sponsor

sponsor

Slider

Theme images by kelvinjay. Powered by Blogger.

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Search This Blog

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Archive

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Author Details

Templatesyard is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design. The main mission of templatesyard is to provide the best quality blogger templates which are professionally designed and perfectlly seo optimized to deliver best result for your blog.

Ad Home

LightBlog

Breaking

Header Ads

ad

Featured

Contact Form

Name

Email *

Message *

Categories

Popular

Recent Tube

Business

Technology

Life & style

Games

Sports

Fashion

» » Kunikmati Tubuh Mulus Istri Temanku

Kunikmati Tubuh Mulus Istri Temanku

Cerita DewasaNama saya Roni, saya berusia 29 tahun, baru 3 (tiga) bulan bekerja di suatu perusahaan asing di Jakarta, atasan saya Mr. Jonathan, berasal dari Amerika, kira-kira berusia 40 tahun. Dalam waktu singkat kami pun menjadi sangat akrab, karena kebetulan kami mempunyai hobi yang sama yaitu bermain golf.

Perusahaan tempat kami bekerja adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang advertising. Menurut cerita-cerita teman-teman istri Jonathan, yang berasal dari Amerika juga, sangat cantik dan badannya sangat seksi, seperti bintang film Hollywood.Aku sendiri belum pernah bertemu secara langsung dengan istri Jonathan, hanya melihat fotonya yang terletak di meja kerja Jonathan. Suatu hari saya memasang foto saya berdua denga Jenny istri saya, yang berasal dari Bandung dan berusia 26 tahun, di meja kerja saya. Pada waktu Jonathan melihat foto itu, secara spontan dia memuji kecantikan Jenny dan sejak saat itu pula saya mengamati kalau Jonathan sering melirik ke foto itu, apabila kebetulan dia datang ke ruang kerja saya.

Kunikmati Tubuh Mulus Istri Temanku

Suatu hari Jonathan mengundang saya untuk makan malam di rumahnya, katanya untuk membahas suatu proyek, sekaligus untuk lebih mengenal istri masing-masing.
“Ron, nanti malam datang ke rumah ya, ajak istrimu Jenny juga, sekalian makan malam”.
“Lho, ada acara apa boss?”, kataku sok akrab.
“Ada proyek yg harus diomongin, sekalian biar istri saling kenal gitu”.
“Okelah!”, kataku.
Sesampainya di rumah, undangan itu aku sampaikan ke Jenny. Pada mulanya Jenny agak segan juga untuk pergi, karena menurutnya nanti agak susah untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan mereka. Akan tetapi setelah kuyakinkan bahwa Jonathan dan Istrinya sangat lancar berbahasa Indonesia, akhirnya Jenny mau juga pergi.
“Ada apa sih Mas, kok mereka ngadain dinner segala?”.
“Tau, katanya sih, ada proyek apa.., yang mau didiskusikan”.
“Ooo.., gitu ya”, sambil tersenyum. Melihat dia tersenyum aku segera mencubit pipinya dengan gemas. Kalau melihat Jenny, selalu gairahku timbul, soalnya dia itu seksi sekali. Rambutnya terurai panjang, dia selalu senam so.., punya tubuh ideal, dan ukurannya itu 34B yang padat kencang.
Pukul 19.30 kami sudah berada di apartemen Jonathan yang terletak di daerah Jl. Gatot Subroto. Aku mengenakan kemeja batik, sementara Jenny memakai stelan rok dan kemeja sutera. Rambutnya dibiarkan tergerai tanpa hiasan apapun.
Sesampai di Apertemen no.1009, aku segera menekan bel yang berada di depan pintu. Begitu pintu terbuka, terlihat seorang wanita bule berusia kira-kiar 32 tahun, yang sangat cantik, dengan tinggi sedang dan berbadan langsing, yang dengan suara medok menegur kami.
“Oh Roni dan Jenny yah?, silakan.., masuk.., silakan duduk ya!, saya Cindy istrinya Jonathan”.
Ternyata Cindy badannya sangat bagus, tinggi langsing, rambut panjang, dan lebih manis dibandingkan dengan fotonya di ruang kerja Jonathan. Dengan agak tergagap, aku menyapanya.
“Hallo Mam.., kenalin, ini Jenny istriku”.
Setelah Jenny berkenalan dengan Cindy, ia diajak untuk masuk ke dapur untuk menyiapkan makan malam, sementara Jonathan mengajakku ke teras balkon apartemennya.
“Gini lho Ron.., bulan depan akan ada proyek untuk mengerjakan iklan.., ini.., ini.., dsb. Berani nggak kamu ngerjakan iklan itu”.
“Kenapa nggak, rasanya perlengkapan kita cukup lengkap, tim kerja di kantor semua tenaga terlatih, ngeliat waktunya juga cukup. Berani!”.
Aku excited sekali, baru kali itu diserahi tugas untuk mengkordinir pembuatan iklan skala besar.
Senyum Jonathan segera mengembang, kemudian ia berdiri merapat ke sebelahku.
“Eh Ron.., gimana Cindy menurut penilaian kamu?”, sambil bisik-bisik.
“Ya.., amat cantik, seperti bintang film”, kataku dengan polos.
“Seksi nggak?”.
“Lha.., ya.., jelas dong”.
“Umpama.., ini umpama saja loo.., kalo nanti aku pinjem istrimu dan aku pinjemin Cindy untuk kamu gimana?”.
Mendenger permintaan seperti itu terus terang aku sangat kaget dan bingung, perasanku sangat shock dan tergoncang. Rasanya kok aneh sekali gitu. Sambil masih tersenyum-senyum, Jonathan melanjutkan,
“Nggak ada paksaan kok, aku jamin Jenny dan Cindy pasti suka, soalnya nanti.., udah deh pokoknya kalau kau setuju.., selanjutnya serahkan pada saya.., aman kok!”.
Membayangkan tampang dan badan Cindy aku menjadi terangsang juga. Pikirku kapan lagi aku bisa menunggangi kuda putih? Paling-paling selama ini hanya bisa membayangkan saja pada saat menonton blue film. Tapi dilain pihak kalau membayangkan Jenny dikerjain si bule ini, yang pasti punya senjata yang besar, rasanya kok tidak tega juga. Tapi sebelum saya bisa menentukan sikap, Jonathan telah melanjutkan dengan pertanyaan lagi,
“Ngomong-ngomong Jenny sukanya kalo making love style-nya gimana sih?”.
Tanpa aku sempat berpikir lagi, mulutku sudah ngomong duluan,
“Dia tidak suka style yang aneh-aneh, maklum saja gadis pingiran dan pemalu, tapi kalau memeknya dijilatin, maka dia akan sangat terangsang!”.
“Wow.., aku justru pengin sekali mencium dan menjilati bagian memek, ada bau khas wanita terpancar dari situ.., itu membuat saya sangat terangsang!”, kata Jonathan.
“Kalau Cindy sangat suka main di atas, doggy style dan yang jelas suka blow-job” lanjutnya.
Mendengar itu aku menjadi bernafsu juga, belum-belum sudah terasa ngilu di bagian bawahku membayangkan senjataku diisap mulut mungil Cindy itu.
Kemudian lanjut Jonathan meyakinkanku, “Oke deh.., enjoy aja nanti, biar aku yang atur. Ngomong-ngomong my wife udah tau rencana ini kok, dia itu orangnya selalu terbuka dalam soal seks.., jadi setuju aja”.
“Nanti minuman Jenny aku kasih bubuk penghangat sedikit, biar dia agak lebih berani.., Oke.., yaa!”, saya agak terkejut juga, apakah Jonathan akan memberikan obat perangsang dan memperkosa Jenny? Wah kalau begitu tidak rela aku.
Aku setuju asal Jenny mendapat kepuasan juga. Melihat mimik mukaku yang ragu-ragu itu, Jonathan cepat-cepat menambahkan,
“Bukan obat bius atau ineks kok. Cuma pembangkit gairah aja”, kemudian dia menjelaskan selanjutnya,
“Oke, nanti kamu duduk di sebelah Cindy ya, Jenny di sampingku”.
Selanjutnya acara makan malam berjalan lancar. Juga rencana Jonathan. Setelah makan malam selesai kelihatannya bubuk itu mulai bereaksi. Jenny kelihatan agak gelisah, pada dahinya timbul keringat halus, duduknya kelihatan tidak tenang, soalnya kalau nafsunya lagi besar, dia agak gelisah dan keringatnya lebih banyak keluar. Melihat tanda-tanda itu, Jonathan mengedipkan matanya pada saya dan berkata pada Jenny,
“Jen.., mari duduk di depan TV saja, lebih dingin di sana!”
dan tampa menunggu jawaban Jenny, Jonathan segera berdiri, menarik kursi Jenny dan menggandengnya ke depan TV 29 inchi yang terletak di ruang tengah. Aku ingin mengikuti mereka tapi Cindy segera memegang tanganku.
“Ron, diliat aja dulu dari sini, ntar kita juga akan bergabung dengan mereka kok”.
Memang dari ruang makan kami dapat dengan jelas menyaksikan tangan Jonathan mulai bergerilya di pundak dan punggung Jenny, memijit-mijit dan mengusap-usap halus. Sementara Jenny kelihatan makin gelisah saja, badannya terlihat sedikit menggeliat dan dari mulutnya terdengar desahan setiap kali tangan Jonathan yang berdiri di belakangnya menyentuh dan memijit pundaknya.
Cindy kemudian menarikku ke kursi panjang yang terletak di ruang makan. Dari kursi panjang tersebut, dapat terlihat langsung seluruh aktivitas yang terjadi di ruang tengah, kami kemudian duduk di kursi panjang tersebut. Terlihat tindakan Jonathan semakin berani, dari belakang tangannya dengan trampil mulai melepaskan kancing kemeja batik Jenny hingga kancing terakhir.
BH Jenny segera menyembul, menyembunyikan dua bukit mungil kebanggaanku dibalik balutannya. Kelihatan mata Jenny terpejam, badannya terlihat lunglai lemas, aku menduga-duga,
“Apakah Jenny telah diberi obat tidur, atau obat perangsang oleh Jonathan?, atau apakah Jenny pingsan atau sedang terbuai menikmati permainan tangan Jonathan?”.
Jenny tampaknya pasrah seakan-akan tidak menyadari keadaan sekitarnya. Timbul juga perasaan cemburu berbarengan dengan gairah menerpaku, melihat Jenny seakan-akan menyambut setiap belaian dan usapan Jonathan dikulitnya dan ciuman nafsu Jonathanpun disambutnya dengan gairah.
Melihat apa yang tengah diperbuat oleh si bule terhadap istriku, maka karena merasa kepalang tanggung, aku juga tidak mau rugi, segera kualihkan perhatianku pada istri Jonathan yang sedang duduk di sampingku. Niat untuk merasakan kuda putih segera akan terwujud dan tanganku pun segera menyelusup ke dalam rok Cindy, terasa bukit kemaluannya sudah basah, mungkin juga telah muncul gairahnya melihat suaminya sedang mengerjai wanita mungil.
Dengan perlahan jemariku mulai membuka pintu masuk ke lorong kewanitaannya, dengan lembut jari tengahku menekan clitorisnya. Desahan lembut keluar dari mulut Cindy yang mungil itu, “aahh.., aaghh.., aagghh”, tubuhnya mengejang, sementara tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.
Sementara itu di ruang sebelah, Jonathan telah meningkatkan aksinya terhadap Jenny, terlihat Jenny telah dibuat polos oleh Jonathan dan terbaring lunglai di sofa. Badan Jenny yang ramping mulus dengan buah dadanya tidak terlalu besar, tetapi padat berisi, perutnya yang rata dan kedua bongkahan pantatnya yang terlihat mulus menggairahkan serta gundukan kecil yang membukit yang ditutupi oleh rambut-rambut halus yang terletak diantara kedua paha atasnya terbuka dengan jelas seakan-akan siap menerima serangan-serangan selanjutnya dari Jonathan.
Kemudian Jonathan menarik Jenny berdiri, dengan Jonathan tetap di belakangnya, kedua tangan Jonathan menjelajahi seluruh lekuk dan ngarai istriku itu. Aku sempat melihat ekspresi wajah Jenny, yang dengan matanya yang setengah terpejam dan dahinya agak berkerut seakan-akan sedang menahan suatu kenyerian yang melanda seluruh tubuhnya dengan mulutnya yang mungil setengah terbuka, menunjukan Jenny menikmati benar permainan dari Jonathan terhadap badannya itu, apalagi ketika jemari Jonathan berada di semak-semak kewanitaannya, sementara tangan lain Jonathan meremas-remas puting susunya, terlihat seluruh badan Jenny yang bersandar lemas pada badan Jonathan, bergetar dengan hebat.
Saat itu juga tangan Cindy telah membuka zipper celana panjangku, dan bagaikan orang kelaparan terus berusaha melepas celanaku tersebut. Untuk memudahkan aksinya aku berdiri di hadapannya, dengan melepaskan bajuku sendiri. Setelah Cindy selesai dengan celanaku, gilirannya dia kutelanjangi. Wow.., kulit badannya mulus seputih susu, payudaranya padat dan kencang, dengan putingnya yang berwarna coklat muda telah mengeras, yang terlihat telah mencuat ke depan dengan kencang.
Aku menyadari, kalau diadu besarnya senjataku dengan Jonathan, tentu aku kalah jauh dan kalau aku langsung main tusuk saja, tentu Cindy tidak akan merasa puas, jadi cara permainanku harus memakai teknik yang lain dari lain. Maka sebagai permulaan kutelusuri dadanya, turun ke perutnya yang rata hingga tiba di lembah diantara kedua pahanya mulus dan mulai menjilat-jilat bibir kemaluannya dengan lidahku.
Kududukkan Cindy kembali di sofa, dengan kedua kakinya berada di pundakku. Sasaranku adalah memeknya yang telah basah. Lidahku segera menari-nari di permukaan dan di dalam lubang memeknya. Menjilati clitorisnya dan mempermainkannya sesekali. Kontan saja Cindy berteriak-teriak keenakan dengan suara keras,
“Ooohh.., oohh.., sshh.., sshh”.
Sementara tangannya menekan mukaku ke memeknya dan tubuhnya menggeliat-geliat. Tanganku terus melakukan gerakan meremas-remas di sekitar payudaranya. Pada saat bersamaan suara Jenny terdengar di telingaku saat ia mendesah-desah, “Oooh.., aagghh!”, diikuti dengan suara seperti orang berdecak-decak. Tak tahu apa yang diperbuat Jonathan pada istriku, sehingga dia bisa berdesah seperti itu.
Jenny sekarang telah telentang di atas sofa, dengan kedua kakinya terjulur ke lantai dan Jonathan sedang berjongkok diantara kedua paha Jenny yang sudah terpentang dengan lebar, kepalanya terbenam diantara kedua paha Jenny yang mulus. Bisa kubayangkan mulut dan lidah Jonathan sedang mengaduk-aduk kemaluan Jenny yang mungil itu. Terlihat badan Jenny menggeliat-geliat dan kedua tangannya mencengkeram rambut Jonathan dengan kuat.
Aku sendiri makin sibuk menjilati memek Cindy yang badannya terus menggerinjal-gerinjal keenakan dan dari mulutnya terdengar erangan,
“Ahh.., yaa.., yaa.., jilatin.., Ummhh”. Desahan-desahan nafsu yang semakin menegangkan otot-otot kontolku.
“Aahh.., Ron.., akuu.., aakkuu.., oohh.., hh!”, dengan sekali hentakan keras pinggul Cindy menekan ke mukaku, kedua pahanya menjepit kepalaku dengan kuat dan tubuhnya menegang terguncang-guncang dengan hebat dan diikuti dengan cairan hangat yang merembes di dinding memeknya pun semakin deras, saat ia mencapai organsme.
Tubuhnya yang telah basah oleh keringat tergolek lemas penuh kepuasan di sofa. Tangannya mengusap-usap lembut dadaku yang juga penuh keringat, dengan tatapan yang sayu mengundangku untuk bertindak lebih jauh.
Ketika aku menengok ke arah Jonathan dan istriku, rupanya mereka telah berganti posisi. Jenny kini telentang di sofa dengan kedua kakinya terlihat menjulur di lantai dan pantatnya terletak pada tepi sofa, punggung Jenny bersandar pada sandaran sofa, sehingga dia bisa melihat dengan jelas bagian bawah tubuhnya yang sedang menjadi sasaran tembak Jonathan.
Jonathan mengambil posisi berjongkok di lantai diantara kedua paha Jenny yang telah terpentang lebar. Aku merasa sangat terkejut juga melihat senjata Jonathan yang terletak diantara kedua pahanya yang berbulu pirang itu, kontolnya terlihat sangat besar kurang lebih panjangnya 20 cm dengan lingkaran yang kurang lebih 6 cm dan pada bagian kepala kontolnya membulat besar bagaikan topi baja tentara saja.
Terlihat Jonathan memegang kontol raksasanya itu, serta di usap-usapkannya di belahan bibir kemaluan Jenny yang sudah sedikit terbuka, terlihat Jenny dengan mata yang terbelalak melihat ke arah senjata Jonathan yang dahsyat itu, sedang menempel pada bibir memeknya.
Kedua tangan Jenny kelihatan mencoba menahan badan Jonathan dan badan Jenny terlihat agak melengkung, pantatnya dicoba ditarik ke atas untuk mengurangi tekanan kontol raksasa Jonathan pada bibir memeknya, akan tetapi dengan tangan kanannya tetap menahan pantat Jenny dan tangan kirinya tetap menuntun kontolnya agar tetap berada pada bibir kemaluan Jenny, sambil mencium telinga kiri Jenny, terdengar Jonathan berkata perlahan,
“Jenn.., maaf yaa.., saya mau masukkan sekarang.., boleh?”, terlihat kepala Nini hanya menggeleng-geleng kekiri kekanan saja, entah apa yang mau dikatakannya, dengan pandangannya yang sayu menatap ke arah kemaluannya yang sedang didesak oleh kontol raksasa Jonathan itu dan mulutnya terkatup rapat seakan-akan menahan kengiluan.
Jonathan, tanpa menunggu lebih lama lagi, segera menekan kontolnya ke dalam lubang memek Jenny yang telah basah itu, biarpun kedua tangan Jenny tetap mencoba menahan tekanan badan Jonathan. Mungkin, entah karena tusukan kontol Jonathan yang terlalu cepat atau karena ukuran kontolnya yang over size, langsung saja Jenny berteriak kecil,
“Aduuh.., pelan-pelan.., sakit nih”, terdengar keluhan dari mulutnya dengan wajah yang agak meringis, mungkin menahan rasa kesakitan. Kedua kaki Jenny yang mengangkang itu terlihat menggelinjang. Kepala kontol Jonathan yang besar itu telah terbenam sebagian di dalam kemaluan Jenny, kedua bibir kemaluannya menjepit dengan erat kepala kontol Jonathan, sehingga belahan kemaluan Jenny terlihat terkuak membungkus dengan ketat kepala kontol Jonathan itu. Kedua bibir kemaluan Jenny tertekan masuk begitu juga clitoris Jenny turut tertarik ke dalam akibat besarnya kemaluan Jonathan.
Jonathan menghentikan tekanan kontolnya, sambil mulutnya mengguman, “Maaf.., Jen.., saya sudah menyakitimu.., maaf yaa..,Jenn!”.
“aagghh.., jangan teerrlalu diipaksakan.., yaahh.., saayaa meerasa.., aakan.., terbelah.., niih.., sakiitt.., jangan.., diiterusiinn”.
Jenny mencoba menjawab dengan badannya terus menggeliat-geliat, sambil merangkulkan kedua tangannya di pungung Jonathan.
“Jenn.., saya mau masukkan lagi.., yaa.., dan tolong katakan yaa.., kalau Jenny masih merasa sakit”, sahut Jonathan dan tanpa menunggu jawaban Jenny, segera saja Jonathan melanjutkan penyelaman kontolnya ke dalam lubang memek Jenny yang tertunda itu, tetapi sekarang dilakukannya dengan lebih pelan pelan.
Ketika kepala kontolnya telah terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluan Jenny, terlihat muka Jenny meringis, tetapi sekarang tidak terdengar keluhan dari mulutnya lagi hanya kedua bibirnya terkatup erat dengan bibir bawahnya terlihat menggetar.
Terdengar Jonathan bertanya lagi, “Jenn.., sakit.., yaa?”, Jenny hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil kedua tangannya meremas bahu Jonathan dan Jonathan segera kembali menekan kontolnya lebih dalam, masuk ke dalam lubang kemaluan Jenny.
Secara pelahan-lahan tapi pasti, kontol raksasa itu menguak dan menerobos masuk ke dalam sarangnya. Ketika kontol Jonathan telah terbenam hampir setengah di dalam lubang memek Jenny, terlihat Jenny telah pasrah saja dan sekarang kedua tangannya tidak lagi menolak badan Jonathan, akan tetapi sekarang kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada tepi sofa.
Jonathan menekan lebih dalam lagi, kembali terlihat wajah Jenny meringis menahan sakit dan nikmat, kedua pahanya terlihat menggeletar, tetapi karena Jenny tidak mengeluh maka Jonathan meneruskan saja tusukan kontolnya dan tiba-tiba saja, “Blees”, Jonathan menekan seluruh berat badannya dan pantatnya menghentak dengan kuat ke depan memepetin pinggul Jenny rapat-rapat pada sofa.
Pada saat yang bersamaan terdengar keluhan panjang dari mulut Jenny, “Aduuh”, sambil kedua tangannya mencengkeram tepi sofa dengan kuat dan badannya melengkung ke depan serta kedua kakinya terangkat ke atas menahan tekanan kontol Jonathan di dalam kemaluannya. Jonathan mendiamkan kontolnya terbenam di dalam lubang memek Jenny sejenak, agar tidak menambah sakit Jenny sambil bertanya lagi,
“Jenn.., sakit.., yaa? Tahan dikit yaa, sebentar lagi akan terasa nikmat!”, Jenny dengan mata terpejam hanya menggelengkan kepalanya sedikit seraya mendesah panjang, “aagghh.., kit!”, lalu Jonathan mencium wajah Jenny dan melumat bibirnya dengan ganas. Terlihat pantat Jonathan bergerak dengan cepat naik turun, sambil badannya mendekap tubuh mungil Jenny dalam pelukannya.
Tak selang lama kemudian terlihat badan Jenny bergetar dengan hebat dari mulutnya terdengar keluhan panjang, “Aaduuh.., oohh.., sshh.., sshh”, kedua kaki Jenny bergetar dengan hebat, melingkar dengan ketat pada pantat Jonathan, Jenny mengalami orgasme yang hebat dan berkepanjangan. Selang sesaat badan Jenny terkulai lemas dengan kedua kakinya tetap melingkar pada pantat Jonathan yang masih tetap berayun-ayun itu.
aah, suatu pemandangan yang sangat erotis sekali, suatu pertarungan yang diam-diam yang diikuti oleh penaklukan disatu pihak dan penyerahan total dilain pihak.
“Ron.., ayo aku mau kamu”, suara Cindy penuh gairah di telingaku. Kuletakkan kaki Cindy sama dengan posisi tadi, hanya saja kini senjataku yang akan masuk ke memeknya. Duh, rasanya kemaluan Cindy masih rapet saja, aku merasakan adanya jepitan dari dinding memek Cindy pada saat rudalku hendak menerobos masuk.
“Lill.., kok masih rapet yahh”. Maka dengan sedikit tenaga kuserudukkan saja rudalku itu menerobos liang memeknya.
“Aagghh”, mata Cindy terpejam, sementara bibirnya digigit. Tapi ekspresi yang terpancar adalah ekspresi kepuasan. Aku mulai mendorong-dorongkan kontolku dengan gerakan keluar masuk di liang memeknya. Diiringi erangan dan desahan Cindy setiap aku menyodokkan kontolku, melihat itu aku semakin bersemangat dan makin kupercepat gerakan itu. Bisa kurasakan bahwa liang kemaluannya semakin licin oleh pelumas memeknya.
“Ahh.., ahh”, Cindy makin keras teriakannya.
“Ayo Ron., terus”.
“Enakk.., eemm.., mm!”.
Tubuhnya sekali lagi mengejang, diiringi leguhan panjang, “Uuhh..hh..” “Lill.., boleh di dalam.., yaah”, aku perlu bertanya pada dia, mengingat aku bisa saja sewaktu-waktu keluar.
“mmhhhhh..”.
Kaki Cindy kemudian menjepit pinggangku dengan erat, sementara aku semakin mempercepat gerakan sodokan kontolku di dalam lubang kemaluannya. Cindy juga menikmati remasan tanganku di buah dadanya.
“Nih.., Lill.., terima yaa”.
Dengan satu sodokan keras, aku dorong pinggulku kuat-kuat, sambil kedua tanganku memeluk badan Cindy dengan erat dan kontolku terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluannya dan saat bersamaan cairan maniku menyembur keluar dengan deras di dalam lubang memek Cindy. Badanku tehentak-hentak merasakan kenikmatan orgasme di atas badan Cindy.
Sementara cairan hangat maniku masih terus memenuhi rongga memek Cindy, tiba-tiba badan Cindy bergetar dengan hebat dan kedua pahanya menjepit dengan kuat pinggul saya diikuti keluhan panjang keluar dari mulutnya, “..aagghh.., hhm!”, saat bersamaan Cindy juga mengalami orgasme dengan dahsyat.
Setelah melewati suatu fase kenikmatan yang hebat, kami berdua terkulai lemas dengan masih berpelukan erat satu sama lain. Dari pancaran sinar mata kami, terlihat suatu perasaan nikmat dan puas akan apa yang baru kami alami.
Aku kemudian mencabut senjataku yang masih berlepotan dan mendekatkannya ke muka Cindy. Dengan isyarat agar ia menjilati senjataku hingga bersih. Ia pun menurut. Lidahnya yang hangat menjilati kontolku hingga bersih. “Ahh..”. Dengan kepuasan yang tiada taranya aku merebahkan diri di samping Cindy.
Kini kami menyaksikan bagaimana Jonathan sedang mempermainkan Jenny, yang terlihat tubuh mungilnya telah lemas tak berdaya dikerjain Jonathan, yang terlihat masih tetap perkasa saja. Gerakan Jonathan terlihat mulai sangat kasar, hilang sudah lemah lembut yang pernah dia perlihatkan. Mulai saat ini Jonathan mengerjai Jenny dengan sangat brutal dan kasar.
Jenny benar-benar dipergunakan sebagai objek seks-nya. Saya sangat takut kalau-kalau Jonathan menyakiti Jenny, tetapi dilihat dari ekspressi muka dan gerakan Jenny ternyata tidak terlihat tanda-tanda penolakan dari pihak Jenny atas apa yang dilakukan oleh Jonathan terhadapnya.
Jonathan mencabut kontolnya, kemudian dia duduk di sofa dan menarik Jenny berjongkok diantara kedua kakinya, kepala Jenny ditariknya ke arah perutnya dan memasukkan kontolnya ke dalam mulut Jenny sambil memegang belakang kepala Jenny, dia membantu kepala Jenny bergerak ke depan ke belakang, sehingga kontolnya terkocok di dalam mulut Jenny. Kelihatan Jenny telah lemas dan pasrah, sehingga hanya bisa menuruti apa yang diingini oleh Jonathan, hal ini dilakukan Jonathan kurang lebih 5 menit lamanya.
Jonathan kemudian berdiri dan mengangkat Jenny, sambil berdiri Jonathan memeluk badan Jenny erat-erat. Kelihatan tubuh Jenny terkulai lemas dalam pelukan Jonathan yang ketat itu. Tubuh Jenny digendong sambil kedua kaki Jenny melingkar pada perut Jonathan dan langsung Jonathan memasukkan kontolnya ke dalam kemaluan Jenny. Ini dilakukannya sambil berdiri.
Badan Jenny terlihat tersentak ke atas ketika kontol raksasa Jonathan menerobos masuk ke dalam lubang kemaluannya dari mulutnya terdengar keluhan, “aagghh!”, Jenny terlihat seperti anak kecil dalam gendongan Jonathan. Kaki Jenny terlihat merangkul pinggang Jonathan, sedangkan berat badannya disanggah oleh kontol Jonathan.
Jonathan berusaha memompa sambil berdiri dan sekaligus mencium Jenny. Pantat Jenny terlihat merekah dan tiba-tiba Jonathan memasukkan jarinya ke lubang pantat Jenny. “Ooohh!”. Mendapat serangan yang demikian serunya dari Jonathan, badan Jenny terlihat menggeliat-geliat dalam gendongan Jonathan. Suatu pemandangan yang sangat seksi.
Ketika Jonathan merasa capai, Jenny diturunkan dan Jonathan duduk pada sofa. Jenny diangkat dan didudukan pada pangkuannya dengan kedua kaki Jenny terkangkang di samping paha Jonathan dan Jonathan memasukkan kontolnya ke dalam lubang kemaluan Jenny dari bawah. Dari ruang sebelah saya bisa melihat kontol raksasa Jonathan memaksa masuk ke dalam lubang kemaluan Jenny yang kecil dan ketat itu.
Memeknya menjadi sangat lebar dan kontol Jonathan menyentuh paha Jenny. Kedua tangan Jonathan memegang pinggang Jenny dan membantu Jenny memompa kontol Jonathan secara teratur, setiap kali kontol Jonathan masuk, terlihat memeknya ikut masuk ke dalam dan cairan putih terbentuk di pinggir bibir memeknya. Ketika kontolnya keluar, terlihat memeknya mengembang dan menjepit kontol Jonathan. Mereka melakukan posisi ini cukup lama.
Kemudian Jonathan mendorong Jenny tertelungkup pada sofa dengan pantat Jenny agak menungging ke atas dan kedua lututnya bertumpu di lantai. Jonathan akan bermain doggy style. Ini sebenarnya adalah posisi yang paling disukai oleh Jenny. Dari belakang pantat Jenny, Jonathan menempatkan kontolnya diantara belahan pantat Jenny dan mendorong kontolnya masuk ke dalam lubang memek Jenny dari belakang dengan sangat keras dan dalam, semua kontolnya amblas ke dalam memek Jenny.
Jari jempol tangan kiri Jonathan dimasukkan ke dalam lubang pantat. Jenny setengah berteriak, “aagghh!”, badannya meliuk-liuk mendapat serangan Jonathan yang dahsyat itu. Badan Jenny dicoba ditarik ke depan, tapi Jonathan tidak mau melepaskan, kontolnya tetap bersarang dalam lubang kemaluan Jenny dan mengikuti arah badan Jenny bergerak.
Jenny benar-benar dalam keadaan yang sangat nikmat, desahan sudah berubah menjadi erangan dan erangan sudah berubah menjadi teriakan,
“Ooohhmm.., aaduhh!”.
Jonathan mencapai payudara Jenny dan mulai meremas-remasnya. Tak lama kemudian badan Jenny bergetar lagi, kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada sofa, dari mulutnya terdengar,
“Aahh.., aahh.., sshh.., sshh!”.
Jenny mencapai orgasme lagi, saat bersamaan Jonathan mendorong habis pantatnya sehingga pinggulnya menempel ketat pada bongkahan pantat Jenny, kontolnya terbenam seluruhnya ke dalam kemaluan Jenny dari belakang.
Sementara badan Jenny bergetar-getar dalam orgasmenya, Jonathan sambil tetap menekan rapat-rapat kontolnya ke dalam lubang kemaluan Jenny, pinggulnya membuat gerakan-gerakan memutar sehingga kontolnya yang berada di dalam lubang memek Jenny ikut berputar-putar mengebor liang memek Jenny sampai ke sudut-sudutnya.
Setelah badan Jenny agak tenang, Jonathan mencabut kontolnya dan menjilat memek Jenny dari belakang. Memek Jenny dibersihkan oleh lidah Jonathan. Kemudian badan Jenny dibalikkannya dan direbahkan di sofa. Jonathan memasukkan kontolnya dari atas, sekarang tangan Jenny ikut aktif membantu memasukkan kontol Jonathan ke memeknya.
Kaki Jenny diangkat dan dilingkarkan ke pinggang Jonathan. Jonathan terus menerus memompa memek Jenny. Badan Jenny yang langsing tenggelam ditutupi oleh badan Jonathan, yang terlihat oleh saya hanya pantat dan lubang memek yang sudah diisi oleh kontol Jonathan. Kadang-kadang terlihat tangan Jenny meraba dan meremas pantat Jonathan, sekali-kali jarinya di masukkan ke dalam lubang pantat Jonathan. Gerakan pantat Jonathan bertambah cepat dan ganas memompa dan terlihat kontolnya yang besar itu dengan cepat keluar masuk di dalam lubang memek Jenny, tiba-tiba
“Ooohh.., oohh!”, dengan erangan yang cukup keras dan diikuti oleh badannya yang terlonjak-lonjak, Jonathan menekan habis pantatnya dalam-dalam, mememetin pinggul Jenny ke sofa, sehingga kontolnya terbenam habis ke dalam lubang kemaluan Jenny, pantat Jonathan terkedut-kedut sementara kontolnya menyemprotkan spermanya di dalam memek Jenny, sambil kedua tangannya mendekap badan Jenny erat-erat. Dari mulut Jenny terdengar suara keluhan,
“Sssh.., sshh.., hhmm.., hhmm!”, menyambut semprotan cairan panas di dalam liang memeknya.
Setelah berpelukan dengan erat selama 5 menit, Jonathan kemudian merebahkan diri di atas badan Jenny yang tergeletak di sofa, tanpa melepaskan kontolnya dari memek Jenny. Jenny melihat ke saya dan memberikan tanda bahwa yang satu ini sangat nikmat. Aku tidak bisa melihat ekspresi Jonathan karena terhalang olah tubuh Jenny. Yang jelas dari sela-sela selangkangan Jenny mengalir cairan mani.
Kemudian Jennypun seperti kebiasaan kami membersihkan kontol Jonathan dengan mulutnya, itu membuat Jonathan mengelinjang keenakan. Malam itu kami pulang menjelang subuh, dengan perasaan yang tidak terlupakan. Kami masih sempat bermain 2 ronde lagi dengan pasangan itu.

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply