Sex Dengan Bapak Tiri Untuk Pertama Kalinya
Cerita Dewasa - Sekarang aku baru masuk ke kelas 3 SMA, disini aku akan
bercerita tentang bagaimana kehilangan sebagai gadis yaitu keperawananku
diambil oleh bapakku (tiri) , semoga kalian yang membaca ini juga bisa
mengambil hikmahnya kalau perbuatanku di bawah ini kurang baik, tapi bagaimana
lagi karena nasi udah menjadi bubur lantas aku mau curhat kepada ibuku juga
tidak mungkin disinilah tempatceritasex yang berkenan membagikan ceritaku dan
sudah di edit namanya.
Perkenalakan
namaku Mirna, saat itu aku masih berusia 17 tahun, dengan wajah keturuan
bapakku asli yaitu china jadi kulitku bersih putih dan rambut panjang hitamku
serta di tangan dan kakiku ada bulu bulu tipis yang tumbuh konon katanya hal
itu yang membuat nafsu sex besar dan membuat para mata pria juga bernafsu.
Sex Dengan Bapak Tiri Untuk Pertama Kalinya
Memang
siang ini cuacanya cukup panas, satu persatu pakaian yg menempel di tubuhku
kulepas. Kuaqui, kendati masih ABG tetapi aqu memiliki tubuh yg lumayan montok.
Bila melihat lekuk-lekuk tubuh ini tentu saja mengundang jaqun pria manapun
untuk tersedak. Dgn rambut kemerah-merahan dan tinggi 167 cm, aqu tampak
dewasa.
Sekilas,
siapapun mungkiin tidak percaya kalo aquadalah seorang pelajar. Apalagi bila
memakai pakaian casual kegemaranku. Mungkiin karna pertumbuhan yg begitu cepat
atau memang sudah keturunan, entahlah. Tetapi yg jelas cukup mempesona, wajah
oval dgn leher jenjang, uh.. entahlah.
Pagi
tadi sebelum berangkat ke sekolah, seperti biasanya aqu berpamitan dgn kedua
orangtuaqu. Cium pipi kiri dan kanan adalah rutinitas dan menjadi tradisi di
keluarga ini. Tetapi yg menjadi perhatianku siang ini adalah ciuman Bpk.
Seusai
sarapan pagi, ketika Ibu beranjak menuju dapur, aqu terlebih dahulu mencium
pipi Bpk. Bpk Udin (begitu namanya) bukan mencium pipiku saja, tetapi bibirku
juga. Seketika itu, aqu sempat terpaqu sejenak. Entah karna terkejut untuk
menolak atau menerima perlaqukan itu, aqu sendiri tidak tahu.
Bpk
Udin sudah setahun ini menjadi Bpk tiriku. Sebelumnya, Ibu sempat menjanda tiga
tahun. Karna aqu dan kedua adikku masih butuh seorang ayah, Ibu akhirnya
menikah lagi. Bpk Udin memang termasuk pria tampan. Usianya pun baru 38 tahun.
Teman-teman sekolahku banyak yg cerita kalo aqu bersukur punya Bpk Udin.
“Salam
ya sama Bpk kamu..” ledek teman-temanku.
Aqu
sendiri sebenarnya sedikit grogi kalo berdua dgn Bpk. Tetapi dgn kasih sayg dan
pengertian layaknya seorang teman, Bpk pandai mengambil hatiku. Hingga akhirnya
aqu sangat akrab dgn Bpk, bahkan terkadang kelewat manja. Tetapi Ibu tidak
pernah protes, malah dia tampak bahagia melihat keakraban kami.
Tetapi
ciuman Bpk tadi pagi sungguh diluar dugaanku. Aqu memang terkadang sering
melendot sama Bpk atau duduk sangat dekat ketika menonton TV.
Tetapi
ciumannya itu lho. Aqu masih ingat ketika bibir Bpk menyentuh bibir tipisku.
Walau hanya sekejab, tetapi cukup membuat bulu kudukku merinding bila
membaygkannya. Mungkiin karna aqu belum pernah memiliki pengalaman dicium lawan
jenis, sehingga aqu begitu terkesima.
“Ah,
mungkiin Bpk nggak sengaja..” pikirku.
Esok
paginya seusai sarapan, aqu mencoba untuk melupakan kejadian kemarin. Tetapi
ketika aqu memberikan ciuman ke Ibu, Bpk beranjak dari tempat duduknya dan
menuju kamar. Mau tidak mau kuikuti Bpk ke kamar. Aqu pun segera berjinjit
untuk mencium pipi Bpk. Respon Bpk pun kulihat biasa saja.
Dgn
sedikit membungkukkan tubuh atletisnya, Bpk menerima ciumanku. Tetapi setelah
kucium kedua pipinya, tiba-tiba Bpk mendaratkan bibirnya ke bibirku. Serr..,
darahku seketika berdesir. Apalagi bulu-bulu kasarnya bergesekan dgn bibir
atasku.
Tetapi
entah kenapa aqu menerimanya, kubiarkan Bpk mengulum lembut bibirku. Hembusan
nafas Bpk Udin menerpa wajahku. Hampir satu menit kubiarkan Bpk menikmati
bibirku.
“Baik-baik
di sekolah ya.., pulang sekolah jangan keluyuran..!” begitu yg kudengar dari
Bpk.
Sejak kejadian itu, hubungan kami malah smakin dekat saja. Keakraban ini
kunikmati sekali.
Aqu
sudah dapat merasakan nikmatnya ciuman seorang lelaki, kendati itu dilaqukan
Bpk tiriku, begitu yg tersirat dalam pikiranku. Darahku berdesir hangat bila
kulit kami bersentuhan.
Begitulah,
setiap berangkat sekolah, ciuman ala Bpk menjadi tradisi. Tetapi itu rahasia
kami berdua saja. Bahkan pernah satu hari, ketika Ibu di dapur, aqu dan Bpk
berciuman di meja makan. Malah aqu sudah berani memberikan perlawanan.
Lidah
Bpk yg masuk ke rongga mulutku langsung kuhisap. Bpk juga begitu. Kalo tidak
memikirkan Ibu yg berada di dapur, mungkiin kami akan melaqukannya lebih panas
lagi.
Hari
ini cuaca cukup panas. Aqu mengambil inisiatif untuk mandi. Kebetulan aqu hanya
sendirian di rumah. Ibu membawa kedua adikku liburan ke luar kota karna lagi
liburan sekolah. Dgn hanya mengenakan handuk putih, aqu sekenanya menuju kamar
mandi. Setelah membersihkan tubuh, aqu merasakan segar di tubuhku.
Begitu
hendak masuk kamar, tiba-tiba satu suara yg cukup akrab di telingaqu menyebut
namaqu.
‘’Na..
Na.., Bpk pulang..” ujar lelaki yg ternyata Bpkku.
“Kok
cepat pulangnya Pa..?” tanyaqu heran sambil mengambil baju dari lemari.
“Iya
nih, Bpk capek..” jawab bpk dari luar.
“Kamu
masak apa..?” tanya bpk sambil masuk ke kamarku.
Aqu
sempat kaget juga. Ternyata pintu belum dikunci. Tetapi aqu coba tenang-tenang
saja. Handuk yg melilit di tubuhku tadinya kedodoran, aqu ketatkan lagi.
Kemudian membalikkan tubuh. Bpk rupanya sudah tiduran di ranjangku.
“Ada
deh..,” ucapku sambil memandang Bpk dgn senyuman.
“Ada
deh itu apa..?” tanya Bpk lagi sambil membetulkan posisi tubuhnya dan memandang
ke arahku.
“Memangnya
kenapa pak..?” tanyaqu lagi sedikit bercanda.
“Nggak
ada racunnya kan..?” candanya.
“Ada,
tapi kecil-kecil..” ujarku menyambut canda Bpk.
“Kalo
gitu, Bpk bisa mati dong..” ujarnya sambil berdiri menghadap ke arahku.
Aqu sedikit gelagapan, karna posisi Bpk tepat di depanku.
“Kalo
Bpk mati, gimana..?” tanya Bpk lagi.
Aqu
sempat terdiam mendengar pertanyaan itu.
“Lho..,
kok kamu diam, jawab dong..!” tanya Bpk sambil menggenggam kedua tanganku yg
sedang memegang handuk.
Aqu
kembali terdiam. Aqu tidak tahu harus bagaimana. Bukan jawabannya yg membuatku
diam, tetapi keberadaan kami di kamar ini. Apalagi kondisiku setengah bugil.
Belum lagi terjawab, tangan kanan Bpk memegang daguku, sementara sebelah lagi
tetap menggenggam tanganku dgn hangat.
Ia angkat daguku dan aqu menengadah ke wajahnya. Aqu diam saja diperlaqukan
begini. Kulihat pancaran mata Bpk begitu tenangnya. Lalu kepalanya perlahan
turun dan mengecup bibirku. Cukup lama Bpk mengulum bibir merahku. Perlahan
tetapi pasti, aqu mulai gelisah. Birahiku mulai terusik. Tanpa kusadari kuikuti
saja keindahan ini.
Nafsu
remajaqu mulai keluar ketika tangan kiri Bpk menyentuh toketqu dan melaqukan
remasan kecil. Tidak hanya bibirku yg dijamah bibir tebal Bpk. Leher jenjang yg
ditumbuhi bulu-bulu halus itu pun tidak luput dari sentuhan Bpk. Bibir itu
kemudian berpindah ke telingaqu.
“Pak..”
kataqu ketika lidah Bpk masuk dan menggelitik telingaqu.
Bpk
kemudian membaringkan tubuhku di atas kasur empuk.
“Pa..
nanti ketahuan Ibu..” sebutku mencoba mengingatkan Ibu.
Tetapi Bpk diam saja, sambil menindih tubuhku, bibirku dikecupnya lagi. Tidak
lama, handuk yg melilit di tubuhku disingkapkannya.
“Mirna,
tubuh kamu sangat harum..” bisik Bpk lembut sambil mencampakkan guling ke bawah.
Dalam posisi ini, Bpk tidak puas-puasnya memandang tubuhku. Bulu halus yg
membalut kulitku smakin meningkatkan nafsunya. Apalagi begitu pandangannya
mengarah ke toketqu.
“Kamu
udah punya pacar, Na..?” tanya Bpk di telingaqu.
Aqu
hanya menggeleng pasrah.
Bpk
kemudian membelai dadaqu dgn lembut sekali. Seolah-olah menemukan mainan baru,
Bpk mencium pinggiran toketqu.
“Uuhh..,”
desahku ketika bulu kumis yg dipotong pendek itu menyentuh dadaqu, sementara
tangan Bpk mengelus pahaqu yg putih. Puting susu yg masih merah itu kemudian
dikulum.
“Pak..
oohh..” desahku lagi.
“Pa..
nanti Mamm..” belum selesai kubicara, bibir Bpk dgn sigap kembali mengulum
bibirku.
“Bpk
sayg Mirna..” kata Bpk sambil memandangku.
Sekali
lagi aqu hanya terdiam. Tetapi sewaktu Bpk mencium bibirku, aqu tidak diam. Dgn
panasnya kami saling memagut. Saat ini kami sudah tidak memikirkan status lagi.
Puas mengecup putingku, bibir Bpk pun turun ke perut dan berlabuh di
selangkangan.
Bpk
memang pintar membuatku terlena. Aqu smakin terhanyut ketika bibir itu mencium
kemaluanku. Lidahnya kemudian mencoba menerobos masuk. Nikmat sekali rasanya.
Tubuhku pun mengejang dan merasakan ada sesuatu yg mengalir cepat, siap untuk
dimuntahkan.
“Ohh,
ohh..” desahku panjang.
Bpk
rupanya tahu maniku keluar, lalu dia mengambil posisi bersimpuh di sebelahku.
Lalu mengarahkan tanganku ke batang kemaluannya.
Kaget
juga aqu melihat batang kemaluannya Bpk, besar dan tegang. Dgn mata yg sedikit
tertutup, aqu menggenggamnya dgn kedua tanganku. Setan yg ada di tubuh kami
seakan-akan kompromi. Tanpa sungkan aqu pun mengulum benda itu ketika Bpk
mengarahkannya ke mulutku.
“Terus
Na.., oh.. nikmatnya..” gumamnya.
Seperti
berpengalaman, aqu pun menikmati permainan ini. Benda itu keluar masuk dalam
mulutku. Sesekali kuhisap dgn kuat dan menggigitnya lembut. Tidak hanya Bpk yg
merasakan kenikmatan, aqu pun merasakan hal serupa. Tangan Bpk mempermainkan
kedua putingku dgn tangannya.
Karna
birahi yg tidak tertahankan, Bpk akhirnya mengambil posisi di atas tubuhku
sambil mencium bibirku dgn ganas. Kemudian kejantanannya Bpk menempel lembut di
selangkanganku dan mencoba menekan.
Kedua
kakiku direntangkannya untuk mempermudah batang kemaluannya masuk.
Perlahan-lahan kepala titit itu menyeruak masuk menembus selaput dinding
mekiku.
“Sakit..
pak..” ujarku.
“Tenang
Sayg, kita nikmati saja..” jawabnya.
Pantat
Bpk dgn lembut menekan, sehingga titit yg berukuran 17 cm dan berdiameter 3 cm
itu mulai tenggelam keseluruhan.
Bpk
melaqukan ayunan-ayunan lagi. Kuaqui, Bpk memang cukup lihai. Perasaan sakit
akhirnya berganti nikmat. Baru kali ini aqu merasakan kenikmatan yg tiada
taranya. Pantas orang bilang surga dunia. Aqu mengimbangi kenikmatan ini dgn
menggoyg-goygkan pantatku.
“Terus
Na, ya.. seperti itu..” sebut Bpk sambil mempercepat dorongan tititnya.
“Bpk..
ohh.., ohh..” renguhku karna sudah tidak tahan lagi.
Seketika
itu juga darahku mengalir cepat, segumpal cairan putih meleleh di bibir mekiku.
Kutarik leher Bpk hingga pundaknya kugigit keras. Bpk smakin terangsang
rupanya. Dgn perkasa dikuasainya diriku.
Meki
yg sudah basah berulangkali diterobos titit bpk. Tidak jarang toketqu diremas
dan putingku dihisap. Rambutku pun dijambak Bpk. Birahiku kembali memuncak.
Selama tiga menit kami melaqukan gaya konvensional ini. Tidak banyak variasi yg
dilaqukan Bpk. Mungkiin karna baru pertama kali, dia taqut menyakitiku.
Kenikmatan
ini smakin tidak tertahankan ketika kami berganti gaya. Dgn posisi 69, Bpk
masih perkasa. Titit Bpk dgn tanpa kendali keluar masuk mekiku.
“Nikmat
Na..? Ohh.. uhh..” tanyanya.
Terus
terang, gaya ini lebih nikmat dari sebelumnya. Berulangkali aqu melenguh dan
mendesah dibuatnya.
“Pak..
Mirna nggak tahan..” kataquku ditengah terjangan Bpk.
“Sa..
sa.. bar Sayg.., ta.. ta.. han dulu..” ucap Bpk terpatah-patah.
Tetapi aqu sudah tidak kuat lagi, dan untuk ketiga kalinya aqu mengeluarkan
mani kembali.
“Okhh..
Ohkk.. hh..!” teriakku.
Lututku
seketika lemas dan aqu tertelungkup di ranjang. Dgn posisi telungkup di ranjang
membuat Bpk smakin belingsatan. Bpk smakin kuat menekan tititnya. Aqu
memberikan ruang dgn mengangkat pantatku sedikit ke atas. Tidak berapa lama dia
pun keluar juga.
“Okhh..
Ohh.. Ohk..” erang Bpk.
Hangat
rasanya ketika mani Bpk menyiram lubang mekiku. Dgn peluh di tubuh, Bpk
menindih tubuhku. Nafas kami berdua tersengal-sengal. Sekian lama Bpk memelukku
dari belakang, sementara mataqu masih terpejam merasakan kenikmatan yg baru
pertama kali kualami. Dgn titit yg masih bersarang di mekiku, dia mencium
lembut leherku dari belakang.
“Na,
Bpk sayg Mirna. Sebelum menikahi Ibumu, Bpk sudah tertarik sama Mirna..” ucap
Bpk sambil mengelus rambutku.
Ibu dan adikku, tiga hari di rumah nenek. Selama tiga hari itu
pula, aqu dan Bpk mencari kepuasan bersama. Entah setan mana yg merasuki kami,
dan juga tidak tahu sudah berapa kali kami laqukannya. Terkadang malam hari
juga, walaupun Ibu ada di rumah. Dgn alasan menonton bola di TV, Bpk
membangunkanku, dari situ perlakuan bpk tiriku sampai sekarang berlanjut.
selesai
No comments: