Nikmatnya Menjadi Budak Sex Majikanku..
Cerita Dewasa - Hingga kini, kisah ini
masih sering terlintas dalam benak dan pikiranku. Entah suatu keberuntungankah
atau kepedihan bagi si pelaku. Yang jelas dia sudah mendapatkan pengalaman
berharga dari apa yang dialaminya. Sebut saja namaya si Ujang. Berasal dari
kampung yang sebenarnya tidak jauh-jauh sekali dari kota Y. Di kota Y inilah
dia numpang hidup pada seorang keluarga kaya. Suami istri berkecukupan dengan
seorang lagi pembantu wanita Siti, dengan usia kurang lebih diatas Ujang 2-3
tahun. Ujang sendiri berumur 15 tahun jalan.
Suatu hari nyonya majikannya yang masih muda, Ibu Melinda atau
biasa mereka memanggil Bu Linda, mendekati mereka berdua yang tengah sibuk di
dapur yang terletak di halaman belakang, di depan kamar si Ujang.
“Siti.., besok lusa Bapak hendak ke Kalimantan lagi. Tolong siapkan pakaian
secukupnya jangan lupa sampai ke kaos kakinya segala..” perintahnya.
“Kira-kira berapa hari Bu..?” tanya Siti hormat.
“Cukup lama.. mungkin hampir satu bulan.”
“Baiklah Bu..” tukas Siti mahfum.
Nikmatnya Menjadi Budak Sex Majikanku..
Beberapa
hari kepergian Bapak ke Kalimantan, Ujang tanpa sengaja menguping pembicaraan
kedua wanita tersebut.
“Itulah Nah.. kadang-kadang belajar perlu juga..” suara Bu Linda terdengar agak
geli.
“Di kampung memang terus terang saya pernah Bu..” Siti nampak agak bebas
menjawab.
“O ya..?”
“Iya.. kami.. sst.. pss..” dan seterusnya Ujang tidak dapat lagi menangkap isi
pembicaraan tersebut. Hanya kemudian terdengar tawa berderai mereka berdua.
Ujang
mulai lupa percakapan yang menimbulkan tanda tanya tersebut karena kesibukannya
setiap hari. Membersihkan halaman, merawat tanaman, memperbaiki kondisi rumah,
pagar dan sebagainya yang dianggap perlu ditangani. Hari demi hari berlalu
begitu saja. Hingga suatu sore, Ujang agak terkejut ketika dia tengah
beristirahat sebentar di kamarnya.
Tiba-tiba pintu terbuka, “Kriieet.. Blegh..!” pintu itu segera menutup lagi.
Dihadapannya kini Bu Linda, majikannya berdiri menatapnya dengan pandangan yang
tidak dapat ia mengerti.
“Ujang..”
suaranya agak serak.
“Jangan kaget.. nggak ada apa-apa. Ibu hanya ada perlu sebentar..”
“Maaf Bu..!” Ujang cepat-cepat mengenakan kaosnya.
Barusan dia hanya bercelana pendek. Bu Linda diam dan memberi kesempatan Ujang
mengenakan kaosnya hingga selesai. Nampaknya Bu Linda sudah dapat menguasai
diri lagi. Dengan mimik biasa dia segera menyampaikan maksud kedatangannya.
“Hmm..,”
dia melirik ke pintu.
“Ibu minta kamu nggak usah cerita ke siapa-siapa. Ibu hanya perlu meminjam
sesuatu darimu..”
Kemudian dia segera melemparkan sebuah majalah.
“Lihat dan cepatlah ikuti perintah Ibu..!” suara Bu Linda agak menekan.
Agak gelagapan Ujang membuka majalah tersebut dan terperangah mendapati
berbagai gambar yang menyebabkan nafasnya langsung memburu. Meski orang
kampung, dia mengerti apa arti semua ini. Apalagi jujur dia memang tengah
menginjak usia yang sering kali membuatnya terbangun di tengah malam karena
bayangan dan hawa yang menyesakkan dada bila baru nonton TV atau membaca
artikel yang sedikit nyerempet ke arah “itu”.
Sejurus
diamatinya Bu Linda yang tengah bergerak menuju pintu. Beliau mengenakan kaos
hijau ketat, sementara bawahannya berupa rok yang agak longgar warna hitam agak
berkilat entah apa bahannya. Segera tangan putih mulus itu menggerendel pintu.
Kemudian..,
“Berbaringlah Ujang.. dan lepaskan celanamu..!” Agak ragu Ujang mulai membuka.
“Dalemannya juga..” agak jengah Bu Linda mengucapkan itu.
Dengan sangat malu Ujang melepaskan CD-nya. Sejenak kemudian terpampanglah alat
pribadinya ke atas.
Lain
dari pikiran Ujang, ternyata Bu Linda tidak segera ikut membuka pakaiannya.
Dengan wajah menunduk tanpa mau melihat ke wajahnya, dia segera bergerak naik
ke atas tubuhnya. Ujang merasakan desiran hebat ketika betis mereka bersentuhan.
Naik lagi.. kini Ujang bisa merasakan halusnya paha majikannya itu bersentuhan
dengan paha atasnya. Naik lagi.. dan.. Ujang merasakan seluruh tulang
belulangnya kena setrum ribuan watt ketika ujung alat pribadinya menyentuh
bagian lunak empuk dan basah di pangkal paha Bu Linda.
Tanpa
memperlihatkan sedikitpun bagian tubuhnya, Bu Linda nampaknya hendak melakukan
persetubuhan dengannya. Ujang menghela nafas dan menelan ludah ketika tangan
lembut itu memegang alatnya dan, “Bleesshh..!”
Dengan badan bergetar antara lemas dan kaku, Ujang sedikit mengerang menahan
geli dan kenikmatan ketika barangnya dilumat oleh daging hangat nan empuk itu.
Dengan
masih menunduk Bu Linda mulai menggoyangkan pantatnya. Tangannya menepis tangan
Ujang yang secara naluriah hendak merengkuhnya.
“Hhh.. ehh.. sshh.. ” kelihatan Bu Linda menahan nafasnya.
“Aakh.. Bu.. saya.. saya nggak tahan..” Ujang mulai mengeluh.
“Tahann sebentar.. sebentar saja..!” Bu Linda nampak agak marah mengucapkan
itu, keringatnya mulai bermunculan di kening dan hidungnya.
Sekuat
tenaga Ujang menahan aliran yang hendak meledak di ujung peralatannya. Di
atasnya Bu Linda terus berpacu.. bergerak semakin liar hingga dipan tempat
mereka berada ikut berderit-derit. Makin lama semakin cepat dan akhirnya nampak
Bu Linda mengejang, kepalanya ditengadahkan ke atas memperlihatkan lehernya
yang putih berkeringat.
“Aaahhkhh..!”
Sejurus kemudian dia berhenti bergoyang. Lemas terkulai namun tetap pada posisi
duduk di atas tubuh Ujang yang masih bergetar menahan rasa. Nafasnya masih
memburu.
Beberapa
saat kemudian, “Pleph..!” tiba-tiba Bu Linda mencabut pantatnya dari tubuh Ujang.
Dia segera berdiri, merapihkan rambutnya dan roknya yang tersingkap sebentar.
Kemudian, “Jangan cerita kepada siapapun..!” tandasnya, “Dan bila kamu belum
selesai, kamu bisa puaskan ke Siti.. Ibu sudah bicara dengannya dan dia
bersedia..” tukasnya cepat dan segera berjalan ke pintu lalu keluar.
Hingga
akhirnya pada suatu malam yang dingin, di luar gerimis dan terdengar
suara-suara katak bersahutan di sungai kecil belakang rumah dengan rythme-nya
yang khas dan dihafal betul oleh Ujang. Dia agak terganggu ketika mendengar
daun pintu kamarnya terbuka.
“Kriieet..!” ternyata Bu Linda.
Nampak segera melangkah masuk kamar. Malam ini beliau mengenakan daster merah
jambu bergambar bunga atau daun-daun apa Ujang tidak jelas mengamatinya. Karena
segera dirasakannya nafasnya memburu, kerongkongannya tercekat dan ludahnya
terasa asin. Wajahnya terasa tebal tak merasakan apa-apa.
Agak
terburu-buru Bu Linda segera menutup pintu. Tanpa bicara sedikitpun dia
menganggukkan kepalanya. Ujang segera paham. Dia segera menarik tali saklar di
kamarnya dan sejenak ruangannya menjadi remang-remang oleh lampu 5 watt warna
kehijauan. Sementara menunggu Ujang melepas celananya, Bu Linda nampak
menyapukan pandangannya ke seantero kamar.
“Hmm.. anak ini cukup rajin membersihkan kamarnya..” pikirnya.
Tapi segera terhenti ketika dilihatnya “alat pemuasnya” itu sudah siap.
Dan.., kejadian itu terulang kembali untuk kesekian kalinya. Setelah selesai Bu
Linda segera berdiri dan merapihkan pakaiannya. Dia hendak beranjak ketika
tiba-tiba teringat sesuatu.
“Oh
Ibu lupa..” terhenti sejenak ucapannya.
Ujang berpikir keras.. kurang apa lagi..? Jujur dia mulai tidak tahan mengatasi
nafsunya tiap kali ditinggal begitu saja, ingin sekali dia meraih pinggang sexy
itu tiap kali hendak keluar dari pintu.Lanjutnya,
“Hmm.. Siti pulang kampung pagi tadi..” dengan wajah agak masam Bu Linda
segera mengurungkan langkahnya.
“Rasanya tidak adil kalau hanya Ibu yang dapat. Sementara kamu tertinggal
begitu saja karena tidak ada Siti..”
Ujang hampir keceplosan bahwa selama ini dia tidak pernah melanjutkan dengan Siti.
Tapi mulutnya segera dikuncinya kuat-kuat. Dia merasa Bu Linda akan memberinya
sesuatu. Ternyata benar.. Perempuan itu segera menyuruhnya berdiri.
“Terpaksa
Ibu melayani kamu malam ini. Tapi ingat.., jangan sentuh apapun. Kamu hanya
boleh melakukannya sesuai dengan yang Ibu lakukan kepadamu..”
Kemudian Bu Linda segera duduk di tepi ranjang. Dirainya bantal untuk ganjal
kepalanya. Sejuruskemudian dia membuka pahanya. Matanya segera menatap Ujang
dan memberinya isyarat.
“..” Ujang tergagap. Tak mengira akan diberi kesempatan seperti itu.
Dalam cahaya kamar yang minim itu dadanya berdesir hebat melihat sepasang paha
mulus telentang. Di sebelah atas sana nampak dua bukit membuncah di balik BH
warna krem yang muncul sedikit di leher daster. Dengan pelan dia mendekat.
Kemudian dengan agak ragu selangkangannya diarahkan ke tengah diantara dua
belah paha mulus itu. Nampak Bu Linda memalingkan wajah ke samping jauh..
sejauh-jauhnya.
“Degh..
degh..” Ujang agak kesulitan memasukkan alatnya.
Karena selama ini dia memang pasif. Sehingga tidak ada pengalaman memasukkan
sama sekali. Tapi dia merasakan nikmat yang luar biasa ketika kepala penisnya
menyentuh daging lunak dan bergesekan dengan rambut kemaluan Bu Linda yang
tebal itu. Hhh..! Nikmat sekali. Bu Linda menggigit bibir. Ingin rasanya
menendang bocah kurang ajar ini. Tapi dia segera menyadari ini semua dia yang
memulai. Badannya menggelinjang menahan geli ketika dengan agak paksa namun
tetap pelan Ujang berhasil memasukkan penisnya (yang memang keras dan lumayan
itu) ke peralatan rahasianya.
Beberapa
saat kemudian Ujang secara naluriah mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur.
“Clep.. clep.. clep..!” bunyi penisnya beradu dengan vagina Bu Linda yang basah
belum dicuci setelah persetubuhan pertama tadi.
“Plak.. plak.. plakk..,” kadang Ujang terlalu kuat menekan sehingga pahanya
beradu dengan paha putih mulus itu.
“Ohh.. enak sekali..” pikir Ujang.
Dia merasakan kenikmatan yang lebih lagi dengan posisi dia yang aktif ini.
“Ehh.. shh.. okh..,” Ujang benar-benar tak kuasa lagi menutupi rasa nikmatnya.
Hampir
beberapa menit lamanya keadaan berlangsung seperti itu. Sementara Ujang
selintas melirik betapa wajah Bu Linda mulai memerah. Matanya terpejam dan dia
melengos ke kiri, kadang ke kanan.
“Hkkhh..” Bu Linda berusaha menahan nafas.
Mulanya dia berfikir pelayanannya hanya akan sebentar karena dia tahu anak ini
pasti sudah diujung “konak”-nya.
Tapi ternyata, “Huoohh..,” Bu Linda merasakan otot-otot kewanitaannya tegang
lagi menerima gesekan-gesekan kasar dari Ujang.
Dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak terbangkitkan nafsunya.
Ujang
terus bergoyang, berputar, menyeruduk, menekan dan mendorong sekuat tenaga. Dia
benar-benar sudah lupa siapa wanita yang dihadapannya ini. yang terfikir adalah
keinginan untuk cepat mengeluarkan sesuatu yang terasa deras mengalir
dipembuluh darahnya dan ingin segeradikeluarkannya ..!!”Ehh..” Bu Linda tak
mampu lagi membendung nafsunya.
Daster yang tadinya dipegangi agar tubuhnya tidak banyak tersingkap itu
terlepas dari tangannya, sehingga kini tersingkap jauh sampai ke atas pinggang.
Melihat pemandangan ini Ujang semakin terangsang. Dia menunduk mengamati
alatnya yang serba hitam, kontras dengan tubuh putih mulus di depannya yang
mulai menggeliat-geliat, sehingga menyebabkan batang kemaluannya semakin
teremas-remas.
“Ohh..
aduh.. Bu..,” Ujang mengerang pelan penuh kenikmatan.
Yang jelas Bu Linda tak akan mendengarnya karena beliau sendiri tengah berjuang
melawan rangsangan yang semakin dekat ke puncaknya.
“Okh.. hekkhh..” Bu Linda menegang, sekuat tenaga dia menahan diri, tapi sodokan
itubenar-benar kuat dan tahan. Diam-diam dia kagum dengan stamina anak ini.
“Berapa
jam biasanya kamu melakukan ini dengan Siti, Ujang..?” tanya Bu Linda
menyelidik. Ujang terdiam. Apakah beliau tidak akan marah kalau dia berterus terang..?
“Kenapa diam..?” Ujang menghela nafas, “Maaf Bu.. belum pernah.”
“Hah..!? Jadi selama ini kamu..?”
“Iya Bu. Saya hanya diam saja setelah Ibu pergi.”
“Oo..,” Bu Linda melongo.
Sungguh tidak diduga sama sekali kalau itu yang selama ini terjadi. Alangkah
tersiksanya selama ini kalau begitu. Aku ternyata egois juga. Tapi..?, masa aku
harus melayaninya. Apapun dia kan hanya pembantu. Dia hanya butuh batang
muda-nya saja untuk memenuhi hasrat sex-nya yang menggebu-gebu terus itu.
Selama ini bahkan suami dan pacar-pacarnya dulu tak pernah mengetahuinya. Ini
rahasia yang tersimpan rapat.
“Hmm..
baiklah. Ibu minta kamu jangan ceritakan ke siapapun. Sebenarnya Ibu sudah bicara sama Siti mengenai masalah ini. Tapi rupanya kalian tidak nyambung. Ya
sudah.. yang penting sekali lagi, pegang rahasia ini erat-erat.. mengerti..?”
kembali suaranya berwibawa dan bikin segan.
“Mengerti Bu..,” Ujang menjawab penuh rasa rikuh.
Akhirnya Bu Linda keluar kamar dan Ujang segera melemparkan badannya ke kasur.
Penat, lelah, namun nikmat dan terasa legaa.. sekali.









No comments: