sponsor

sponsor

Slider

Theme images by kelvinjay. Powered by Blogger.

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Search This Blog

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Archive

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Author Details

Templatesyard is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design. The main mission of templatesyard is to provide the best quality blogger templates which are professionally designed and perfectlly seo optimized to deliver best result for your blog.

Ad Home

LightBlog

Breaking

Header Ads

ad

Featured

Contact Form

Name

Email *

Message *

Categories

Popular

Recent Tube

Business

Technology

Life & style

Games

Sports

Fashion

» » Anak Autisku Minta di Puasin

Anak Autisku Minta di Puasin
MARCO, anakku autis. Kini telah berumur15 tahun, bertubuh tinggi, sedikit agar kurusan dibanding tubuhnya. Dia hanya mau kenal dan dekat dgn aku, mamanya. Jika dia sdh dekat dgn aku, tak seorang pun boleh mendekat. Dia akan mengamuk sejadi-jadinya dan memecahkan apa saja yg ada.
Dimana saja dia minta dikeloni oleh aku. Papanya saja kalau dekat pada aku saat dia sedang minta dikeloni, tak berani dekat.

Anak Autisku Minta di Puasin

Aku pun setiap malam harus tidur lebih dulu di kamar Marco. Setelah Marco terlelap, biasanya dia tidur tak pernah bangun jika matahari belum terbit, barulah aku pindah ke tempat tidurnya dan tidur dgn suamiku.
Marco sekolah di sekolah autis mulanya, kemudian dgn pendidikan yg baik, dia boleh masuk SMP dan kini sdh kelas tiga.
“Sdh sana Co. Mama lagi masak,” kataku ingin melepaskan diri dari pelukan Marco anakku.
Tp Marco terus memeluk aku dari belakang dan menciumi aku, pada tengkuk dan leherku.
Sering aku terangsang dlm pelukan Marco. Perempuan mana yg tak terangsang, saat lehernya dijilati dan teteknya dielus-elus oleh laki-laki. Tp yg melakukannya adalah anak kandungku sendiri.
Jika dilarang, biasanya Marco akan mengamuk dan marah. Atau mengunci diri di kamar, tak mau keluar sampai sehari semalam tanpa makan dan minum.
Saat seperti itulah, aku menjadi kasihan padanya dan membujuknya agar mau keluar dan makan, karena hanya aku, mamanya yg bisa membujuknya.
Aku pun selalu menangis. Saat-saat Marco mencumbuiku, aku tak mampu berbuat apa-apa dan terpaksa membiarkannya, lalu berada dipuncak dan gemetaran antara senang dan takut dosa, akhirnya harus pasrah dan orgasme.
Saat pada puncaknya, aku selalu lupa siapa yg membuat aku orgasme. Begitu selesai orgasme, aku pun sedih dan meneteskan air mata. Karena terlalu sering demikian, akhirnya aku pasrah dan tak ada cara lain, selain menikmati cumbuan anakku sampai saat aku orgasme.
Cumbuan anakku bukan selesai, hingga tak jarang aku harus orgasme sampai dua kali. Sementara ketika berhubungan dgn suamiku, aku tak pernah mendapatkan orgasme, tau-tau aku sdh hamil.
“Marco… sebentar sayang, mama siapkan dulu ikannya, nanti Marco boleh peluk mama lagi,” kataku.
Tp Marco tak mau diam. Di rumah, hanya kami berdua dan Marco biasanya jika berdua, akan bebas melakukan apa saja kepadaku. Seperti hari itu, dia sdh melepas daster aku sampai aku tinggal memakai bra dan CDsaja.
Aku terus membersihkan ikan dan memotong-motongnya, lalu mencampurnya dgn garam dan asam. Tiba-tiba pengait braku sdh terbuka dan Marco melepasnya. Tetekku berjuntai tanpa pembungkus lagi. Ingin rasanya aku marah pada Marco.
Tp…
Begitu aku menaikkan kuali ke atas kompor, Marco beraksi lagi melepaskan celana dlmku. Memaksa CDitu lepas dari tubuhku.
“Kamu mau apa sayang. Kenapa mama ditelanjangi?” tanyaku.
Marco hanya tertawa saja. Tawa khas anak autis. Aku pun mengelus-elus kepala Marco agar dia mengizinkan aku untuk memakai pakaianku kembali. Saat itu Marco melepaskan pakaiannya.
Dan…
Aku sangat terkejut, melihat penis anakku begitu besar. Seperti percaya atau tdk, mataku melotot melihat penis anakku. Jauh lebih besar dari milik suamiku, Papa Marco. Besar, panjang dan keras. Saat itu juga darahku berdesir. Apakah benar ini kemaluan laki-laki? Anak usia 15 tahun?
Oh…
Untuk membuktikannya, aku memegang penis anaknya itu. Lalu aku gigit lidahku sendiri. Terasa sakit. Benar, aku tdk bermimpi. Saat itulah Marco memeluk aku dan desir darahku semakin kuat. Lalu Marco mengatakan ingin melakukan, sebagai mana aku dgn papanya?
Haa….
Mungkin Marco pernah mengintip atau bahkan sering mengintip kami sedang bersetubuh. Entahlah. Aku pun diseretnya ke kamar tidur.
“Jangan Marco. Jangan sayang…” pintaku memelas.
Tp tenaga anakku jauh lebih kuat. Aku ditelentangkan di tempat tidur dan langsung dijilati dan dipeluk. Berulang-ulang dgn buas dan tatapan mata yg sangat menakutkan. Sejak di dapur aku sdh berdesir-desir. Kembali dgn pasrah dan tetesan air mata, aku pun membiarkan anakku itu.
Dgn kasar, Marco mengangkangkan kedua pahaku. Dia menindih aku dan menuntut penisnya memasuki lubang meqiku. Meqi yg basah langsung ditekannya. Terasa begitu seret dan penis itu memenuhi lubang meqi aku.
Aku tak mampu membendung hasratku, saat anak itu mulai menjilati leherku dan meremas-remas tetekku dan menarik cucuk penisnya di lubang aku. Penis itu begitu penuh. Seperti baut dgn murnya. Tak ada sedikitpun yg tersisa pada gesekan dinding meqi dgn penis anakku. Setiap tarikan dan tusukan, sepenuhnya dinding meqiku semua tergesek, bersentuhan antara penis dgn dinding meqi.
Ooohh….
Aku sdh tak mampu bertahan. Aku memeluk erat tubuh anakku dari bawah. Seingat aku, selama hidupku, aku belum pernah merasakan kenikmatan seperti itu. Dan aku pun memeluk sekuat tenagaku sampai nafasku tersengal dan meqiku semakin basah dlm orgasmeku sendiri.
Lalu tubuhku melemas. Anakku terus memompa dan memompa aku, seperti tak kenal lelah dan tak kenal puas, tak kenal ejakulasi. Tusuk-cabut yg dilakukan Marco, iramanya konstan. Tdk terlalu cepat dan tdk terlalu lamban. Bagaikan hitungan kondaktor dlm sebuah orkestra, pompaan penis Marco di meqi mama aku, bagaikan tempo 3/4.
Terus… terus dan terus, tanpa henti, tanpa istirahat dan terus. Aku sdh sangat basah. Aku harus pandai mengimbangi untuk menetralkan nafasku.
Lima menit kemudian, nafasku kembali normal dan Marco terus memompa aku. Aku pun tak mengangkat kedua kakiku. Hanya saja kedua telapak kakiku menempal ke kasur dan lututku membengkok ke atas.
Marco terkadang menindih aku, terkadang berlutut memompa penisnya. Meqi aku semakin basah dan basah. Aku berupaya membuka mataku. Aku bertatapan dgn mata anakku. Mata dan wajah tanpa ekspresi dan terus memompa tanpa rasa lelah.
“Sdh sayang… mama sdh lelah,” bujukku. Marco tak menjawab. Pompaannya dia teruskan dgn ritma yg tetap tanpa perubahan.
Kembali Marco memeluk aku dan menciumi leherku dan meremas-remas tetek aku. Kini aku tak mampu pula berdiam diri. Aku mulai bereaksi dan memeluk anakku. Haruskan aku orgasme lagi, batinku.
Saat itulah aku memberikan respons kepada Marco saat pompaan Marco semakin kuat dan kencang dgn hunjaman-hunjaman yg luar biasa buas dan ganas. Nafasnya sdh memburu bagaikan kuda yg berlari kenang. Tusuk-cabut… tusuk cabut dan seterusnya. Semakan lama semakin kencang.
Bukan hanya penis Marco yg bergesekan dgn dinding meqi aku. Kini tubuhnya terutama bagian dada dan perutnya bergesekan dgn perut dan tetek aku. Semua tubuhku bergoyang. Suara tempat tidur tak bisa dihempang dan berdenyit-denyit.
“Ayo cepat Marco, mama sdh mau keluar… cepat sayaaaaang,” desahku tak kuasa menahan diri lagi.
Marco benar-benar seperti kesetanan. Dia terus memompa aku semakin cepat dan cepat dgn desah nafas yg benar-benar menakutkan. Desah nafas kuda atau desah nafas lembu yg ganas dan kasar.
“Maarrcooo…..” teriakku tanpa sadar menggema di ruangan kamar itu. Marco terus memompa aku semakin cepat lagi, semakin keras dan semakin kasar.
“Maaammmaaaaa…….” Kini Marco yg berteriak kuat.
Di tekannya kuat-kuat penisnya ke dlm meqi aku sampai benar-benar kandas ke dlm dan menindih tubuh aku dgn kuat dari atas.
Creeettt… creeeettt… creeeett….. creeet… creet..
Spermanya berbuncah-buncah melepas dari penisnya. Desah nafas tersengal Dodi dan aku memburu. Aku memejamkan mata. Letih dan lelah. Marco juga melemas dan terkulai di sisi aku.
Nafas kami akhirnya normal. Aku mengambil dasterku dan memakainya tanpa bra dan celana dlm, langsung ke kamar mandi di kamar anakku dan meqiku. Aku lalu ke dapur meneguk air putih dgn berkali- kali tegukan. Aku menyodorkannya kepada Marco untuk meneguk air putih itu. Marco meneguknya.
Aku meneruskan pekerjaanku. Minyak dituang ke dlm kuali dan aku mulai menggoreng ikan kemudian untuk disambal. Gorengan sdh selesai. Api dimatikan, tinggal membuat cabai ke blender untuk menyambal ikan.
Aku meneruskan pekerjaanku, agar nanti kedua anakku pulang kuliah mereka langsung makan.



«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply