sponsor

sponsor

Slider

Theme images by kelvinjay. Powered by Blogger.

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Search This Blog

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Archive

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Author Details

Templatesyard is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design. The main mission of templatesyard is to provide the best quality blogger templates which are professionally designed and perfectlly seo optimized to deliver best result for your blog.

Ad Home

LightBlog

Breaking

Header Ads

ad

Featured

Contact Form

Name

Email *

Message *

Categories

Popular

Recent Tube

Business

Technology

Life & style

Games

Sports

Fashion

» » Cintaku di Tolak, Perkosa Pun Jadi..

Cerita Dewasa - Sebut saja namaku Hardi. Aku bekerja di sebuah instansi pemerintahan di kota S, selain juga memiliki sebuah usaha wiraswasta. Cerita berikut ini bukan pengalamanku sendiri, melainkan pengalaman seorang rekanku, sebut saja dia Andi.
Cintaku di Tolak, Perkosa Pun Jadi..
dimana kita memang punya kegaitan yang sama , caranya ada ada saj untuk mendapatkan kembang desa, walaupun sudah punya istri sebanyak 3.
Winda terbangun dengan kepala yg pusing. Namun entah mengapa kedua tangannya tidak dapat digerakkan. Seluruh tubuhnya terasa hangat.
Sambil mengerjapkan matanya, gadis itu memandang sekelilingnya. Ternyata ia berada dalam sebuah kamar yg belum pernah dilihatnya, terbaring di atas ranjang empuk dan besar yg berwarna merah jambu.
Dari jendela yg tertutup terbayang hari sudah gelap. Dalam kamar itu sendiri hanya ada sebuah lampu kecil yg menyala remang-remang. Winda hanya ingat Sabtu sore tadi setelah bertanding bola volley melawan sekolah dari kecamatan tetangga, ia harus berlari-lari dalam gerimis hujan menuju rumah neneknya untuk menginap malam ini, karena rumahnya terlalu jauh dari lapangan volley. Seperti umumnya gadis desa lainnya, meskipun tidak terlalu tinggi, namun Winda memiliki tubuh yg montok dan padat.
Payudaranya yang yang montok, sangat jelas karena branya juga membkas di kaosnya, wajahnya yang manis dan sensual tak mana pemda pemuda disekitarnya selalu menginginkan gadis tersebut ditunjang dengan kulit yang halus dan putih. apalagi kalau jika dia berjalan smata terarah pada pantatnya yang menggoda.
Pantatnya yg montok selalu menonjol di balik rok seragam sekolahnya, yg biarpun di bawah lutut, ketatnya memperlihatkan garis celana dalam gadis itu.
Bukan hanya para pemuda, beberapa orang yg telah beristri pun berangan-angan menjadikan gadis kelas 1 SMU itu istri mudanya. Menurut katuranggan, gadis macam Winda rasanya peret dan legit, pasti akan memberikan kenikmatan sepanjang malam, membuat suaminya betah di rumah.
Tidak heran, tiap kali ada pertandingan volley, selalu banyak penontonnya, meski kebanyakan hanya menonton paha Winda yg bercelana pendek dan guncangan buah dadanya saat gadis itu memukul bola.
“Ah, sudah bangun Nduk..?” sebuah suara dan lampu yg menyala terang mengagetkan gadis itu. Tampak seorang pria kekar memasuki ruangan. Winda mengenalinya sebagai Andi, seorang terpandang di desanya.
Meski bukan penduduk desa itu, namun suka kawin-cerai dengan gadis-gadis di sini. Dalam sebulan paling ia hanya di rumah satu-dua hari saja, selebihnya “kerja di kota”.
Sekarang ini istrinya di sini sudah ada tiga orang, semuanya masih belasan tahun dan cantik-cantik, namun masih suka menggoda Winda tiap kali bertemu. Bahkan baru saja ia pernah berusaha melamar gadis itu namun tidak berhasil.
Winda berusaha bangun, namun tangan dan kakinya tetap lemas tidak dapat bergerak.
“Tenang saja Nduk, nggak usah banyak gerak. Malam ini kamu di sini dulu.” kata Andi. Tidak sengaja Winda melihat ke dinding kamar, dan dari cermin besar yg terpasang di sana, ia menyadari kedua tangannya terikat menjadi satu di atas kepalanya, demikian juga kedua kakinya yg terentang ke sudut-sudut ranjang, seperti huruf Y terbalik.
Seluruh tubuhnya tertutup selimut, namun ujung selimut yg tersingkap memperlihatkan sebagian paha gadis itu. Di sudut ranjang tampak terserak baju seragam dan rok yg tadi dipakainya.
“Pak Andi, Winda dimana? Kenapa Winda begini?” tanya gadis itu dengan panik.
Ia mulai teringat saat berlari ke rumah neneknya tadi seseorang menariknya dari belakang dan menempelkan sesuatu yg berbau menyengat ke wajahnya, kemudian semuanya menjadi gelap, hingga akhirnya ia kemudian tersadar di situ.
“Tenang Winda, kamu baik-baik saja. Malam ini kita akan kawin. Minggu lalu saya sudah melamarmu pada bapakmu. Sekarang kita akan nikmati malam pertama kita.” kata Ta sambil menyeringai.
“Enggak! Enggak! Kemarin Bapak bilang ditolak! Winda nggak mau!” gadis itu berusaha meronta, namun ikatan tangan dan kakinya terlalu kuat baginya.
Sambil tertawa terkekeh, Andi perlahan menarik selimut yg menutupi tubuh gadis itu, membuat Winda terpekik karena penutup tubuhnya perlahan terbuka, sedangkan ternyata di balik selimut itu ia sudah telanjang bulat.
“Jangan! Jangan! Aduh jangan! Pak Andi, jangan Pak! Tolong..!” Dengan sigap Andi mengambil pakaian dalam Winda yg terserak di atas ranjang, lalu menyumpal mulut gadis itu dengan celana dalamnya sendiri, dan mengikatnya ke belakang dengan bra gadis itu.
“Pak? Kamu panggil aku Pak? Aku ini suamimu, tahu! Panggil aku Kangmas!” seru Andi sambil menampar pipi Winda sampai gadis itu memekik kesakitan.
Andi semakin beringas melihat tubuh Winda yg montok telanjang bulat. Kedua paha gadis manis itu terentang lebar mempertontonkan bibir kemaluannya yg jarang-jarang rambutnya. “Diam Sayang! Ini malam kita bedah kelambu!
Kalau bapakmu yg tolol itu tidak mau anaknya dilamar baik-baik, kita lihat saja besok! Karena besok anak perawannya sudah tidak perawan lagi!” Tanpa basa basi Andi segera membuka pakaiannya sendiri, lalu melompat ke atas ranjang.
Winda dengan sia-sia meronta dan menjerit saat Andi menindih tubuhnya yg telanjang bulat tanpa sehelai benang pun. Gadis itu bahkan tidak bisa untuk sekedar merapatkan pahanya yg terkangkang lebar.
Pekikan Winda tertahan sumpalan celana dalam saat Andi meremas buah dada gadis itu dengan kerasnya. Rontaan dan pekikan gadis cantik itu sama sekali tidak digubris. Andi kemudian menempatkan kejantanannya tepat di depan bibir kemaluan Winda.
“Diam Sayang! Jangan takut, enak sekali kok! Nanti pasti kamu ketagihan. Sekarang biar Kangmas ambil perawanmu…” sambil berkata begitu Andi menghujamkan kejantanannya memasuki hangatnya keperawanan Winda.
Selaput dara gadis itu terasa sedikit menghalangi, namun bukan tandingan bagi keperkasaan kejantanan Andi yg terus menerobos masuk.
“Haanggkk..! Aahhkk..!” Napas gadis itu terputus-putus dan matanya yg bulat indah terbeliak lebar saat Winda merasakan perih tiba-tiba menyengat selangkangannya.
Tubuh montok gadis itu tergeliat-geliat merangsang dengan napas tersengal-sengal sambil terpekik tertahan-tahan ketika Andi dengan perkasa menggenjotkan kejantanannya menikmati hangatnya kemaluan perawan Winda yg terasa begitu peret. “Aahh… enak sekali tempikmu… aahh… Wulaaanh… enak kan Nduk..? Terus ya Nduk..?” Andi mendesah merasakan nikmatnya mengambil kegadisan si kembang desa.
Winda sambil merintih tidak jelas menggelengkan kepala dan meronta berusaha menolak, namun semua usahanya sia-sia, dan gadis itu kembali terpekik dan tersentak karena Andi kini dengan kuat meremasi kedua payudaranya yg kencang menantang.
Memang benar kata orang, gadis seperti Winda memang sangat memuaskan, wajahnya yg cantik, buah dadanya yg tegak menantang bergerak naik turun seirama napasnya yg tersengal-sengal, tubuhnya yg montok telanjang bersimbah keringat, kedua pahanya yg mulus bagai pualam tersentak terkangkang-kangkang, bibir kemaluannya tampak megap-megap dijejali kejantanan Andi yg begitu besar.
Sementara dinding kemaluannya terasa seperti mencucup-cucup tiap kali gadis itu terpekik tertahan. Winda dengan airmata berlinang merintih memohon ampun, namun tusukan demi tusukan terus menghajar selangkangannya yg semakin perih. Payudaranya yg biasanya tersenggol pun terasa sakit kini diremas-remas tanpa ampun.
Belum lagi rasa malu diikat dan ditelanjangi di depan orang yg tidak dikenalnya, lalu diperkosa tanpa dapat berkutik. Rasanya bagai bertahun-tahun Winda disetubuhi tanpa mampu melawan sedikitpun.
“Hhh..! Windah..! Wulaann..! Sekarang Mas bikin kamu hamil, sayangghh..! Aah… ambil Nduk! Nih! Nih! Niih..!” Tanpa dapat ditahan lagi Andi menyemburkan spermanya dalam hangatnya kemaluan Winda sambil sekuat tenaga meremas kedua payudara gadis itu, membuat Winda tergeliat-geliat dan terpekik-pekik tertahan sumpalan celana dalam di mulutnya. Kepala gadis itu terasa berputar menyadari ia akan hamil. Perlahan pandangan gadis itu menjadi gelap.
Winda kembali tersadar oleh dengusan napas di depan wajahnya. Sebelum sadar sepenuhnya, sengatan perih di selangkangannya membuat gadis itu terpekik dan meronta. Namun tangan dan kakinya tidak mau bergerak, dan pekikan-pekikannya tidak dapat keluar.
Dengan gemas Andi kembali menggenjotkan kejantanannya menikmati keperawanan Winda. Andi tidak tahan lagi untuk tidak kembali menggagahi gadis itu, memandanginya tergolek telanjang bugil tanpa daya di atas ranjang.
Pahanya yg putih mulus terkangkang seolah mengundang, bibir kemaluannya yg berambut jarang terlihat berbercak merah, tanda Winda memang betul-betul masih perawan, tadinya.
Kedua payudara gadis itu berdiri tegak menjulang, dengan puting susu yg kemerahan menggemaskan. Sementara wajahnya yg manis dan bau tubuhnya yg harum alami sungguh membuat Andi lupa diri. Dengan istri muda seperti Winda, ia tidak akan mau tidur sekejap pun, tidak perduli gadis itu suka atau tidak.
“Aah..! Ahk! Angkung (ampun)..! Aguh (aduh).. hakik (sakit).. angkung (ampun)..!” Winda merintih-rintih tidak jelas dengan mulut tersumpal celana dalam di sela-sela jeritan tertahan. Tanpa mampu merapatkan pahanya yg terkangkang, gadis itu merasakan kemaluannya semakin perih tiap kali Andi menggerakkan kejantanannya.
Tiap detik, tiap genjotan terasa begitu menyakitkan, Winda berharap kembali pingsan saja agar perkosaan ini segera berlalu.
Namun gadis itu tanpa daya merasakan bagian bawah tubuhnya terus ditusuk-tusuk benda yg begitu besar.
Andi semakin giat menggenjotkan kejantanannya dalam hangatnya kemaluan Winda yg peret dan mencucup-cucup menggiurkan. Istri barunya ini memang pintar memuaskan suami di atas ranjang.
Apalagi kalau nanti diajak tidur beramai-ramai bersama satu atau dua istrinya yg lain. Membayangkan meniduri dua atau tiga gadis sekaligus membuat Andi semakin bersemangat menyodok kemaluan Winda, semakin cepat, semakin dalam.
Andi merasakan kejantanannya menyentuh dasar kemaluan gadis itu bila disodokkan dalam-dalam. Winda sendiri hanya merintih tampak pasrah mempersembahkan kesuciannya pada Andi. Airmata gadis itu tampak berlinang membasahi pipinya yg kemerahan.
Tubuh montok gadis itu tergelinjang-gelinjang kesakitan tiap kali kejantanan Andi menyodok masuk dalam kemaluannya yg begitu sempit. Dengan menggeram seperti macan menerkam mangsa, Andi dengan nikmat menyemburkan sperma dalam kehangatan tubuh Winda yg terpekik tertahan-tahan.
Semalam suntuk Andi dengan gagahnya memperkosa Winda, setidaknya lima kali gadis itu disetubuhi tanpa daya. Entah berapa kali Winda pingsan ketika Andi mencapai puncak, hanya untuk tersadar ketika tubuhnya kembali dinikmati dengan buasnya.
Selangkangan gadis itu terasa perih dan panas, seperti ditusuk-tusuk besi yg merah membara. Payudaranya serasa lecet diremas habis-habisan, terkena semilir angin pun perih. Punggung gadis itu perih tergores kuku Andi.
Namun siksaan tanpa belas kasihan itu tidak kunjung usai, bagai tidak mengenal lelah kejantanan Andi terus bertubi-tubi menusuk dalam-dalam, kedua tangannya seperti capit kepiting terus mencengkeram buah dada Winda.
Sementara gadis itu dengan tangan dan kaki terikat erat tidak mampu berkutik, apalagi menghindar atau mencegah. Bahkan menjerit pun Winda tidak mampu, tenaganya sudah habis dan sumpalan celana dalamnya sendiri membuat pekikannya hanya seperti erangan. Bagai berabad-abad Winda dibuat bulan-bulanan tanpa daya.
Dari sela-sela jendela yg tertutup, sinar matahari pagi menerobos masuk. Dengan lemas Andi berbaring di sisi Winda yg terisak-isak. Sungguh luar biasa istri barunya ini, semalam suntuk gadis ini mampu melayani suaminya.
Dari jam tujuh malam sampai jam enam pagi, dalam sebelas jam gadis itu mampu lima-enam kali memuaskan suaminya, meskipun harus sedikit dipaksa. Kalau saja kemarin tidak minum obat kuat, mungkin saja pagi ini Andi tidak dapat bangun. Sambil tersenyum lebar, Andi bangkit dan mengenakan pakaian.
Perlahan Andi membuka sumpalan mulut Winda. Gadis itu sendiri masih telanjang bulat dengan tangan dan kaki terikat terentang lebar. “Nduk, kalau jadi istriku, kamu minta apa saja pasti aku beri. Mau kalung? Gelang? Rumah? Sepeda motor? Jangan takut, sebagai istri orang kaya, semua keinginanmu akan terkabul.”
“Nggak mau… lepasin Winda… Winda mau pulang..!” isak gadis itu menghiba.
“Rumah kita sekarang di sini Nduk, kamu sudah jadi istriku.” bujuk Andi. “Enggak… enggak mau. Winda mau pulang!” gadis itu berusaha meronta tanpa hasil.
“Jangan buat suamimu ini marah, Nduk! Kamu sudah jadi istriku, aku bebas berbuat apa saja dengan kamu! Jangan keras kepala!” seru Andi jengkel.
Winda sambil terisak terus menggelengkan kepala. Berulangkali bujukan dan ancaman Andi tidak dihiraukan Winda, membuat Andi naik pitam. “Baik, jadi kamu tidak ingin jadi istriku. Baik, kamu sendiri yg minta, Nduk! Jangan salahkan aku kalau aku bertindak tegas!” kata Andi sambil membuka ikatan kaki Winda.
Andi kemudian membuka ikatan tangan gadis itu dari besi ranjang, namun kedua pergelangan tangannya tetap terikat erat. Lalu dengan menarik ujung tali yg mengikat tangan Winda, Andi menyeret gadis yg masih telanjang bulat itu keluar kamar. Karena tubuhnya masih lemas, Winda tidak kuasa menolak dirinya yg masih bugil diseret sampai ke jalan desa yg terang benderang.
“Hei, lihat! Lihat ini! Sungguh memalukan!” seru Andi sambil menyeret gadis yg mati-matian berusaha menutupi ketelanjangannya. “Ada apa Pak Andi? Apa yg terjadi?” tanya orang-orang desa yg segera saja mengerumuni keduanya.
“Lihat ini! Perempuan ini sudah membuat desa kita tercemar! Dia berzinah dengan laki-laki! Saya pergoki mereka di rumah kosong di tepi desa! Sayang laki-lakinya kabur, tapi saya tahu orangnya! Pasti nanti akan kita tangkap!” seru Andi berapi-api.
“Tidak! Tidak.. tolong..!” sia-sia Winda berusaha membantah, suaranya tertelan ramainya suasana.
“Lihat! Ini bukti perempuan ini sudah berzinah!” Andi menunjuk ke arah selangkangan gadis itu yg berbercak darah.
Kerumunan orang bergumam dan mengangguk-anggukkan kepala. “Tidak! Saya tidak ber…” perkataan Winda terputus oleh teriakan salah seorang.
“Bawa ke balai desa! Biar dihukum adat di sana!” serunya. Seseorang lain menarik tali yg mengikat tangan Winda dan menyeret gadis telanjang bulat itu menuju ke balai desa. Sepanjang jalan mereka berteriak-teriak, membuat semakin banyak orang keluar rumah melihat Winda yg bugil diseret. Anak-anak kecil berlari-lari mengikuti sambil tertawa-tawa mengejek.
Di balai desa, tepat di tengah pendopo, tali pengikat tangan Winda ditarik ke atas dan diikatkan dengan tiang di atasnya. Kini gadis telanjang bulat itu berdiri tegak dengan tangan terikat ke atas. Winda tahu bahwa hukuman bagi orang yg berzinah biasanya keduanya ditelanjangi, kemudian diikat seharian di balai desa.
Seperti dirinya sekarang, namun ia hanya sendirian dan ia sama sekali tidak berzinah. Gadis itu diperkosa berkali-kali, lalu difitnah berzinah oleh pemerkosanya sendiri. Namun siasia gadis itu berusaha membantah, suaranya yg kecil hilang ditelan ramainya orang di sekitarnya. Dan kini ia berdiri telanjang bulat sendirian dikelilingi belasan warga.
Isakan tangis Winda semakin keras mendengar tawa orang-orang yg mengelilinginya, berkomentar mencemooh tentang kemulusan tubuhnya, buah dadanya yg ranum kemerah-merahan bekas diremas, pantatnya yg bulat, pahanya yg mulus. Isakan gadis itu terhenti ketika sebuah truk berhenti di depan balai desa.
Beberapa ibu-ibu yg turun dari truk terheran-heran melihat ke arah Winda. Beberapa orang kemudian menurunkan barang-barang dari truk. Winda tersadar, hari ini hari pasar, dan ratusan orang akan berkumpul hanya beberapa meter darinya. Ratusan orang akan melihat dirinya telanjang bulat tanpa tertutup sehelai benang pun.
Kepala gadis itu terasa berputar, saat Andi berbisik di telinganya, “Rasakan akibatnya kalau kamu tidak mau jadi istriku! Sekarang semua orang tahu kamu sudah tidak perawan, dan semua orang juga sudah pernah melihat kamu tanpa pakaian!” Perlahan gadis itu kembali terisak dan berpikir seandainya saja ia menerima menjadi istri Andi.


«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply