian terdengar tawa berderai mereka berdua.

Ujang mulai lupa percakapan yang menimbulkan tanda tanya tersebut karena kesibukannya setiap hari. Membersihkan halaman, merawat tanaman, memperbaiki kondisi rumah, pagar dan sebagainya yang dianggap perlu ditangani. Hari demi hari berlalu begitu saja. Hingga suatu sore, Ujang agak terkejut ketika dia tengah beristirahat sebentar di kamarnya.
Tiba-tiba pintu terbuka, “Kriieet.. Blegh..!” pintu itu segera menutup lagi.

Dihadapannya kini Bu Linda, majikannya berdiri menatapnya dengan pandangan yang tidak dapat ia mengerti.

“Ujang..” suaranya agak serak.

“Jangan kaget.. nggak ada apa-apa. Ibu hanya ada perlu sebentar..”


“Maaf Bu..!” Ujang cepat-cepat mengenakan kaosnya.

Barusan dia hanya bercelana pendek. Bu Linda diam dan memberi kesempatan Ujang mengenakan kaosnya hingga selesai. Nampaknya Bu Linda sudah dapat menguasai diri lagi. Dengan mimik biasa dia segera menyampaikan maksud kedatangannya.

“Hmm..,” dia melirik ke pintu.

“Ibu minta kamu nggak usah cerita ke siapa-siapa. Ibu hanya perlu meminjam sesuatu darimu..”


Kemudian dia segera melemparkan sebuah majalah.
“Lihat dan cepatlah ikuti perintah Ibu..!” suara Bu Linda agak menekan.
Agak gelagapan Ujang membuka majalah tersebut dan terperangah mendapati berbagai gambar yang menyebabkan nafasnya langsung memburu. Meski orang kampung, dia mengerti apa arti semua ini. Apalagi jujur dia memang tengah menginjak usia yang sering kali membuatnya terbangun di tengah malam karena bayangan dan hawa yang menyesakkan dada bila baru nonton TV atau membaca artikel yang sedikit nyerempet ke arah “itu”.

Sejurus diamatinya Bu Linda yang tengah bergerak menuju pintu. Beliau mengenakan kaos hijau ketat, sementara bawahannya berupa rok yang agak longgar warna hitam agak berkilat entah apa bahannya. Segera tangan putih mulus itu menggerendel pintu.
Kemudian.., 

“Berbaringlah Ujang.. dan lepaskan celanamu..!” Agak ragu Ujang mulai membuka.


“Dalemannya juga..” agak jengah Bu Linda mengucapkan itu.

Dengan sangat malu Ujang melepaskan CD-nya. Sejenak kemudian terpampanglah alat pribadinya ke atas.

Lain dari pikiran Ujang, ternyata Bu Linda tidak segera ikut membuka pakaiannya. Dengan wajah menunduk tanpa mau melihat ke wajahnya, dia segera bergerak naik ke atas tubuhnya. Ujang merasakan desiran hebat ketika betis mereka bersentuhan.
Naik lagi.. kini Ujang bisa merasakan halusnya paha majikannya itu bersentuhan dengan paha atasnya. Naik lagi.. dan.. Ujang merasakan seluruh tulang belulangnya kena setrum ribuan watt ketika ujung alat pribadinya menyentuh bagian lunak empuk dan basah di pangkal paha Bu Linda.

Tanpa memperlihatkan sedikitpun bagian tubuhnya, Bu Linda nampaknya hendak melakukan persetubuhan dengannya. Ujang menghela nafas dan menelan ludah ketika tangan lembut itu memegang alatnya dan, “Bleesshh..!”
Dengan badan bergetar antara lemas dan kaku, Ujang sedikit mengerang menahan geli dan kenikmatan ketika barangnya dilumat oleh daging hangat nan empuk itu.

Dengan masih menunduk Bu Linda mulai menggoyangkan pantatnya. Tangannya menepis tangan Ujang yang secara naluriah hendak merengkuhnya.

“Hhh.. ehh.. sshh.. ” kelihatan Bu Linda menahan nafasnya.


“Aakh.. Bu.. saya.. saya nggak tahan..” Ujang mulai mengeluh.

“Tahann sebentar.. sebentar saja..!” Bu Linda nampak agak marah mengucapkan itu, keringatnya mulai bermunculan di kening dan hidungnya.

Sekuat tenaga Ujang menahan aliran yang hendak meledak di ujung peralatannya. Di atasnya Bu Linda terus berpacu.. bergerak semakin liar hingga dipan tempat mereka berada ikut berderit-derit. Makin lama semakin cepat dan akhirnya nampak Bu Linda mengejang, kepalanya ditengadahkan ke atas memperlihatkan lehernya yang putih berkeringat.

“Aaahhkhh..!”


Sejurus kemudian dia berhenti bergoyang. Lemas terkulai namun tetap pada posisi duduk di atas tubuh Ujang yang masih bergetar menahan rasa. Nafasnya masih memburu.

Beberapa saat kemudian, “Pleph..!” tiba-tiba Bu Linda mencabut pantatnya dari tubuh Ujang.

Dia segera berdiri, merapihkan rambutnya dan roknya yang tersingkap sebentar.

Kemudian, “Jangan cerita kepada siapapun..!” tandasnya, “Dan bila kamu belum selesai, kamu bisa puaskan ke Siti.. Ibu sudah bicara dengannya dan dia bersedia..” tukasnya cepat dan segera berjalan ke pintu lalu keluar.

Ujang terhenyak di atas kasurnya. Sejenak dia berusaha menahan degup jantungnya. Diambilnya nafasdalam-dalam. Sambil sekuat tenaga meredam denyutan di ujung penisnya yang terasa mau menyembur cepat itu. Setelah bisa tenang, dia segera bangkit, mengenakan pakaiannya kemudian berbaring. nafasnya masih menyisakan birahi yang tinggi namun kesadarannya cepat menjalar di kepalanya. Dia sadar, tak mungkin dia menuntut apapun pada majikan yang memberinya hidup itu. Namun sungguh luar biasa pengalamannya tersebut. Tak sedikitpun terpikir, Bu Linda yang begitu berwibawa itu melakukan perbuatan seperti ini.
Dada Ujang agak berdesir teringat ucapan Bu Linda tentang Siti. Terbayang raut wajah Siti yang dalam benaknya lugu, tetapi kenapa mau disuruh melayaninya..? Ujang menggelengkan kepala.. Tidak..! biarlah perbuatan bejat ini antara aku dan Bu Linda. Tak ingin dia melibatkan orang lain lagi. Perlahan tapi pasti Ujang mampu mengendapkan segala pikiran dan geUjanglak perasaannya. Beberapa menit kemudian dia terlelap, hanyut dalam kenyamanan yang tanggung dan mengganjal dalam tidurnya.
Perlakuan Bu Linda berlanjut tiap kali suaminya tidak ada di rumah. Selalu dan selalu dia meninggalkan Ujang dalam keadaan menahan geUjanglak yang menggelegak tanpa penyelesaian yang layak. Beberapa kali Ujang hendak meneruskan hasratnya ke Siti, tetapi selalu diurungkan karena dia ragu-ragu, apakah semuanya benar-benar sudah diatur oleh majikannya atau hanyalah alasan Bu Linda untuk tidak memberikan balasan pelayanan kepadanya.
Hingga akhirnya pada suatu malam yang dingin, di luar gerimis dan terdengar suara-suara katak bersahutan di sungai kecil belakang rumah dengan rythme-nya yang khas dan dihafal betul oleh Ujang. Dia agak terganggu ketika mendengar daun pintu kamarnya terbuka.

“Kriieet..!” ternyata Bu Linda.


Nampak segera melangkah masuk kamar. Malam ini beliau mengenakan daster merah jambu bergambar bunga atau daun-daun apa Ujang tidak jelas mengamatinya. Karena segera dirasakannya nafasnya memburu, kerongkongannya tercekat dan ludahnya terasa asin. Wajahnya terasa tebal tak merasakan apa-apa.

Agak terburu-buru Bu Linda segera menutup pintu. Tanpa bicara sedikitpun dia menganggukkan kepalanya. Ujang segera paham. Dia segera menarik tali saklar di kamarnya dan sejenak ruangannya menjadi remang-remang oleh lampu 5 watt warna kehijauan. Sementara menunggu Ujang melepas celananya, Bu Linda nampak menyapukan pandangannya ke seantero kamar.

“Hmm.. anak ini cukup rajin membersihkan kamarnya..” pikirnya.


Tapi segera terhenti ketika dilihatnya “alat pemuasnya” itu sudah siap.

Dan.., kejadian itu terulang kembali untuk kesekian kalinya. Setelah selesai Bu Linda segera berdiri dan merapihkan pakaiannya. Dia hendak beranjak ketika tiba-tiba teringat sesuatu.

“Oh Ibu lupa..” terhenti sejenak ucapannya.

Ujang berpikir keras.. kurang apa lagi..? Jujur dia mulai tidak tahan mengatasi nafsunya tiap kali ditinggal begitu saja, ingin sekali dia meraih pinggang sexy itu tiap kali hendak keluar dari pintu.Lanjutnya, 

“Hmm.. Siti pulang kampung pagi tadi..” dengan wajah agak masam Bu Linda segera mengurungkan langkahnya.


“Rasanya tidak adil kalau hanya Ibu yang dapat. Sementara kamu tertinggal begitu saja karena tidak ada Siti..”

Ujang hampir keceplosan bahwa selama ini dia tidak pernah melanjutkan dengan Siti. Tapi mulutnya segera dikuncinya kuat-kuat. Dia merasa Bu Linda akan memberinya sesuatu. Ternyata benar.. Perempuan itu segera menyuruhnya berdiri.

“Terpaksa Ibu melayani kamu malam ini. Tapi ingat.., jangan sentuh apapun. Kamu hanya boleh melakukannya sesuai dengan yang Ibu lakukan kepadamu..”
Kemudian Bu Linda segera duduk di tepi ranjang. Dirainya bantal untuk ganjal kepalanya. Sejuruskemudian dia membuka pahanya. Matanya segera menatap Ujang dan memberinya isyarat.


“..” Ujang tergagap. Tak mengira akan diberi kesempatan seperti itu.

Dalam cahaya kamar yang minim itu dadanya berdesir hebat melihat sepasang paha mulus telentang. Di sebelah atas sana nampak dua bukit membuncah di balik BH warna krem yang muncul sedikit di leher daster. Dengan pelan dia mendekat. Kemudian dengan agak ragu selangkangannya diarahkan ke tengah diantara dua belah paha mulus itu. Nampak Bu Linda memalingkan wajah ke samping jauh.. sejauh-jauhnya.

“Degh.. degh..” Ujang agak kesulitan memasukkan alatnya.

Karena selama ini dia memang pasif. Sehingga tidak ada pengalaman memasukkan sama sekali. Tapi dia merasakan nikmat yang luar biasa ketika kepala penisnya menyentuh daging lunak dan bergesekan dengan rambut kemaluan Bu Linda yang tebal itu. Hhh..! Nikmat sekali. Bu Linda menggigit bibir. Ingin rasanya menendang bocah kurang ajar ini. Tapi dia segera menyadari ini semua dia yang memulai. Badannya menggelinjang menahan geli ketika dengan agak paksa namun tetap pelan Ujang berhasil memasukkan penisnya (yang memang keras dan lumayan itu) ke peralatan rahasianya.

Beberapa saat kemudian Ujang secara naluriah mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur.

“Clep.. clep.. clep..!” bunyi penisnya beradu dengan vagina Bu Linda yang basah belum dicuci setelah persetubuhan pertama tadi.


“Plak.. plak.. plakk..,” kadang Ujang terlalu kuat menekan sehingga pahanya beradu dengan paha putih mulus itu.

“Ohh.. enak sekali..” pikir Ujang.

Dia merasakan kenikmatan yang lebih lagi dengan posisi dia yang aktif ini.

“Ehh.. shh.. okh..,” Ujang benar-benar tak kuasa lagi menutupi rasa nikmatnya.

Hampir beberapa menit lamanya keadaan berlangsung seperti itu. Sementara Ujang selintas melirik betapa wajah Bu Linda mulai memerah. Matanya terpejam dan dia melengos ke kiri, kadang ke kanan.

“Hkkhh..” Bu Linda berusaha menahan nafas.


Mulanya dia berfikir pelayanannya hanya akan sebentar karena dia tahu anak ini pasti sudah diujung “konak”-nya.
Tapi ternyata, “Huoohh..,” Bu Linda merasakan otot-otot kewanitaannya tegang lagi menerima gesekan-gesekan kasar dari Ujang.
Dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak terbangkitkan nafsunya.

Ujang terus bergoyang, berputar, menyeruduk, menekan dan mendorong sekuat tenaga. Dia benar-benar sudah lupa siapa wanita yang dihadapannya ini. yang terfikir adalah keinginan untuk cepat mengeluarkan sesuatu yang terasa deras mengalir dipembuluh darahnya dan ingin segeradikeluarkannya ..!!”Ehh..” Bu Linda tak mampu lagi membendung nafsunya.

Daster yang tadinya dipegangi agar tubuhnya tidak banyak tersingkap itu terlepas dari tangannya, sehingga kini tersingkap jauh sampai ke atas pinggang. Melihat pemandangan ini Ujang semakin terangsang. Dia menunduk mengamati alatnya yang serba hitam, kontras dengan tubuh putih mulus di depannya yang mulai menggeliat-geliat, sehingga menyebabkan batang kemaluannya semakin teremas-remas.

“Ohh.. aduh.. Bu..,” Ujang mengerang pelan penuh kenikmatan.

Yang jelas Bu Linda tak akan mendengarnya karena beliau sendiri tengah berjuang melawan rangsangan yang semakin dekat ke puncaknya.


“Okh.. hekkhh..” Bu Linda menegang, sekuat tenaga dia menahan diri, tapi sodokan itubenar-benar kuat dan tahan. Diam-diam dia kagum dengan stamina anak ini.

Akhirnya karena sudah tidak mampu lagi menahan, Bu Linda segera mengapitkan kedua pahanya, tanganya meraih sprei, meremasnya, dan.., “Aaakkhh..!” dia mengerang nikmat. Orgasmenya yang kedua dari si Ujang malam ini. Sementara si Ujang pun sudah tak tahan lagi. Saat paha mulus itu menjepit pinggangnya dan kemudian pantat wanita itu diangkat, penisnya benar-benar seperti dipelintir hingga, “Cruuth..! crut.. crut..!” memancar suatu cairan kental dari sana. Ujang merasakan nikmat yang luar biasa. Seperti kencing namun terasa enak campur gatal-gatal gimana.”Ohk.. ehh.. hh,” Ujang terkulai. Tubuhnya bergetar dan dia segera mundur dan mencabut penisnya kemudian terhenyak duduk di kursi sebelah meja di kamarnya. Wajahnya menengadah sementara secara alamiah tangannya terus meremas-remas penisnya, menghabiskan sisa cairan yang ada disana. Ooohh.. enak sekali..
Di ranjang Bu Linda telentang lemas. Benar-benar nikmat persetubuhan yang kedua ini. Beberapa saat dia terkulai seakan tak sadar dengan keadaannya. Bongkahan pantatnya yang mengkal dan mulus itu ter-expose dengan bebas. Rasanya batang kenyal nan keras itu masih menyumpal celah vaginanya. Memberinya sengatan dan sodokan-sodokan yang nikmat. Ujang menatap tubuh indah itu dengan penuh rasa tak percaya. Barusan dia menyetubuhinya, sampai dia juga mendapatkan kepuasan. Benarkah..?
Sementara itu setelah sadar, Bu Linda segera bangkit. Dia membenahi pakaiannya. Terlintas sesuatu yang agak aneh dengan anak ini. Tadi dia merasa betapa panas pancaran sperma yang disemburkannya. Seperti air mani laki-laki yang baru pernah bersetubuh.
“Berapa jam biasanya kamu melakukan ini dengan Siti, Ujang..?” tanya Bu Linda menyelidik. Ujang terdiam. Apakah beliau tidak akan marah kalau dia berterus terang..?


“Kenapa diam..?” Ujang menghela nafas, “Maaf Bu.. belum pernah.”

“Hah..!? Jadi selama ini kamu..?”

“Iya Bu. Saya hanya diam saja setelah Ibu pergi.”

“Oo..,” Bu Linda melongo.

Sungguh tidak diduga sama sekali kalau itu yang selama ini terjadi. Alangkah tersiksanya selama ini kalau begitu. Aku ternyata egois juga. Tapi..?, masa aku harus melayaninya. Apapun dia kan hanya pembantu. Dia hanya butuh batang muda-nya saja untuk memenuhi hasrat sex-nya yang menggebu-gebu terus itu. Selama ini bahkan suami dan pacar-pacarnya dulu tak pernah mengetahuinya. Ini rahasia yang tersimpan rapat.

“Hmm.. baiklah. Ibu minta kamu jangan ceritakan ke siapapun. Sebenarnya Ibu sudah bicara sama Siti mengenai masalah ini. Tapi rupanya kalian tidak nyambung. Ya sudah.. yang penting sekali lagi, pegang rahasia ini erat-erat.. mengerti..?” kembali suaranya berwibawa dan bikin segan.

“Mengerti Bu..,” Ujang menjawab penuh rasa rikuh.


Akhirnya Bu Linda keluar kamar dan Ujang segera melemparkan badannya ke kasur. Penat, lelah, namun nikmat dan terasa legaa.. sekali.

TAMAT


«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply