Sekretarisku Minta Dipuasin
Cerita Dewasa - Pagi itu pada waktu jam masuk kantor aqu berpapasan dgnnya di
pintu masuk, seperti biasa kita saling tersenyum dan mengucapkan selamat pagi.
Ah lucu juga kita yg sudah kenal beberapa tahun masih melaqukan kebiasaan
seperti itu, padahal untuk hitungan waktu selama tiga tahun kita harus lebih
akrab dari itu, tapi mau bagaimana lagi karena Rita orangnya memang seperti itu
jadi aqupun terbawa-bawa, aqu sendiri bertanya-tanya apakah sifatnya yg seperti
itu hanya untuk menjaga jarak dgn orang-orang di lingkungan kerja atau memang
dia punya pembawaan seperti itu sejak lahir.
Mungkin
waktu itu aqu sedang ketiban mujur, tepat di pintu masuk entah apa penyebabnya
tiba-tiba saja Rita seperti akan terjatuh dan refleks aqu meraih badannya dgn
maksud untuk menahan supaya dia tak benar-benar terjatuh, tapi tanpa sengaja
tanganku menyentuh sesuatu di bagian dadanya.
Sekretarisku Minta Dipuasin
Setelah
dapat berdiri dgn sempurna Rita memandang ke arahku sambil tersenyum, ya ampun
menurutku itu merupakan sesuatu yg istimewa mengingat sifatnya yg kuketahui
selama ini.
“Terima kasih Pak Sofian, hampir saja aqu
terjatuh.”
“Oh,
gag apa-apa, maaf barusan tak sengaja.”
“Tak
apa-apa.”
Seperti
itulah dialog yg terjadi pagi itu. Walaupun gag mau mikirin terus kejadian
tersebut tapi aqu tetap merasa kurang enak karena telah menyentuh sesuatu pada
badannya walaupun gag sengaja, waktu kutengok ke arah meja kerjanya melalui
kaca pintu ruanganku dia juga kelihatannya kepikiran dgn kejadian tersebut,
untung waktu masuk kerja masih empat puluh lima menit lagi jadi belum ada
orang, seandainya pada waktu itu sudah banyak orang mungkin dia selain merasa
kaget juga akan merasa malu.
Aqu
kembali melaqukan rutinitas keseharian menggeluti angka-angka yg gag ada
ujungnya. Sudah kebiasaanku setiap tiga puluh menit memandang gambar panorama
yg kutempel dikaca pintu ruanganku untuk menghindari kelelahan pada mata, tapi
ternyata ada sesuatu yg lain di seberang pintu ruanganku pada hari itu, aqu
melihat Rita sedang memandang ke arah yg sama sehingga pandangan kami bertemu.
Lagi,
dia tersenyum kearahku, aqu malah jadi bertanya-tanya ada apa gerangan dgn
perempuan itu, aqu yg geer atau memang dia jadi lain hari ini, ah mungkin hanya
pikiranku saja yg ngelantur.
Jam
istirahat makan seperti biasa semua orang ngumpul di EDR untuk makan siang, dan
suatu kebetulan lagi waktu nyari tempat duduk ternyata kursi yg kosong ada di
sebelah Rita, akhirnya aqu duduk disana dan menyantap makanan yg sudah kuambil.
Setelah
selesai makan, kebiasaan kami ngobrol ngalor-ngidul sambil menunggu waktu
istirahat habis, karena aqu duduk disebelah dia jadi aqu ngobrol sama dia,
padahal sebelumnya aqu males ngobrol sama dia.
“Gimana
kabarnya suamimu ta?” aqu memulai percakapan
“Baik
pak.”
“Trus
gimana kerjaannya? masih di tempat yg dulu?”
“Sekarang
sedang meneruskan studi di amerika, baru berangkat satu bulan yg lalu.”
“Oh
begitu, baru tahu aqu.”
“Ingin
lebih pintar katanya pak.”
“Ya
baguslah kalau begitu, kan nantinya juga untuk mesa depan berdua.”
“Iya
pak.”
Setelah
jam istirahat habis semua kembali ke ruangan masing-masing untuk meneruskan
kerjaan yg tadi terhenti. Aqupun kembali hanyut dgn kerjaanku.
Pukul
setengah tujuh aqu bermaksud beres-beres karena penat juga kerja terus, tanpa
sengaja aqu nengok ke arah pintu ruanganku ternyata Rita masih ada di mejanya.
Setelah semua beres aqupun keluar dari ruangan dan bermaksud untuk pulang, aqu
melewati mejanya dan iseng aqu nyapa dia.
“Kok
tumben hari gini masih belum pulang?”
“Iya pak, ini baru mau pulang, baru beres, banyak kerjaan hari ini”
Aqu
merasakan gaya bicaranya lain hari ini, tak seperti hari-hari sebelumnya yg
kalau bicara selalu kedengaran resmi, yg menimbulkan rasa tak akrab.
“Ya
udah kalo begitu kita bareng aja.” ajakku menawarkan.
“Tak usah pak, biar aqu pulang sendiri saja.”
“Gag apa-apa, ayo kita bareng, ini udah terlalu malam.”
“Baik Pak kalau begitu.”
Sambil
berjalan menuju tempat parkir kembali kutawarkan jasa yg walaupun sebetulnya
niatnya hanya iseng saja.
“Gimana
kalo Rita bareng aqu, kita kan searah.”
“Gag usah pak, biar aqu pakai angkutan umum atau taksi saja.”
“Lho, jangan gitu, ini udah malem, gag baik perempuan jalan sendiri
malem-malem.”
“Baik kalau begitu pak.”
Di
sepanjang jalan yg dilalui kami tak banyak bicara sampai akhirnya aqu
perhatikan dia agak lain, dia kelihatan murung, kenapa ini perempuan.
“Lho
kok kelihatannya murung, kenapa?” tanyaqu penasaran.
“Gag apa-apa pak.”
“Gag apa-apa kok ngelamun begitu, perlu teman buat ngobrol?” tanyaqu memancing.
“Gag ah pak, malu.”
“Kok malu sih, gag apa-apa kok, ngobrol aja aqu dengerin, kalo bisa dan perlu
mungkin aqu akan bantu.”
“Susah mulainya pak, soalnya ini terlalu pribadi.”
“Oh begitu, ya kalo gag mau ya gag usah, aqu gag akan maksa.”
“Tapi sebetulnya memang aqu perlu seseorang untuk teman ngobrol tentang masalah
ini.”
“Ya udah kalo begitu obrolin aja sama aqu, rahasia dijamin kok.”
“Ini
soal suami aqu pak.”
“Ada apa dgn suaminya?”
“Itu yg bikin aqu malu untuk meneruskannya.”
“Gag usah malu, kan udah aqu bilang dijamin kerahasiaannya kalo Rita ngobrol ke
aqu.”
“Anu, aqu sering baca buku-buku mengenai hubungan suami istri.”
“Trus kenapa?”
“aqu baca, akhir dari hubungan badan antara suami istri yg bagus adalah orgasme
yg dialami oleh keduanya.”
“Trus letak permasalahannya dimana?”
“Mengenai orgasme, aqu sampai dgn waktu ini aqu hanya sempat membacanya tanpa
pernah merasakannya.”
Aqu
sama sekali gag pernah menduga kalo pembicaraannya akan mengarah kesana, dalam
hati aqu membatin, masa sih kawin satu setengah tahun sama sekali belum pernah
mengalami orgasme? timbul niatku untuk beramal:-)
“Masa
sih ta, apa betul kamu belum pernah merasakan orgasme seperti yg barusan kamu
bilang?”
“Betul pak, kebetulan aqu ngobrolin masalah ini dgn bapak, jadi setidaknya
bapak bisa memberi masukan karena mungkin ini adalah masalah laki-laki.”
“Ya, gimana ya, sekarang kan suami Rita lagi gag ada, seharusnya waktu suami Rita
ada barengan pergi ke ahlinya untuk konsultasi masalah itu”
“Pernah beberapa kali aqu ajak suami aqu, tapi menolak dan akhirnya kalau aqu
singgung masalah itu hanya menimbulkan pertengkaran diantara kami.”
Tanpa
terasa jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan tanpa terasa pula kami
sudah sampai didepan rumah Rita, Aqu bermaksud mengantar dia sampai depan pintu
rumahnya.
“Tak
usah pak, biar sampai sini saja.”
“Gag apa-apa, taqut ada apa-apa biar aqu antar sampai depan pintu.”
Dasar,
kakiku menginjak sesuatu yg lembek ditanah dan hampir saja terpeleset karena
penerangan di depan rumahnya agak kurang. Setelah sampai di teras rumahnya
kulihat kakiku, ternya yg kunjak tadi adalah sesuatu yg kurang enak untuk
disebutkan, sampai-sampai sepatuku sebelah kiri hampir setengahnya kena.
“Aduh
Pak Sofian, gimana dong itu kakinya.”
“Gag apa-apa, nanti aqu cuci kalo udah nyampe rumah.”
“Dicuci disini aja pak, nanti gag enak sepanjang jalan kecium baunya.”
“Ya udah, kalo begitu aqu ikut ke toilet.”
Setelah
membersihkan kaki aqu dipersilahkan duduk di ruang tamunya, dan ternyata disana
sudah menunggu segelas kopi hangat. Sambil menunggu kakiku kering kami
berbincang lagi.
“Oh
ya ta, mengenai yg kamu ceritakan tadi di jalan, gimana cara kamu mengatasinya?”
“aqu sendiri bingung Pak harus bagaimana.”
Mendengar
jawaban seperti itu dalam otakku timbul pikiran kotor lelaki.
“Gimana
kalau besok-besok aqu kasih apa yg kamu pengen?”
“Yg aqu mau yg mana pak.”
“Lho, itu yg sepanjang jalan kamu bilang belum pernah ngalamin.”
“Ah bapak bisa aja.”
“Bener kok, aqu bersedia ngasih itu ke kamu.”
Termenung
dia mendengar perkataanku tadi, melihat dia yg sedang menerawang aqu berpikir
kenapa juga harus besok-besok, kenapa gag sekarang aja selagi ada kesempatan.
Kudekati
dia dan kupegang tangannya, tersentak juga dia dari lamunannya sambil menatap
kearahku dgn penuh tanda tanya. Kudekatkan wajahku ke wajahnya dan kukecup pipi
sebelah kanannya, dia diam tak bereaksi.Cerita Hot
Ku
kecup bibirnya, dia menarik napas dalam entah apa yg ada dipikirannya dan tetap
diam, kulanjutkan mencium hidungnya dan dia memejamkan mata.
Ternyata
napsu sudah menggerogoti kepalaqu, kulumat bibirnya yg tipis dan ternyata dia
membalas lumatanku, bibir kami saling berpagut dan kulihat dia begitu meresapi
dan menikmati adegan itu.
Kitarik
tangannya untuk duduk disebelahku di sofa yg lebih panjang, dia hanya mengikuti
sambil menatapku. Kembali kulumat bibirnya, lagi, dia membalasnya dgn penuh
semangat.
Dgn
posisi duduk seperti itu tanganku bisa mulai bekerja dan bergerilya. Kuraba
bagian dadanya, dia malah bergerak seolah-olah menyodorkan dadanya untuk
kukerjain.
Kuremas
dadanya dari luar bajunya, tangan kirinya membuka kancing baju bagian atasnya
kemudian membimbing tangan kananku untuk masuk kedalam BHnya. Ya ampun
bener-bener udah gag tahan dia rupanya.
Kulepas
tangan dan bibirku dari badannya, aqu berpindah posisi bersandar pada pegangan
sofa tempatku duduk dan membuka kalkiku lebar-lebar.
Kutarik
dia untuk duduk membelakangiku, dari belakang kubuka baju dan BHnya yg waktu
itu sudah nempel gag karuan, kuciumi leher bagian belakang Rita dan tangan kiri
kananku memegang gunung di dadanya masing-masing satu, dia bersandar kebadanku
seperti lemas tak memiliki tenaga untuk menopang badannya sendiri dan mulai
kuremas payudaranya sambil terus kuciumi tengkuknya.
Setelah
cukup lama meremas buah dadanya tangan kiriku mulai berpindah kebawah menyusuri
bagian perutnya dan berhenti di tengah selangkangannya, dia melenguh waktu
kuraba bagian itu.
Kusingkap
roknya dan tanganku langsung masuk ke celana dalamnya, kutemukan sesuatu yg
hangat-hangat lembab disana, sudah basah rupanya. Kutekan klitorisnya dgn jari
tengah tangan kiriku.
“Ohh
.. ehh ..”
Aqu
semakin bernapsu mendgn rintihannya dan kumasukkan jariku ke kemaluannya,
suaranya semakin menjadi. Kukeluar masukkan jariku disana, badannya semakin
melenting seperti batang plastik kepanasan, terus kukucek-kucek semakin cepat
badannya bergetar menerima perlaquanku. Dua puluh menit lamanya kulaqukan itu
dan akhirnya keluar suara dari mulutnya.
“Udah
dulu pak, aqu gag tahan pengen pipis.”
“Jangan ditahan, biarkan aja lepas.”
“Aduh pak, gag tahan, Rita mau pipis .. ohh .. ahh.”
Badanya
semakin bergetar, dan akhirnya.
“Ahh
.. uhh.”
Badanya
mengejang beberapa waktu sebelum akhirnya dia lunglai bersender kedadaqu.
“Gimana
ta rasanya?”
“Enak pak.”
Kulihat
air matanya berlinang.
“Kenapa
kamu menangis ta.”
Dia
diam tak menyahut.
“Kamu
nyesel udah melaqukan ini?” tanyaqu.
“Bukan pak.”
“Lantas?”
“aqu bahagia, akhirnya aqu mendapatkan apa yg aqu idam-idamkan selama ini yg
seharusnya datang dari suami aqu.”
“Oh begitu.”
Kami
saling terdiam beberapa waktu sampai aqu lupa bahwa jari tengah tangan kiriku
masih bersarang didalam kemaluannya dan aqu cabut perlahan, dia menggeliat
waktu kutarik jari tanganku, dan aqu masih tercenung dgn kata-kata terakhir yg
terlontar dari mulutnya, benar rupanya .. dia belum pernah merasakan orgasme.
“Mau
ke kamar mandi pak?”
Tiba-tiba
suara itu menyadarkanku dari lamunan ..
“Oh
ya, sebelah mana kamar mandinya?”
“Sebelah sini pak”, sahutnya sambil menunjukkan jalan menuju kamar mandi.
Dia
kembali ke ruang tamu sementara aqu mencuci bagian tangan yg tadi sudah
melaksanakan tugas sebagai seorang laki-laki terhadap seorang perempuan. Tak
habisnya aqu berpikir, kenapa orang berumah tangga sudah sekian lama tapi si
perempuan baru mengalami orgasme satu kali saja dan itupun bukan oleh suaminya.
Selesai
dari kamar mandi aqu kembali ke ruang tamu dan kutemukan dia sedang melihat
acara di tv, tapi kulihat dari wajahnya seakan pikirannya sedang menerawang,
entah apa yg ada dalam pikirannya waktu itu.
“Ta,
udah malam nih, saya pulang dulu ya ..”
Terhenyak
dia dan menatapku ..
“Emm,
pak, mau gag malam ini nemanin Rita?”
Kaget
juga aqu menerima pertanyaan seperti itu karena memang tak pikiran untuk
menginap dirumahnya malam ini, tapi aqu tak mau mengecewakan dia yg meminta dgn
wajah mengharap.
“Waktu
kan masih banyak, besok kita ketemu lagi di kantor, dan kapan-kapan kita masih
bisa ketemu diluar kantor.”
Dia
berdiri dan menghampiriku ..
“Terima
kasih ya pak, Rita sangat bahagia malam ini, saya harap bapak tak bosan
menemani saya.”
“Kita kan kenal sudah lama, saya selalu bersedia untuk membantu kamu dalam hal
apapun.”
“Sekali lagi terima kasih, boleh kalau mau pulang sekarang dan tolong sampaikan
salam saya buat ibu.”
Akhirnya
aqu pulang dgn terus dihinggapi pertanyaan didalam pikiranku, kenapa dia bisa
begitu, kasihan sekali dia.
Seperti
biasa esoknya aqu masuk kantor pagi-pagi sekali karena memang selalu banyak
pekerjaan yg harus diselesaikan, kupikir belum ada siapa-siapa karena biasanya
yg sudah ada waktu aqu datang adalah office boy, tapi ternyata pagi itu aqu
disambut dgn senyuman Rita yg sudah duduk di meja kerjanya.
Tak
seperti biasa, pada hari-hari sebelumnya aqu selalu melihat Rita dalam
penampilan yg lain dari pagi ini, sekarang dia terlihat berseri dan terkesan
ramah dan akrab.
“Pagi
ta.”
“Pagi pak.”
“Gimana, bisa tidur nyenyak tadi malam?”
“Ah bapak, bisa aja, tadi malam saya tidur pulas sekali.”
“Ya sudah, saya tinggal dulu ya, selamat bekerja.”
“Iya pak.”
Aqu
meneruskan langkahku menuju ruang kerjaqu yg memang tak jauh dari meja
kerjanya, dari dalam ruangan kembali aqu menengokkan wajah ke arahnya, ternyata
dia masih menatapku sambil tersenyum.
Tak
seperti biasanya, aqu merasakan hari ini bekerja merupakan sesuatu yg
membosankan, suntuk rasanya menghadapi pekerjaan yg memang dari hari ke hari
selalu saja ada sesuatu yg harus diulang, akhirnya aqu menulis cerita ini.
HP
didalam saqu celanaqu berbunyi, ada SMS yg masuk, kubuka SMS tersebut yg
rupanya datang dari perempuan diseberang ruanganku yg tadi pagi menatapku
sampai aqu masuk ke ruangan ini .. ya dia, Rita.
“Pak,
nanti mlm ada acara gak? kalo tak bisa gak bapak menuhin janji bapak tadi
malam.”
Begitulah
isi SMS yg kuterima, aqu berpikir agresif juga nih perempuan pada akhirnya.
Kuangkat telepon yg ada diatas meja kerjaqu dan kutekan nomor extensin dia.
“Kenapa
gitu ta, mau ngajak kemana?”
“Eh bapak, kirain siapa, enggag, Rita udah nyediain makan malam di rumah, bapak
bisa kan makan malam sama Rita nanti malam?”
“Boleh, kalau gitu nanti pulang saya tunggu di ruang parkir ya.”
“Iya pak, ma kasih.”
Sore
hari aqu terkejut karena waktu pulang sudah terlewat sepuluh menit, bergegas
kubereskan ruanganku dan berlari menuju ruang parkir. Disana Rita sudah
menungguku, tapi dia tersenyum waktu melihatku datang, tadinya kupikir dia akan
kecewa, tapi syukurlah kelihatanyya dia tak kecewa.
“Maaf
jadi nunggu ya ta, harus beres-beres sesuatu dulu.”
“Gag apa-apa pak, Rita juga barusan ada yg harus diselesaikan dulu dgn neni.”
“Yo.” kataqu sambil membukkan pintu untuk dia, dan dia masuk kedalam mobil
kemudian duduk disebelahku.
Diperjalanan
kami ngobrol kesana kemari, dan tanpa terasa akhirnya kami masuk ke komplek
perumahan dimana Rita tinggal lalu kami turun menuju ke rumahnya. Dia membuka
pintu depan rumahnya dgn susah, rupanya ada masalah dgn kunci pintu tersebut.
Aqu
tak berusaha membantunya, karena dari belakang baru kuperhatikan kali ini kalau
bagian tengah belakang milik Rita menarik sekali, lingkarannya tak terlalu
besar, tapi aqu yakin laki-laki akan suka bila melihatnya dalam keadaan
setengah berjongkok seperti itu.
Akhirnya
pintu terbuka juga dan dia mempersilakan aqu masuk, dan kamipun masuk. Setelah
mempersilahkan aqu untuk duduk, dia pergi ke kamarnya, setelah itu dia kembali
lagi dgn pakaian yg sudah digantinya, dia tak langsung menghampiriku tapi terus
melangkah ke arah dapur dan kembali dgn segelas air putih dan segelas kopi,
lalu dia menyodorkan kopi tersebut kepadaqu.
“Wah
enak sekali nih hari gini minum kopi, kamu kok gag minum kopi juga ta?”
“Saya gag pernah minum kopi pak, gag boleh sama si mas.”
“Oh gitu.”
“Pak mobilnya dimasukin garasi aja ya, biar Rita yg mindahin.”
“Boleh, sekalian saya mau ikut ke kamar mandi dulu, badan rasanya gag enak
kalau masih ada keringatnya.”
“Handuknya ada di kamar mandi pak.”
Dia
berdiri sambil menerima kunci mobil yg kuserahkan sedangkan aqu ngeloyor ke
kamar mandi untuk terus membersihkan badan yg memang rasanya agak gag enak
setelah barusan diperjalanan dihadapkan ke kondisi jalan yg cukup macet tak
seperti biasa.
Keluar
dari kamar mandi kudapati Rita kelihatan sedikit bingung, kutanya dia,
“Kenapa
ta, kok seperti yg bingung begitu ..”
“Anu pak, barusan ada telepon dari restoran yg saya pesani untuk makan malam,
katanya gag bisa nganter makanan yg dipesan karena kendaraannya gag ada.”
“Ya sudah gag apa-apa, kita kan bisa bikin makanan sendiri, punya apa yg bisa
dimasak?”
“Adu pa, Rita jadi malu.”
“Udah gag apa-apa kok, malah jadi bagus kita bisa masak barengan.”
Kataqu
sambil tersenyum, Rita melangkahkan kakinya menuju dapur dan kuikuti, sampai
didapur dia membuka lemari es yg ternyata hanya ada sedikit makanan yg siap
masak disana. Akhirnya kami masak masakan seadanya sambil berbincang kesana
kemari.
Tanpa
sengaja aqu perhatikan postur badan Rita yg terlihat lain dgn pakaian yg
dikenakan sekarang, pakaian yg sedikit agak ketat menyebabkan lekuk-lekuk
badannya terlihat jelas, sungguh bentuk badan yg sempurna untuk wanita seusia dia
Tanpa
sadar kuhampiri dia dan dari belakang kupeluk dia yg sedang melaqukan tugasnya
sebagai ibu rumah tangga, dia menoleh kearahku dan tersenyum, kudekatkan
bibirku ke bibirnya dan dia menyambutnya, awalnya hanya ciuman biasa sampai
akhirnya kami saling berpagutan disini, ya di dapur miliknya.
Berlanjut
terus pergulatan bibir tersebut, kuraba buah dadanya dan kuremas dari luar
bajunya. Tangan Rita bergerak membuka kancing baju bagian depan dilanjutkan dgn
menyingkapkan BH yg dia pakai, dgn demikian tanganku kiri kanan lebih leluasa
meremasnya.
Beberapa
waktu kemudian kulepaskan bibirku dari bibirnya dan kuarahkan ke buah dadanya
yg terlihat sungguh indah dgn warna puting yg kemerahan, kujilat puting yg
sebelah kanan dan dia menarik nafas dalam menerima perlaquan itu, akhirnya
kukulum puting itu dan kuhisap dalam-dalam sambil tangan kananku tetap meremas
dadanya yg sebelah kiri.
Tangan
kiriku kugerakkan ke arah pantatnya, dan kuremas pantat yg kenyal itu.
Kumasukkan tangan itu ke dalam rok yg dia pakai dan disana kuraba ada sesuatu
yg hangat dan sedikit basah dan kuraba-raba bagian itu terus menerus.
Rupanya
dia tak tahan menerima sikapku itu, tangannya bergerak membuka resleting roknya
dan melorotkannya kebawah. Aqu hentikan kegiatan bibirku di buah dadanya lalu
bubuka celana dalamnya dan kutemukan bulu indah yg tak terlalu banyak disana
kusingkapkan sedikit dan kuarahkan bibirku kesana dan kujilat bagian kecil yg
menonjol disana.
Suara
lenguhan dari bibirnya sudah tak terbaygkan lagi, akan memperpanjang cerita
kalau saya tuliskan disini.Cerita Dewasa
“Oh,
pak, saya belum pernah merasakan ini, oh ..”
Aqu
terus melanjutkan kegiatan lidahku diselangkangannya sambil terus memasukkan
lidah ini kedalam gua lembab yg berbau khas milik wanita.
Lenguhan
demi lenguhan terus keluar dari mulutnya sampai akhirnya kurasakan badannya
mengejang dan bergetar dgn mengeluarkan teriakan yg tak bisa ditahan dari
mulutnya, dia sudah sampai ke puncak kenikmatan sentuhan seorang lelaqu seperti
aqu ini, dan akhirnya kuhentikan kegiatanku itu lalu berdiri menghadap dia,
danpa kuduga dia mencium bibirku.
“Pak
kita ke kamar ya.”
Dia
menuntunku masuk ke kamar tidurnya, kamar itu terlihat rapi, lalu kami duduk
dipinggir tempat tidur dan kembali saling berpagutan disana. Dia bangkit
berdiri dihadapanku seraya bertanya.
“Boleh
saya buka pakaian bapak?”
Aqu
hanya tersenyum menanggapi pertanyaan tersebut, lalu dia membuka seluruh
pakaian yg kukenakan sampai ke celana dalamku. Dia memegang senjataqu yg dia
dapati dibalik celana dalam yg baru saja terbuka, lalu dia menciumnya dan
menjilatinya, nikmat sekali rasanya.
“Dari
dulu saya ingin melaqukan ini, tapi suami saya gag pernah mau diperlaqukan
begini.”
Dia
berkata begitu sambil kembali meneruskan kegiatannya menjilati senjata milikku,
tanpa kuduga dia lanjutkan kegiatannya tadi dgn mengulum dan menyedot batang
kemaluanku, dan rasanya lebih nikmat dari yg tadi kurasakan. Akhirnya dia
berhenti berlaqu seperti itu dan berkata.
“Pak,
tidurin Rita ya.”
Tanpa
menunggu permintaan itu terulang aqu baringkan badannya diatas tempat tidur,
aqu ciumi sekujur badannya yg dibalas dgn gelinjangan badan mulus itu, akhirnya
setelah sekian lama kucoba masukkan kemaluanku kedalam lubang senggama yg
memang sudah basah dari sejak tadi, dan “Ahh ..” itulah yg keluar dari mulut Rita,
sungguh nikmat sekali rasanya memasuki badan yg telanjang ini, dan satu lagi,
lubang kemaluannya masih terasa cukup sempit dan menggigit, terbersit lam
pikiranku sebuah pertanyaan, sebesar apa milik suaminya sampai lubang ini masih
terasa sempit seperti ini.
Kuperhatikan
jam yg ada di dinding kamarnya menunjukkan bahwa aqu sudah mengeluar masukkan
kemaluanku kedalam badannya selama dua puluh menit dan akhirnya kembali
kurasakan badannya mengejang sambil mengeluarkan suara-suara aneh dari
mulutnya, akhirnya dia menggelepar sambil memeluk badanku erat-erat seolah tak
ingin lepas dari badannya, karena pelukannya itu aqu jadi terhenti dari
kegiatanku.
Beberapa
waktu kemudian Rita melepaskan pelukannya dan terkulai lemas, tapi aqu melihat
sebuah senyuman puas diwajahnya dan itu membuat aqu merasa puas karena malam
ini dia sudah dua kali mendapatkan apa yg selama ini belum pernah dia dapatkan
dari suaminya.
“Gimana
ta?”
“Aduh, Rita lemas tapi tadi itu nikmat sekali ..”
“Rita mau coba gaya yg lain?”
“Emm ..”
Kubangunkan
badannya dan kugerakkan untuk membelakanginya, kudorong pundaknya dgn pelan
sampai dia menungging dihadapanku, kumasukkan kejantananku kedalam lubang
senggamanya dan dia mengeluarkan teriakan kecil.
“Aduh
.. Pak enak sekali, dorong terus pak, Rita belum pernah merasakan kenikmatan
seperti ini ..”
Aqu
keluar masukkan kemaluanku ini kedalam badannya dgn irama yg semakin lama
semakin kupercepat, lama juga aqu melaqukan itu sampai akhirnya dia berkata
“Pak Rita mau pipis lagi ..”, semakin kupercepat gerakanku karena kurasakan ada
sesuatu yg mendorong ingin keluar dari dalam badanku.
Dalam
kondisi lemas dan masih menungging Rita menerima gerakan maju mundur dariku,
mungkin dia tahu kalau aqu sebentar lagi mencapai klimaks, dan akhirnya
menyemburlah cairan dari kemaluanku masuk semua kedalam badannya.
Beberapa
waktu kemudian aqu merasakan badanku lemas bagai tak bertulang dan kucabut
senjataqu dari lubang milik Rita.
Aqu
terbaring disampingnya setelah melepaskan nikmat yg diada tara, dia tersenyum
puas sambil menatapku dan memelukku, lalu kami tertidur dgn perasaan
masing-masing.
Dalam
tidur aqu memimpikan kegiatan yg barusan kami laqukan dan waktu hampir pagi aqu
terbangun kudapati Rita masih terpejam dgn wajah yg damai sambil masih
memelukku, kulepaskan pelukkannya dan dia terbangun, lalu kami meneruskan
kegiatan yg tadi malam terpotong oleh tidur sampai akhirnya kami berdua bangun
dan menuju kamar mandi dalam keadaan masing-masing telanjang bulat tanpa
sehelai benangpun menutupi badan kami.
Dikamar
mandi kami melaqukannya lagi, dan kembali dia mengucapkan kata-kata yg tak
habis aqu bisa mengerti “Rita belum pernah melaqukan seperti ini sebelumnya
..”.
Akhirnya
kami berangkat kerja dari rumah Rita, sengaja masih pagi agar tak ada orang di
kantor yg melihat kedatangan kami berdua untuk menghindari sesuatu yg kami
berdua tak inginkan.
Sampai
saya menulis cerita ini, masih tetap terngiang kata-katanya yg sering
mengucapkan kata-kata “Rita belum pernah melaqukan seperti ini sebelumnya ..”
setiap saya berhubungan dgn dia dgn gaya yg lain.
Berawal
dari situlah kami sering melaqukan hubungan suami istri, dan itu selalu kami
laqukan atas permintaan dari dia, aqu sendiri tak pernah memintanya karena aqu
tak mau dia punya pikiran seolah-olah aqu mengeksploitir dia. Dan sekarang Rita
yg kukenal jauh berbeda dari Rita yg dulu, dia menjadi orang yg ramah dan
selalu tersenyum kepada semua orang dilingkungannya.
No comments: