Payudara Mamaku Yang di Sedot Terus - Terusan Oleh Temanku
Cerita Dewasa - Namaku Aldo. Seorang murid kelas 3 SMP yang biasa-biasa saja.
Aku anak pertama dari dua bersaudara. Adikku yang kecil masih berumur 1 tahun
dan masih menyusui. Mamaku bernama Cindy, dia hanya seorang ibu rumah tangga
biasa. Sedangkan ayahku seorang pemilik tour agent sekaligus sebagai tour guide
sehingga beliau sering keluar kota.
Mamaku sangat cantik dan menarik meski usianya sudah 35
tahun. Dia sering berpakaian seadanya kalau di rumah. Setelah mandi dan
mengeringkan tubuh, mama kadang juga tidak langsung mengenakan seluruh
pakaiannya, namun hanya mengenakan celana dalam dan BH keluyuran di dalam
rumah. Memang tidak lama-lama, biasanya dia begitu kalau ada keperluan yang
membuatnya tidak sempat mengenakan pakaian, seperti urusin si kecil yang
tiba-tiba rewel.
Payudara Mamaku Yang di Sedot Terus - Terusan Oleh Temanku
“Ah… mama memang sangat cantik” batinku. Meskipun begitu aku
tetap tidak pernah berpikiran jorok terhadapnya, hanya mengagumi kecantikannya
serta sifatnya yang baik dan penyayang.
Namun sepertinya tidak hanya aku yang tertarik pada mama. Teman-temanku yang
pernah datang ke rumahku sering memuji dan berkata padaku betapa cantik dan
seksinya ibu kandungku ini. Aku tentu saja bangga mamaku banyak yang mengagumi,
tapi kadang jengkel juga kalau ucapan mereka mulai aneh-aneh.
Sebentar lagi aku akan ujian nasional. Dari beberapa ujian
ujicoba aku bersyukur selalu lulus meskipun dengan nilai pas-pasan. Aku harus
belajar lebih giat agar nilaiku makin bagus sehingga bisa masuk ke SMA negeri
yang bagus. Meski sudah mau ujian nasional, teman-temanku masih sering bermain
ke rumahku, yang aku rasa tujuan mereka hanya pengen ngecengin mamaku. Di
antara mereka ada yang ngebet banget mencari perhatian mama, Nando namanya,
temanku yang paling mesum dan yang paling kotor otaknya. Di kelas dia pemalas
dan sering remedial kalau ulangan.
“Gimana nilai ujian ujicobanya? Lulus kan?” tanya mama pada Nando.
“Duh… saya gak lulus tante” jawab Nando dengan nada murung.
“Lho… kok bisa gak lulus sih?”
“Habisnya Aldo gak mau kasih contekan waktu ujian…”
“Kamu ini… Masa nyalahin anak tante sih? Salah kamu sendiri
kan yang tidak belajar, tiru dong anak tante, rajin dia”
“Soalnya kalau di rumah gak bisa belajar tante”
“Lho… Kenapa?”
“Di rumah sempit tante, berisik, gak ada tempat untuk
belajar,” jawabnya beralasan lagi-lagi dengan nada sok murung, padahal memang
dia sendiri yang pemalas. Tapi ku lihat mama malah terpengaruh dengan ucapan
Anto ini.
“Kamu itu harus belajar yang rajin dong… jangan sampai gak
lulus nantinya… untung ini baru ujicoba” ujar mamaku perhatian. Mama orangnya
memang tidak tegaan melihat orang kesusahan dan mengiba padanya. Mama sungguh
wanita yang baik dan perhatian, sifat keibuannya begitu lembut dan disukai
siapapun.
“Ya mau gimana lagi tante…”
“Hmm… Gimana kalau kamu ikut belajar bareng saja sama anak
tante. Kamu bisa datang ke sini kapanpun kamu mau untuk belajar. Kamu mau kan
sayang bantuin Nando belajar?” tanya mama kemudian padaku.
“Eh, i-iya Ma… Gak masalah kok” jawabku mengiyakan walaupun
hatiku keberatan. Meskipun begitu ku ambil saja sisi baiknya, karena sepertinya
dengan membantu Nando belajar aku yakin aku justru akan semakin pandai
dibuatnya.
“Anak mama ini memang baik. Sesama teman memang harus saling
membantu…” ujar mama sambil membelai rambutku. Aku hanya nyengir.
“Ya sudah, tante tinggal dulu yah, tante mau masak makan
malam. Mending sekarang kalian belajar. Nando, jangan ragu-ragu bertanya pada Aldo
kalau ada yang kamu gak ngerti” lanjut mamaku lagi sambil menuju dapur.
“Yuk Ndo kita belajar bareng” ajakku pada Nando.
“Hehe, iya bro”
Kami pun pergi ke kamarku untuk belajar. Tapi dasar Nando
yang emang pemalas, hanya sekitar 10 menit saja dia belajar, setelahnya hanya
aku sendiri yang sibuk dengan buku-buku, dia malah asik bermain dengan
komputerku, bahkan browsing-browsing situso.
“Lo kok malah main komputer sih Ndo?” tanyaku kesal padanya.
“Santai aja bro belajarnya, ntar otaklu meleduk lho… hehe”
ucapnya tanpa mengalihkan pandangan dari layar monitor. Namun saat mamaku
muncul untuk mengantarkan kue dan minuman, dengan cepat Nando malah ikut
nimbrung bersamaku pura-pura belajar.
“Wah, kalian belajarnya rajin banget, bagus deh… Nih ada kue
dan minuman” ucap mamaku.
“Makasih Ma…”
“Makasih tante…”
Mama saat ini sudah berpakaian lebih santai, hanya mengenakan
daster batik tipis tanpa lengan yang dalamnya hingga ke lututnya. Aku saja
terpesona melihat penampilan mamaku, apalagi Nando, matanya tidak mau beranjak
melihat tubuh ibu kandungku ini, pandangan matanya seakan menelanjangi mamaku!
“Mama lo emang cakep banget bro… gak salah banyak yang demen,
hehe” ucap Nando setelah mama keluar dari kamarku. Aku hanya nyengir kecil
saja. Antara bangga dan kesal ibu kandungku dipuji seperti itu.
Akupun lanjut belajar lagi, namun si Nando masih tetap
belajar dengan malas-malasan. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di depan
komputerku. Bodo ah, terserah dia mau belajar atau nggak.
Begitulah, sejak saat itu Nando jadi semakin sering main ke
rumahku, bahkan sampai nginap segala. Alasannya untuk belajar bareng, tapi
lebih banyak bermain dan bersantai menikmati fasilitas rumahku, serta mencuci
mata melihat mamaku.
Nando juga sering cari muka ke mamaku pura-pura belajar.
Bahkan dia mulai bertingkah manja dan ingin dianggap anak dari mamaku juga.
Kalau ada papa, Nando masih sedikit menjaga kesopanan, tapi kalau papa sudah
berangkat kerja, dia bakal melunjak tingkah sok manjanya.
Mama memang tidak mempermasalahkan tingkah Nando itu. Tapi
sesekali ku lihat mama risih juga kalau Nando terlalu melunjak meskipun mama
masih membiarkannya. Contohnya saja ketika mama selesai mandi waktu itu. Nando
seenaknya masuk ke kamar mama lalu seperti anak kecil minta dibikinin serapan,
padahal mama masih menggunakan handuk. Tampak raut wajah mama yang kurang suka,
tapi dia masih berusaha tetap tersenyum dan mengiyakan permintaan temanku itu.
Melihat hal itu aku yang jadi kesal dibuatnya. Aku mengatakan
ke mama kalau aku kesal pada Nando dan menyuruh mama jangan terlalu berbaik
hati pada temanku itu, tapi mama malah seakan membela Nando.
“Sayang… kalau sama teman itu harus baik-baik. Lagian Nando kan
katanya kurang kasih sayang dari ibunya” jawab Mama. Aku tidak yakin ucapan Nando
yang mengatakan ibunya tidak sayang dengannya itu benar apa tidak, aku rasa itu
hanya alasannya agar bisa menempel pada mamaku. Terpaksa ku hanya diam menuruti
meski hatiku dongkol. Kalau beneran teman yang baik sih emang aku akan bersikap
baik, tapi kalau temanku seperti Nando itu, ogah.
Tuh anak kerjaannya hanya nonton bokep dan bermain game saja.
Tak jarang aku mendapatinnya sedang asik onani. Biasanya dia melakukan onani setelah
bermanja-manjaan dengan mamaku.
“Sorry bro, mama lo cakep banget, gak tahan gue, gue onani
dulu yah sambil ngebayangin mama lo” ujarnya.
“Anjing lo Ndo, seenaknya aja kalau ngomong” Aku kesal sekali
mendengar ucapannya itu. Sungguh kurang ajar mengatakan hal seperti itu pada
mama di depanku. Tapi Nando hanya cengengesan saja ku maki.
Memang tak ku pungkiri mama sangat menarik. Wajahnya cantik,
kulitnya putih mulus, tubuhnya juga indah. Tentunya akan menarik lelaki
manapun. Siapa saja pasti akan bernafsu melihat ibu kandungku. Apalagi oleh
remaja-remaja tanggung seusia kami.
Aku hanya bisa memaklumi temanku yang satu ini karena
pergaulan dan lingkungan tempat tinggalnya yang kacau. Aku hanya membiarkan
saja ucapan Nando itu. Membiarkan temanku beronani ria membayangkan mama
kandungku. Dan entah kenapa ucapan dan perbuatan Nando itu membuat aku sekarang
jadi ikut berpikir yang tidak-tidak pada mama.
Semakin lama, mama semakin terbiasa dengan tingkah sok manja Nando
maupun perbuatan-perbuatannya yang kurang sopan sebagai orang yang bukan
keluarga. Mama sudah tidak mempermasalahkannya lagi dan mencoba memaklumi
kelakuannya yang kurang kasih sayang seorang ibu itu. Nando minta kancingkan
baju, mama turuti. Minta cium selamat tidur, mama turuti. Sampai-sampai saat Nando
minta disuapin, mamapun dengan senang hati menuruti.
“Ma…. Kok mama nyuapin Nando sih?” tanyaku heran dan juga
kesal saat melihatnya.
“Oh… ini permintaan Nando kemarin malam waktu kamu udah
tidur. Dia ingin merasakan disuapin sama mama juga katanya” jawab mama santai.
“Iya bro… lo dulu kan udah pernah, gue kan kepengen juga,
mama lo yang cantik kan mama gue juga sekarang, iya kan tante??” ucap Nando
seenaknya. Tampak mama mencubit paha Nando karena ucapan temanku itu. Meski
tidak keras, tapi Nando berlagak kesakitan, membuat mama jadi tertawa kecil.
Argh… Rasanya sungguh aneh melihat ibu kandungku menyuapi
orang lain, bahkan sampai bercanda akrab seperti itu, apalagi orang lain itu
adalah temanku yang jelek dekil ini. Perasaanku campur aduk!
Aku yang tidak mau kalahpun mencoba mendekat, aku juga ingin
merasakan disuapi oleh mama lagi. Tapi Nando seakan tahu apa yang akan ku
lakukan. Diapun mendahuluiku minta mamaku segera menyuapinya lagi.
“Tante…. Aaaaakkkkk” ucap Nando sambil membuka mulut
lebar-lebar.
“Kamu ini manja amat” ujar mama sambil menyuapi Nando. Ku
lihat Nando melirik padaku dan berusaha cengengesan sambil menerima suapan dari
ibu kandungku. Brengsek!
“Ma…” panggilku.
“Ya sayang?”
“Aku mau juga dong…” pintaku.
“Hihihi… Emang kamu mau jadi anak kecil lagi? Katanya dulu
gak mau disuapin mama lagi karena udah gede, hihi”
“Biarin Ma” ucapku terpaksa ‘menelan ludah’ sendiri karena
tidak mau kalah sama Nando yang jelas-jelas bukan anak mama.
Tampak mama seperti akan menuruti keinginanku, dia menghadap
ke arahku dan menyendoki nasi goreng itu. Tapi… lagi-lagi Nando mendahuliku!
“Tanteeeeee…. Aku belum selesai makaaaaan” ujar Nando sok
merajuk sambil menahan tangan mama. Membuat mama jadi batal menyuapiku dan
balik menyuapi Nando lagi.
“Sayang… kamu makan sendiri aja dulu yah, mama kerepotan
banget nih ngurusin temanmu” ujar mama. Terang saja aku kecewa. Aku semakin
kesal karena lagi-lagi Nando melirik cengengesan padaku sambil menerima suapan
dari mama. Akhirnya aku hanya makan sendiri sambil melihat pemandangan yang
membuat hatiku sakit. Makanku jadi tidak enak.
“Nando, gimana belajarnya? Kamu belajar yang rajin kan?”
tanya mama kemudian setelah Nando selesai makan.
“Rajin kok tante, tanya aja Aldo. Iya kan bro? Hehe”
“Iya… lo rajin banget” jawabku malas. Aku tidak mau peduli
lagi dia belajar atau tidak.
“Tuh kan tante… aku rajin belajar, hehe”
“Kalau bisa jangan cuma rajin belajar di rumah tante aja
dong. Di sekolah juga, terus dapatkan nilai yang bagus” ujar mamaku lagi.
“Ah, tante kok masih gak percaya aja sama aku. Lihat aja deh
besok, nilai ujian ujicoba berikutnya pasti bagus. Kalau nilaiku bagus tante
mau kasih apa ayo??” ujar Nando menantang.
“Duh, kamu ini kok malah minta imbalan sih?”
“Habisnya tante masih aja anggap Aldo lebih pintar dari aku”
rajuk Nando. Jelas saja memang aku yang lebih pintar dari dia! Enak aja dia
ngomong lebih pintar dariku.
“Ya sudah, tante bakal kasih kamu hadiah kalau nilai ujian
kamu lebih bagus dari nilainya anak tante. Nanti kamu boleh minta hadiah apapun
pada tante. Oke?”
“Beneran boleh minta hadiah apapun tante?” tanya Nando
bersemangat.
“Iya, kalau tante bisa kasih akan tante kasih” jawab mamaku.
“Oke deh tante, hehe”
“Kamu setuju kan sayang?” tanya mama kini padaku. Aku
sebenarnya menolak ide ini, tapi tentu tidak mungkin kalau nilai ujianku akan
kalah bagus dari nilainya Nando. Jadi ku terima saja.
“Kalau aku menang, aku boleh minta apapun juga kan Ma?”
tanyaku. Aku berencana meminta mama tidak membolehkan Nando main ke sini lagi.
“Iya boleh… Ya sudah, kalian belajar yang rajin yah… ” ujar
mama sambil tersenyum manis pada kami. Mama terlihat sangat senang karena kami
bersemangat belajar, tapi tentunya aku dan Nando punya tujuan tersendiri. Nando
ku yakin akan meminta hal yang mesum pada mama, sedangkan aku harus mencegah
hal itu terjadi. Ku pikir aku tidak akan kesulitan memenangkan pertandingan
ini.
Beberapa hari berlalu, hari ujian ujicobapun tiba. Aku dapat
menjalani ujian dengan baik. Entahlah dengan Nando. Dia belajarpun tidak,
kerjaannya hanya nonton bokep serta manja-manjaan sama mamaku kalau di rumah.
Tentu saja aku berpikir aku akan mendapatkan nilai yang lebih bagus, tapi aku
tidak menyangka kalau nilai Nando lebih bagus dariku. Bagaimana bisa????
Akhirnya Nandolah yang memenangkan pertandingan ini. Sialan!
“Hehe, aku yang menang kan tante. Kan udah aku bilang kalau
aku lebih pintar dari pada anak tante, hehe” ujar Nando sombong.
“Iya, deh, kamu mau hadiah apa emangnya?” tanya mama
kemudian. Aku masih bingung bagaimana Nando bisa dapat nilai yang bagus. Tapi
aku tidak ada waktu untuk mencari tahunya, aku lebih penasaran apa yang akan
diminta Nando pada mama.
“Ngg… aku mau dimandiin sama tante cantik, hehe”
Aku kaget setengah mati. Nando minta dimandiin sama mamaku! Berarti dia nanti
akan telanjang di depan mama? Aku penasaran apa jawaban mama.
“Mau tante mandiin? Waduh… memangnya tidak ada permintaan
lain yah?” tanya mama sepertinya keberatan. Tentu saja, karena yang meminta
mandi padanya adalah pria tanggung seusia anak laki-lakinya, bukan keluarga
pula. Tapi aku lebih khawatir pada niat mesum Nando.
“Tapi aku mau dimandiin sama tante… Aku kan udah belajar
susah-susah tante demi minta dimandiin sama tante. Mau yah tante…” pinta Nando
memelas.
Mama melirik padaku seakan meminta persetujuan dariku. Tentu
saja aku tidak rela. Mama tahu itu. Mamapun juga aku tahu ada rasa keberatan di
hatinya karena sekarang manjanya Nando semakin melunjak sampai minta
dimandikan. Tapi mama memang punya ikatan janji yang harus dipenuhi.
“Hmm… Ya sudah tante turutin. Tapi kamu aja yah yang
telanjang, tante gak ikutan mandi. Nanti bukannya mandi kalau kita sama-sama
telanjang, hihihi” kata mama tertawa kecil malah menggoda Nando. Aku sendiri
sampai berpikir yang tidak-tidak dibuatnya.
“Oke deh tante, aku aja yang telanjang, telanjang di depan
tante, di depan wanita bersuami, mama dari temanku yang cantik” ucap Nando
sambil melirik padaku, sengaja mengaduk-aduk hatiku dengan menggunakan
kalimat-kalimat seperti itu. Tapi ku lihat mama hanya tersenyum saja.
Aku masih tidak percaya mama mau memandikan temanku ini.
Perasaanku campur aduk, deg-degkan membayangkan ibu kandungku ini akan berduaan
di kamar mandi bersama orang asing yang dekil item seperti temanku ini. Nando
akan bertelanjang di hadapan mamaku untuk dimandikan. Aku cemburu dan kesal.
Ku lihat mama tersenyum padaku. Mama seperti mau mengatakan
kalau tidak apa-apa dan tidak perlu khawatir. Semoga saja Nando tidak
macam-macam selain hanya mandi.
“Sayang… mama mau mandikan temanmu dulu yah… tolong bantu
lihat adikmu kalau dia nangis. Tolong jaga juga kalau tiba-tiba papa pulang”
ucap mama kemudian.
“Eh, i-iya ma…” jawabku yang lagi-lagi dibalas mama dengan
tersenyum manis. Sedangkan Nando nyengir-nyengir.
“Yuk tante, mandi, hehe” ajak Nando menggandeng tangan
mamaku. Tampak perbedaan warna kulit yang mencolok antara tangan Nando dan mamaku.
Nando hitam dekil, sedangkan mama putih mulus.
“Iya, dasar kamu tidak sabaran. Kita pakai kamar mandi tante
saja yah… Ada bathtubnya, jadi kamu bisa tante mandikan di sana nanti” kata
mama.
“Oke tante, hehe… Bro, gue mandi dulu yah bro… dimandiin sama
mama lo tersayang, hehe” ujar Nando cengengesan padaku. Aku betul-betul kesal
melihat wajahnya.
Mama dan Nando lalu masuk ke dalam kamar Mama untuk
menggunakan kamar mandi yang ada di sana, sedangkan aku menunggu di ruang
tengah. Setelah mereka masuk ke dalam kamar dan menutup pintu, aku masih sempat
mendengar Nando yang terus saja menggoda dan memuji mamaku. Sesekali terdengar
juga cekikikan mama karena godaan-godaan temanku itu. Mama juga
berteriak-teriak kecil sambil tertawa. Ah… apa yang dilakukan Nando pada
mamaku.
Tidak lama kemudian aku mendengar suara air dari dalam kamar
mandi, sepertinya mama sudah mulai memandikan Nando. Aku yang penasaranpun
nekat masuk ke dalam kamar mama. Tampak baju, celana serta kolor Nando
berserakan di atas tempat tidur orangtuaku! Berarti Nando sudah telanjang sejak
di kamar Mama! Kepalaku jadi pusing dibuatnya.
Aku sungguh penasaran, aku mencoba menguping pembicaraan di
kamar mandi. Pasti saat ini penisnya sedang mengacung-ngacung di hadapan ibu
kandungku.
“Tante… mandiin Nando yang bersih yah, hehe” kata Nando.
“Iya… ini juga tante lagi mandiin kamu”
“Hehe, senang banget bisa dimandiin telanjang sama tante.
Beruntung Nando berteman dengan anaknya tante. Bisa dimandiin sama mamanya yang
super cantik dan nafsuin, hehe”
“Aduh tante, sakit… sakit” terdengar suara Nando kesakitan,
sepertinya mama baru saja mencubitnya.
“Rasain tuh kamu”
“Hehehe, ampun, ngomong-ngomong kontol aku gede gak tante?”
“Kamu mau tante cubit lagi?”
“Eh, jangan tante, tapi jangan lupa ntar kontol Nando
disabunin juga yah, hehe”
“Hmm… kalau itu kamu sendiri aja yah…” tolak mama halus.
“Yah, kok gitu sih, sekalian dong…”
“Kamu ini mau mandi atau apa sih Ndo?”
“Mandi dong tante… kan cuma nyabunin aja. Pasti tante geli
yah sama kontol aku yang gede. Mantab kan tante tegangnya? Lebih gede dari
punyanya anak tante yah? Hehe” ujar Nando makin melunjak.
“Eh, kamu kenapa ngocok-ngocok gitu di depan tante? Kalau
kamu nakal gini ntar gak selesai-selesai lho mandinya” ujar mama.
“Bagus dong, bisa berduaan terus sama tante, hehe”
“Duh, kamu ini. Ya sudah, tante bantu bersihin bagian itu”
kata mamaku kemudian.
“Makasih tante, tante memang mama yang baik. Nando sayang
sama tante”
Tak lama kemudian terdengar suara Nando seperti
mendesah-desah kecil. Jelas kalau dia saat ini sedang disabuni penisnya oleh
mama kandungku. Entah bagaimana mama menyabuninya. Aku pusing sendiri
membayangkannya. Aku cemburu luar biasa. Mamaku yang cantik saat ini sedang
menyabuni penis temanku!
“Duh, burungmu hati-hati dong” teriak kecil mamaku. Aku
penasaran apa yang terjadi, tapi aku hanya bisa menguping diam-diam.
“Iya mama temanku yang cantik, cuma kena dikit kok” jawab Nando.
Apanya yang kena dikit???? Wajah mama kah?
“Hmm… Tante gak telanjang aja kamu udah tegang gitu, gimana
kalau tante ikutan telanjang nih… hihihi” ujar mama menggoda Nando. Sepertinya
mama sudah semakin rilex, dari yang tadinya menolak permintaan Nando, kini
sudah bisa bercanda kembali menggoda temanku.
“Hehehe, habisnya daster tante tipis sih… basah lagi. Jadi
nyeplak gitu… tuh susu tante kelihatan. Tante seksi banget. Tante sengaja yah
bikin aku konak? Nih liat kontol aku sampai keras gini, hehe” ujar Nando.
Ah… jantungku berdebar tak karuan mendengar percakapan
mereka. Apalagi mendengar perkataan Nando barusan. Baju mama basah? Berarti Nando
bisa melihat bayangan buah dada mamaku!
Aku juga baru sadar kalau mama tidak pakai BH tadi, dan juga
pakaian yang mama kenakan saat ini adalah salah satu dasternya yang paling
tipis dan paling seksi. Aku berkali-kali coli sambil melihat mama dengan
pakaian itu. Sekarang pemandangan itu tersaji di depan temanku. Sungguh
beruntung Nando bisa melihat mamaku basah-basahan dengan daster tipis itu. Mama
pasti sangat seksi saat ini. Aku cemburu, tapi juga horni.
“Kamu ini… Tante bilangin anak tante baru tahu rasa kamu”
“Emang bilangin apa? Bilang kalau aku ngelihatin susu mamanya
yang nyeplak? Terus ngejelasin kalau sekarang tante lagi usap-usap kantong
zakar aku? Tadi tante juga ngocokin batang penisku kan? Hehe” balas Nando
cengengesan. Jedar! Jantungku rasanya mau meledak mendengarnya, membayangkan
mama membersihkan penis Nando sampai mengocok-ngocoknya.
“Dasar ah, kamu. Nih kamu lanjutin sendiri bersihin burungmu”
“Bercanda kok tante… lanjutin lagi dong…” pinta Nando yang
sepertinya ketakutan kalau mamaku marah. Mama sepertinya tidak benar-benar
marah, karena terdengar Nando tak lama kemudian mendesah lagi. Mamaku kembali
membersihkan kemaluan temanku dengan tangannya!
“Untung tante masih pakai celana dalam. Kalau tidak pasti Nando
udah muncrat. Bisa belepotan dong wajah dan daster tante kena pejuku” ucap Nando
kemudian.
“Mau mu tuh. Kurang ajar dong namanya nyemprot wajah mama
teman sendiri pakai sperma” balas mama.
“Aduh tante, sakit”
“Rasain”
Beberapa saat kemudian terdengar suara air kembali.
Sepertinya mama lanjut membasuh badan Nando. Sepertinya acara mandi ini akan
segera berakhir.
“Udah kan mandinya? Tante mau keluar dulu, kalau kamu mau
buang sperma setelah ini silahkan. Tante tahu dari tadi kamu udah gak tahan”
ujar mamaku.
“Hehe, iya tante, tau aja kalau aku konak banget dari tadi”
ucap Nando yang semakin kehilangan rasa sopannya pada mamaku.
“Jangan lupa disiram yang bersih” ucap mama kemudian yang
ternyata tiba-tiba sudah membuka pintu. Aku ketahuan sedang berada di dalam
kamar!
“ Aldo? Kamu ngapain di sini?” tanya mamaku.
“Eh, itu.. aku mau pastiin mama gak diapa-apain”
“Iya… mama gak diapa-apain kok. Tapi memang temanmu itu nakal
banget” kata mamaku sambil tersenyum manis.
Ku perhatikan kondisi mamaku. Memang benar susu mama nyeplak
jelas dari dasternya yang tipis dan basah itu. Putingnya tampak sekali
menerawang. Rambut, wajah dan seluruh tubuhnya basah kuyup. Sungguh pemandangan
yang seksi dan memancing lelaki manapun untuk mengeluarkan sperma. Sungguh puas
Nando melihatnya dari tadi.
“Hehe, ada Aldo yah tante?” ucap Nando. Berbeda dengan sosok
indah di depanku, di belakang mama, ku lihat temanku yang jelek itu sibuk
mengocok penisnya sambil berdiri tak jauh dari mamaku.
“Tante… aku muncraaaat…” tiba-tiba dengan kurang ajarnya Nando
muncrat hingga mengenai belakang tubuh mamaku! Pantat mama yang tertutup
daster, pahanya, serta kaki mamaku kena telak dipejuin temanku ini. Sungguh
kurang ajar! Hatiku perih melihat ibu kandungku dipejuin orang seperti dia.
Tapi mama justru berteriak manja.
“Kyaaaah, Nandoooo! Spermamuuu!”
“Sorry tante, habisnya tante ngapain sih berdiri di situ,
kena semprot deh, hehe” jawab Nando beralasan. Sungguh Nando biadab, dia
seperti sengaja menunjukkan padaku pemandangan mamaku dipejuin olehnya. Rasanya
ingin ku hajar wajah buruknya itu, tapi tak jadi ku lakukan karena tiba-tiba
terdengar suara pagar bergeser. Papa pulang!
Nando dengan terbirit-birit mengenakan pakaiannya dan lari ke
kamarku. Mama juga kembali masuk ke kamar mandi pura-pura mandi. Sebelum
menutup pintu mama sempat berbisik padaku,
“Jangan kasih tahu papa yah sayang”
Ah, hatiku diaduk-aduk. Aku tidak tahu apa yang aku rasakan. Hatiku sakit
karena cemburu, tapi aku juga konak berat karena situasi ini. Bisa-bisanya mama
diam-diam melakukan hal seperti ini di belakang suaminya. Meski awalnya
keberatan, tapi mama kini terlihat menikmati permainan dari Nando.
Aku pikir hanya sekali itu Nando dimandikan oleh mama. Namun
ternyata tiap ada kesempatan Nando selalu minta dimandiin sama mamaku. Memang
kebanyakan aku tidak melihatnya langsung, tapi diceritakan oleh mama ataupun Nando.
“Terus Nando onani lagi Ma setelah mandi?” tanyaku pada mama.
“Iya, temanmu itu manja, tapi nakal juga yah… Mama jadi
sering kena ceceran spermanya” jawab mama yang bikin aku kesal.
“Kok mama kasih sih? Makanya dia minta terus…”
Mama tidak menjawab. Mama sepertinya juga bingung kenapa dia
malah terus menuruti keinginan Nando walaupun awalnya dia selalu keberatan.
Tujuan mama yang dulunya hanya ingin memanjakan Nando malah jadi seperti
terseret ke permainan nakal temanku itu.
Perangai Nando semakin hari semakin melunjak sok manjanya.
Setelah mandi, dia juga minta mama yang pakaikan dia baju, lalu minta disuapin.
Sungguh eneg melihat tingkahnya itu. Aku sampai tidak pernah bisa bermanjaan
lagi dengan ibu kandungku sendiri karena Nando yang selalu menempel padanya.
Terpaksa aku hanya coli sendiri. Tentunya aku tidak ingin Nando sampai tahu
kalau aku sekarang juga bernafsu pada mamaku.
Suatu hari papa tidak pulang karena urusan pekerjaan. Nando
malah minta tidur bareng dengan mama di kamar mama.
“Boleh kan tante aku tidur bareng?” tanya Nando memastikan.
“Duh, masa kamu tidur sama tante sih? Terus kamu ninggalin Aldo
sendiAldo dong di kamar?” balas mama.
“Biarin aja tante, gak apa kok. Iya kan Bro? Gak apa kan gue
tidur seranjang sama mama kandung lo yang cakep? Hehe”
“Enak aja lo! Lo tidur di luar sana, kalau perlu lo balik ke
rumah lo!” makiku padanya.
“Ah, berisik lo bro. Gue kan juga pengen ngerasain dikelonin
dan tidur bareng sama seorang mama. Lo kan udah sering waktu kecil. Ya tante….
Boleh yah… please…. Kasihani aku dong tante yang gak pernah disayangi mamaku
dulu” ujar Nando memelas memasang wajah sedih.
Mama tampak berpikir, kemudian menghela nafas.
“Yah… mama pikir tidak apa kalau kamu ingin tidur bareng”
ucap mama sambil mengusap kepala Nando. Lagi-lagi mama menuruti keinginan Nando.
“Aku juga mau tidur sama mama kalau gitu” pintaku tak mau
kalah. Aku harus menjaga mama dari kelakuan temanku ini.
“Kamu mau tidur bareng juga?” tanya mama padaku.
“Iya Ma…”
“Ya sudah kalau gitu… muat kok kita tidur bertiga. Gak apa
kan Ndo kalau Aldo juga ikutan?”
“Ya gak apa sih, asal jangan ganggu aja, hehe” kata Nando
cengengesan.
Setelah mama menyusui adikku dan meletakkannya di ranjang
bayi, kamipun pergi tidur. Mama berada di tengah-tengah diapit oleh aku dan Nando.
Malam ini mama terlihat sangat cantik dengan gaun tidurnya yang tipis dan
diatas lutut itu. Aku jadi konak sendiri berada di sampingnya. Ku yakin Nando
juga demikian. Melihat mama dengan pakaian itu saja sudah bikin konak, apalagi
seranjang dengannya seperti yang kami lakukan sekarang. Pemandangan yang
seharusnya hanya bisa dilihat Papa, kini juga dapat dilihat olehku dan teman
tak diundangku ini.
“Selamat tidur sayang…” ucap mama sambil mencium keningku,
begitu juga dengan kening Nando layaknya anaknya sendiri.
“Selamat tidur Ma…” balasku. Tentunya aku tidak ingin segera
tidur, aku harus memastikan kalau mamaku aman. Tapi ternyata rasa kantukku
cukup kuat dan membuat aku tertidur juga.
Tengah malam, aku terbangun karena mendengar suara-suara di
sebelahku. Aku coba memasang telinga yang sedang mereka obrolkan.
“Ayo dong tante… pengen nih.. mumpung anak tante udah tidur”
kata Nando berbisik dengan nada memaksa.
“Duh, masa sekarang sih?”
“Pengennya sekarang tante, ayo dong… buka dikit dasternya,
udah haus nih pengen nyusu, hehe”
Hah? Pengen nyusu?? Nando ingin menyusu pada mamaku??
“Kamu ini… kamu sengaja ya memintanya sekarang? Saat Aldo ada
di sebelah kita?” tanya mama yang hanya dibalas Nando cengengesan.
“Kan tante janji mau ngasih aku susu juga”
“Tapi kan susu tante yang udah diperas, bukan yang diminum
langsung dari sumbernya”
“Lebih enak yang diminum langsung dari sumbernya, hehe”
“Hush… Suaramu itu pelanin. Nanti Aldo bangun” ucap mama.
Terlambat, aku sudah terbangun dan menyimak obrolan mereka.
“Ayo dong tante… mau yah?” pinta Nando lagi terus memaksa.
“Ya sudah, buruan nyusunya. Tapi jangan berisik” ucap mama
kemudian membolehkan. Mama lalu menurunkan tali dasternya hingga memperlihatkan
sepasang buah dadanya yang penuh susu itu. Susu yang pernah ku hisap saat kecil
kini juga akan dihisap oleh temanku yang jelek dekil ini. Perasaanku campur
aduk.
Dalam kegelapan, tampak Nando langsung menyosor buah dada
mamaku. Mama sempat melenguh pelan karena Nando yang begitu semangat. Daripada
dikatakan menyusu, Nando lebih seperti mencabuli ibu kandungku ini. Tangan mama
awalnya menahan tubuh Nando agar tidak menindihnya, tapi lama-kelamaan malah
memeluk punggung Nando seakan tidak membiarkan Nando berhenti mencupangi buah
dadanya.
Ah… hatiku sakit, tapi aku malah ingin terus melihat apa yang
akan terjadi selanjutnya.
“Nghhh… Nando sayang… pelan-pelan… jangan heboh gitu
nyusunya” bisik mama pelan. Nando hanya menoleh sebentar pada mama, tampak susu
mama mengalir di dagunya, Nando lalu kembali menyusu lagi dengan liar pada
mamaku.
Cukup lama Nando melakukan hal yang tidak sepantasnya
dilakukan pada ibu teman sendiri. Lenguhan manja pelan dari mamaku terus
terdengar yang membuat aku makin konak. Daster yang mama kenakan kini sudah
turun hingga ke pinggangnya. Mama tidak mempermasalahkan lagi Nando yang
semakin heboh menyusu padanya. Ia tampak pasrah kalau aku benar-benar akan
terbangun.
“Nando… jangan digigit-gigit… kamu mau nyusu atau apa sih?
Sakit tahu”
“Jangan ditarik-tarik sayang… Nggghhhh….”
“Tanganmu kok malah nakal sih meras susu tante yang satunya?”
“Ngghhh.. Nando…. Kamu nakal sayang” terdengar suara mama
berkali-kali merespon kelakuan Nando pada buah dadanya. Tapi mama tampak tidak
benar-benar malarang Nando, masih terus membiarkan Nando melakukan aksinya.
Setelah sekitar setengah jam, barulah Nando berhenti.
“Udah Nando? Kamu puas mainin susu tante? Mama temanmu lho
ini.. Kalau ketahuan sama Aldo bisa dihajar kamu, apalagi sama suami tante”
ujar mama dengan nafas tersengal-sengal. Nando hanya cengengesan juga dengan
nafas tersengal. Kehabisan nafas karena kelamaan membenamkan wajah buruknya
dalam-dalam ke buah dada mamaku serta menyusu hingga kekenyangan.
Nando kemudian bangkit, lalu menarik daster mama hingga mama
hanya mengenakan celana dalam.Aku terkejut dengan apa yang dilakukannya itu.
“Nando? Kamu mau apa lagi? Belum puas nyusunya?” tanya mama
terkejut.
Nando tidak menjawab, dia lalu merebahkan diri lagi
menghimpit tubuh mama yang nyaris telanjang itu. Dengan kurang ajarnya dia lalu
menciumi bibir dan wajah mamaku bertubi-tubi dengan penuh nafsu.
“Ngghh.. Nando… kamu… jangan gini dong…” ucap mama menahan
tubuh Nando.
Namun lama-kelamaan, mama malah membiarkan wajahnya terus
diciumi temanku itu, bahkan membalas berciuman dengan Nando. Kepalaku pusing
melihatnya. Mereka jadi asik terus berciuman dengan panasnya, padahal ada aku
di sebelah. Mereka bertukar liur, berciuman, serta saling mengulum lidah.
Mau-maunya mama menuruti permintaan nakal Nando. Merelakan tubuhnya digerayangi
habis-habisan oleh temanku ini.
Puas berciuman, tiba-tiba Nando menarik celana dalam mama.
Kali ini barulah mama benar-benar memprotes.
“Nando… cukup!” larang mama sambil bangkit duduk, lalu
melihatku untuk memastikan aku masih tertidur. Aku pura-pura memejamkan mataku,
namun diam-diam membuka mataku lagi saat mereka tidak melihat ke arahku.
“Tante… aku pengen” pinta Nando sambil merebahkan tubuh
mamaku lagi, tapi mama menahan tubuhnya dan kembali duduk.
“Gak boleh Nando sayang… jangan yah… Masa kamu mau
menyetubuhi mama temanmu sendiri?”
“Habisnya aku nafsu banget sama tante…pengen aku entotin”
ucap Nando vulgar.
“Kamu sih nyusunya lama banget tadi. Anak seusiamu itu gak
boleh nyusu lagi seharusnya. Jadi nafsu kan sekarang… Mendingan sekarang kamu
onani deh di kamar mandi, turunin nafsumu” suruh mama.
“Yah tante, masa coli lagi… kali ini aja tante… please… boleh
ya…” ucap Nando kembali berusaha merebahkan tubuh mama. Mama membiarkan, tapi
di wajahnya masih terlihat keraguan. Tak lama kemudian dia kembali mendorong
tubuh Nando dan kembali bangkit duduk.
“Jangan Nando sayang… gak pantas kita melakukan ini” pinta
mamaku masih mencoba mempertahankan diri.
“Yah… tante… pengen”
Mama tampak bingung, tapi kemudian dia berkata, “kamu peluk
dan ciumin tante sepuasmu saja ya… jangan lebih dari itu” tawar mama kemudian.
“Ya sudah deh…” jawab Nando. Mama tidak melawan saat Nando
kembali merebahkan tubuhnya. Sepertinya mama membiarkannya agar ini cepat
selesai. Mungkin merasa tak masalah kalau hanya peluk dan cium.
“Jangan ribut yah tapi…” ingat mamaku.
“Iya tante…”
“Ya sudah… ayo sini… Cium dan peluk tante sepuasmu. Penismu
sepertinya tak tahan untuk menikmati tubuh mama temanmu ini” ucap mama sambil
tersenyum manis. Sengaja menggunakan kata-kata ‘mama temanmu’ seakan
menyenangkan Nando, tapi bagiku rasanya sakit sekali mendengarnya.
Merekapun kembali bergumul telanjang bulat tanpa bersetubuh
di sebelahku. Lenguhan kenikmatan mereka kembali terdengar sahut-menyahut.
Kadang Nando membuat gerakan seperti menyetubuhi mama walaupun penisnya hanya
menggesek di paha mama. Begitu panas. Baik Nando maupun mama tampak sangat
menikmati. Seakan lupa kalau aku masih ada di sini.
Cukup lama mereka melakukannya. Tubuh mereka sama-sama sudah
mengkilap karena berkeringat meskipun AC di kamar menyala.
Kepalaku makin berat mendengar dan menyaksikan ini, ku pikir
aku mau tidur saja. Hingga kemudian aku dikejutkan oleh teriakan kecil mama.
“Nando jangan dimasukkan!”
“Gak tahan tante….”
“Nando… udah tante bilangin kan.. Ngh… Nando… keluarkan
burungmu sayang!” kata mamaku lagi. Ku coba memperhatikan apa yang terjadi. Nando
sedang menyetubuhi mamaku! Bajingan!
“Ngghhh.. tante… enak.. ngentot… aku ngentotin tante Cindy…
akhirnya…” racau Nando tak mempedulikan ucapan mama.
“Shhh… Nando… cukup… nanti Aldo bangun.. Ngghh..” ucap mama.
“Kalau tante gak mau anak tante yang dungu itu bangun, tante
jangan berisik dong… hehe” balas Nando.
“Kamu ini… dasar kurang ajar menyetubuhi mama teman sendiri”
ucap mama yang akhirnya menuruti perkataan Nando. Mama tidak lagi melawan
dengan harapan aku tidak terbangun dan menyaksikan dirinya sedang bersetubuh
dengan temanku sedang bersetubuh dengan temanku sendiri, tapi kenyataannya aku
malah sudah melihatnya sekarang.
Akhirnya mama membiarkan tubuhnya dinikmati Nando, bahkan
mama juga terlihat menikmatinya. Terdengar mama berkali-kali mendesah
kenikmatan sambil memeluk tubuh Nando.
Mama melakukan perzinahan dengan remaja tanggung yang jelek,
di samping diriku, di atas ranjang suaminya. Sungguh membuat hatiku tak karuan.
Penisku menegang dengan maksimal meskipun hatiku teriris. Mama kandungku… ya…
mama kandungku sedang disetubuhi orang macam Nando, temanku yang tak tahu diri.
Tapi kenapa aku hanya diam dan justru menikmati pemandangan ini? Sialan!
“Ngghh… Nando…”
“Tante…”
“Sayang… mamamu sedang disetubuhi temanmu… tolongin mama dong….
Kok kamu malah enak-enakan tidur sih? Suka yah kalau mama dientotin orang
lain?” racau mama yang membuat Nando semakin semangat.
Hatiku menangis, tapi penisku ngaceng bukan main. Bahkan tak
lama kemudian aku memuntahkan spermaku karena tak tahan. Sungguh aku tak
tertolong.
Nando terus menyetubuhi ibu kandungku. Cukup lama hingga
membuat mama kilmaks berkali-kali.
“Tante… aku keluar. Keluarin di dalam yah?”
“Nggh… jangaaaann!”
“Tante…. Terima benihkuuuuu… Ah… mama temanku lonteeeee”
erang Nando dengan tubuh mengejang-ngejang menyemprotkan spermanya ke vagina
mama. Tempat aku lahir dulu kini dikotori oleh peju temanku!
“Dasar… anak sekarang cepat gede semua”
“Rawat anak Nando yah tante… hehe” ucap Nando cengengesan.
“Tante gak mau hamil anak kamu” balas mama.
“Tapi kalau hamil gimana?”
“Ya mudah-mudahan anaknya nanti gak mirip kamu, tapi mirip
tante, hihihi” ucap mama yang malah menjawab pertanyaan Nando dengan candaan.
“Hehe, yang penting aku senang bisa bantu Aldo punya adek
lagi”
“Dasar, mana mau Aldo punya adek dari benihmu. Tapi Aldo
bisa-bisanya yah tidur nyenyak, padahal mamanya sedang disetubuhi temannya”
ucap mama sambil melirik ke arahku, dengan cepat aku memejamkan mataku lagi.
Ah… Hatiku jadi tak karuan mendengar mama berkata seperti itu.
“Dia kan goblok dan budeg tante… Mamanya aku entotin aja gak
dengar. Huahahaha” ledek Nando.
“Hush… jangan keras-keras ngomongnya. Nanti dia beneran
bangun. Tante gak mau kalian berantem”
“Hehe, tapi aku boleh kan ngentot lagi?” tanya Nando.
“Ngentotin siapa?” balas mamaku balik nanya.
“Ngentotin mama temanku yang cantik dan seksi, hehe”
“Huh! Dasar”
Aku tak sanggup lagi, kuputuskan untuk tidur saja. Ku yakin
mereka lanjut ke ronde berikutnya. Aku tak ingin mendengar dan melihat lagi.
Aku memaksakan diri untuk tidur dengan ditemani desahan-desahan pelan mereka.
Esoknya mereka bertingkah seperti tidak terjadi apa-apa,
terutama mama.
Waktu terus berlalu. Saat ini papa sedang pergi keluar kota
karena pekerjaannya. Baru pulang 3 minggu lagi. Hanya ada aku, adikku, mama,
serta…. Nando di rumahku. Nando seakan-akan telah menjadi bagian dari
keluargaku.
Tiap ada kesempatan, mamaku dan Nando pasti akan mengulangi
perzinahan itu lagi diam-diam dibelakangku dan papa. Ada yang terlihat olehku,
tapi sepertinya kebanyakan aku memang tidak melihatnya, hanya ceceran sperma
dan susu mama saja yang menjadi bukti kalau mereka baru saja bersetubuh. Mama
sepertinya telah benar-benar jatuh ke genggaman Nando sejak dia merasakan
kenikmatan genjotan penis Nando pada vaginanya. Mama ketagihan dengan penis
temanku.
Hari ujian nasionalpun tiba. Aku pikir aku akan dapat
menjalani ujian ini dengan lancar, tapi pikiranku benar-benar telah kacau
dibuatnya.
“Bro… lo aja yah yang ujian, gue mau di rumah aja” ucap Nando
pagi itu di hari ujian.
“Emang lo gak ujian? Gila lo!” balasku.
Tak lama, mamapun muncul dari belakang.
“Sayang… kamu mau ujian kan sekarang? Sukses yah…” ucap mama padaku.
“I-iya Ma…”
“Hmm.. ngomong-ngomong sebelum kamu pergi, mama mau
mengatakan sesuatu. Mama tahu kok kalau kamu selama ini sudah melihatnya”
ujarnya yang membuat aku bingung dan terkejut.
“Hah? M-maksud mama apa?”
Mama tersenyum padaku, lalu dia mendekatkan wajahnya pada Nando,
mereka lalu berciuman!
“Kamu suka yah melihat mama disetubuhi temanmu sendiri? Kok
kamu gak marah sih sayang selama ini?” jawab mama memasang wajah pura-pura
kesal padaku. Ternyata selama ini mereka tahu kalau aku mengintip! Sejak
kapan!??
“Eh, itu… aku…” aku tergagap, tidak tahu harus menjawab apa.
“Huahaha… lo bejat sebagai anak bro! Masa mama kandung lo
dientotin orang lain lo malah ngaceng sih? Hahaha” ledek Nando ikut-ikutan. Aku
masih hanya diam antara kesal, marah dan malu. Tak tahu harus berkata apa
karena yang mereka katakan benar adanya.
“Tante, ngentot lagi yuk… gak tahan nih… hehe” ajak Nando
mesum. Mama tersenyum.
“Anak mama sayang… Mama mau disetubuhi lagi nih sama temanmu,
titip adikmu ya kalau dia nangis, hihihi. Kalau kamu pengen nonton boleh kok…
masuk aja ke kamar. Kamu bisa onani sepuasnya tontonin mama” ucap mama sambil
mengerling nakal padaku.
“Yoi bro… masuk aja ke kamar… Lo bebas jadi penonton. Eh,
tapi kan lo mau ujian yah? Makan tuh ujian! Biarin deh gue gak lulus-lulus asal
bisa ngentot terus sama nyokap lo. Entotin mama lo sampai lo punya adek baru
lagi, huahahaha” ujar Nando tertawa.
Mama lalu menarik tangan Nando ke dalam kamar. Sebelum masuk,
mama masih sempat tersenyum ke arahku, sedangkan Nando cengengesan padaku.
Aku terdiam. Aku tidak menyangka kenapa ini bisa terjadi.
Terlebih hari ini hari ujian. Pikiranku kacau. Hatiku sakit luar biasa. Namun
rasa sakit hatiku kemudian malah kalah dengan birahiku yang ingin melihat
mamaku disetubuhi. Akupun memutuskan untuk masuk ke dalam kamar mama. Tak
peduli dengan rasa malu dan gengsiku lagi. Tak peduli dengan ujianku.
Di atas ranjang orangtuaku, tampak mamaku sedang disetubuhi Nando
dari belakang, kebaya masih menempel pada tubuh mama. Saat aku masuk, langsung
disambut oleh ledekan Nando.
“Tuh kan tante… anak tante pasti pengen lihat mamanya aku
entotin, hehe” cibir Nando padaku yang diikuti mama dengan tersenyum manis
padaku, lalu berciuman kembali dengan Nando. Seakan menjadi ucapan selama
datang dan selamat menonton padaku.
Dengan penuh rasa cemburu, kesal, marah, namun penuh birahi,
ku turunkan penisku dan mengocoknya sambil melihat pemandangan di depan. Nando
tertawa terbahak-bahak, mama tertawa kecil melihat tingkahku. Aku mau juga
merasakan apa yang Nando rasakan. Sialan! Nando anjing! Mama lonte! Aku juga
anak yang goblok! Makiku dalam hati sambil tanganku terus mengocok penisku.
Mereka betul-betul melakukan persetubuhan yang panas. Seorang
wanita bersuami sedang bersetubuh dengan remaja tanggung yang tak lain adalah
temanku. Tubuh dewasa mamaku dinikmati dengan sepuas hati oleh remaja jelek
ini. Erangan dan desahan tak henti-hentinya terucap dari bibir mereka. Sesekali
mama malah melirik dan tersenyum padaku sambil dia dientotin, membuat
perasaanku makin tak karuan dibuatnya.
Aku terus menonton hingga akupun muncrat duluan. Namun aku
masih ingin terus berada di sana sampai persetubuhan mama dan temanku ini
selesai. Aku menyaksikan dari awal hingga akhir. Yang tadinya mama berkebaya
lengkap, kini telah telanjang bulat dengan rambut panjang terurai acak-acakan.
Tubuh mereka mengkilap karena banjir keringat. Mama terlihat sangat seksi dan
nafsuin.
“Tante… aku pengen keluar” ucap Nando tiba-tiba mengeluarkan
penisnya, dia lalu berbisik pada mama. Mama hanya tersenyum mendengar bisikan Nando.
Entah apa yang Nando ucapkan, tapi sepertinya aku akan segera tahu.
Nando lalu bangkit berdiri di atas tempat tidur, sedangkan
Mama duduk bersimpuh di depannya, tepat di hadapan penis Nando.
“Sayang… temanmu bilang dia mau pejuin wajah mama di hadapan
kamu. Kamu pengen lihat kan sayang?” ucap mama padaku. Ah… tubuhku lemas
mendengar mama berucap seperti itu. Tentu saja aku tidak menjawab, tapi itu
sudah cukup bagi mama sebagai tanda kalau aku juga pengen lihat. Ingin melihat
wajah mama kandungku dipejuin oranglain di depan mataku sendiri.
“Liatin yah sayang… jangan berkedip” ujar mama dengan
senyuman nakal.
Tak lama kemudian Nando mengerang kencang. Tangan kanannya
menahan kepala mama dan menghadapkan wajah mama ke arahku berdiri, sambil
tangan kirinya terus mengocok penisnya.
“Ah…. Cindyyy. Gue pejuin muka lo di hadapan anak kandung
loooooo”
“Croooooootttt croooooooot”
Sperma Nando muncrat-muncrat menghantam wajah cantik mamaku bertubi-tubi.
Sangat banyak, kental dan lama sekali. Aku menyaksikan tiap detik bagaimana
pejunya itu mendarat di kening, pipi, mulut, dagu, serta seluruh permukaan
wajah mama. Mamaku dikotori dihadapanku! Apalagi yang lebih menyakitkan dari
ini !??
“Ugh… enak banget ngecrot di wajah mama lo broo… huahahaha”
tawa Nando.
“Anak tante kayaknya juga enak banget tuh nontonin kita, hehe” lanjut Nando
lagi melirik padaku.
Mama juga melirik sambil tersenyum padaku. Seakan ingin
menunjukkan betapa banyaknya sperma temanku itu mendarat di wajah cantiknya.
Seakan ingin mengatakan betapa bejatnya temanmu itu sampai mengotori wajah
ibumu dengan sperma.
“Kamu suka sayang? Jangan kasih tahu papa kamu yah… Tadi kamu
muncrat juga kan di lantai? Jangan lupa yah bersihin…” ucap mama cekikikan
nakal padaku. Aku hanya diam. Aku merasa seperti orang bodoh.
Mamaku tersayang, mamaku yang cantik dan baik, kini telah menjadi
milik Nando. Mengkhianati Papa.
“Tante, besok boleh nggak aku ngajak teman-temanku ke sini?”
tanya Nando.
“Kamu mau ngajak teman-temanmu ke sini?”
“Iya, tante… kita pengen ujian juga sama tante, hehe”
“Hihihi, ujian apa sih… ada-ada aja kamu. Hmm… Iya deh,
berapa orang?”
“Kalau rame gak apa kan tante?”
“Boleh kok… suruh ke sini deh semua temanmu itu”
“Oke deh tante… Kita semua bakal ke sini besok, ujian sama
tante. Tapi tanpa Aldo kan tante? Hehe” ucap Nando cengengesan.
“Iya… u-ji-an khusus untuk kamu dan teman-temanmu,
tanpa Aldo” jawab mama sambil tersenyum padaku.
Sepertinya… Hidupku telah berakhir. END









No comments: