Cerita Dewasa - Aku orang yang mungkin punya kelainan, menyukai orang dari
keluargaku sendiri. Aku anak tunggal, mungkin karena aku tidak pernah bertemu
wanita lainlah yang membuatku demikian. Sudah semenjak SMP aku mengenal yang
namanya bokep, semenjak itu pula aku selalu membayangkan ibuku sambil mengocok
penis di kamar mandi.
Gairah Sex Terpuaskan Oleh Tante Wenny
Ya, onani adalah kebiasaanku ketika pagi hari, akibat itulah aku
mulai tumbuh kumis tipis. Tapi aku rajin mencukurnya. Dan aku pun tak jarang
beronani ke celana dalam kotor ibuku, sambil sperma kutumpahkan di sana. Ya,
kelainan inilah yang ada pada diriku. Ibu dan ayah sudah bercerai semenjak aku
masih SD. Ibuku sebagai single fighter mampu menghidupi kami berdua.
Ayah telah menikah lagi dengan wanita lain, setahun sekali
mengunjungiku. Saat umur 16 tahun aku sekolah di SMA X. Awalnya ibuku ndak
setuju karena bakal jauh dari rumah. Namun karena dekat dengan rumah Tante Wenny,
akhirnya ibuku mengijinkanku.
Tante Wenny adalah tanteku, kakak dari ibuku. Umurnya sekarang sih
40-an. Seorang ibu berjilbab besar. Ia ditinggal mati suaminya 3 tahun lalu.
Dan sekarang hidup sendiri dengan dua orang anaknya, cewek semua. Nama anaknya
Irma dan Yulita.
Tante Wenny lah yang menganjurkan agar aku menginap saja di
rumahnya, jadi kalau hari sabtu dan minggu baru pulang. Ibuku bisa
mengunjungiku kapan saja. Usaha roti yang dikelolanya pun rasanya tak bisa
dilepaskan. Ibuku mempunyai usaha roti. Dan omsetnya cukup lumayan. Tanpa itu
aku tak bisa sekolah. Sedangkan Tante Wenny seorang PNS.
Aku sudah tinggal hampir satu semester di rumah Tante Wenny. Ibuku
menjengukku setiap 3 hari sekali, kadang juga 1 minggu sekali. Aku pulang
setiap Sabtu dan Minggu. Kegiatanku selama di rumah Tante Wenny, tentu saja
membantunya mencuci piring, pakaian dan juga membersihkan rumah. Terus terang
Tante Wenny sangat menyukai hasil kerjaku. Menjaga Irma dan Yulita yang masih
sekolah SD dan SMP juga membuatnya bangga punya ponakan seperti aku. Aku juga
mengajari keduanya dalam masalah pelajaran yang sulit di sekolah.
Tante Wenny baru pulang jam 16:00. Namun ia sudah sangat senang
melihat hasil kerjaku membantunya. Lalu bagaimana kebiasaanku onani, tidak
berhenti juga. Kali ini aku membayangkan tanteku sendiri. Melepas jilbabnya,
lalu aku bayangkan ia memperlihatkan seluruh tubuhnya. Aku sebenarnya iseng
juga. HPku ada kamera, dan aku gunakan untuk merekamnya ketika ia mandi. Dan
selama ini tidak ketahuan, bahkan ketika aku onani aku sambil melihat video
tersebut. Biasanya setelah onani aku sangat puas bisa membayangkannya.
Suatu malam Tante Wenny sedang nonton tv. Tampak anak-anaknya
sudah tidur. Aku tak ada kerjaan lain, akhirnya ikutan nonton juga. Kebetulan
saat itu tv-nya lagi main sinetron. Tante Wenny kali ini seperti biasa memakai
daster dan jilbabnya masih terjulur. Namun karena dasternya lengan pendek, aku
jadi bisa melihat betapa bersih keteknya. Bahkan sekilas warna branya bisa
terlihat ketika ia mengangkat ketiaknya. Warnanya hitam. Wajah Tante Wenny
masih mulus, dan ia tampak cantik malam itu.
Di tengah heningnya suasana nonton tv tersebut, ia tiba-tiba
menyeletukku,
“Kamu sudah punya pacar dree?”
Aku kaget dengan pertanyaanya, “Belum, tante”
Ia mendesah, “Masa’ belum, biasanya anak-anak SMA seumuran kamu
itu sudah punya lho”
“Beneran, suwer”, kataku.
“ohh.. ya udah”, katanya.
“Emang kenapa tanya begitu tante?”, tanyaku.
“Kamu jujur sama tante ya”, katanya.
Aku jadi penasaran.
“Kamu sering onani ke celana dalam tante ya?”, tanyanya.
JDERRR, aku bagai tersamber
geledek. Aku pun diam lama.
“Berarti bener”, katanya.
“Maaf tante”, kataku.
“Jangan ulangi lagi ya”, katanya.
“Koq tante tahu?”, tanyaku.
“Ya tahulah, habis dicuci masih ada bercak putih. Kan tante ndak
keputihan koq bisa ada itu, ya berarti ada pria yang iseng”, katanya sambil
tersenyum.
“Maaf tan, habis….”,
“Kenapa?”
“Jujur Andre suka sama tante, tante orangnya baik, alim, cantik,
keibuan, siapa yang tidak suka dengan tante”, kataku.
Mendengar itu tampak Tante Wenny agak tersentak.
“Tapi aku tantemu, mbaknya ibumu, kamu ndak boleh gitu. Lagian
masih banyak cewek2 yang ada di luar sana. Aneh2 aja kamu ini, ntar aku
pulangin ke ibumu klo kamu nakal seperti ini”, katanya mengancam.
“Terserah tante deh, Andre sudah jujur. Awalnya Andre juga merasa
aneh punya perasaan ini, tapi sering ketemu tante jadinya begini. Terus terang
aku selalu membayangkan tante, kalau hal ini bikin tante marah atau tidak suka,
baiklah, Andre akan nge-kost sendiri saja. Besok Andre akan pergi”, aku
beranjak dari tempat dudukku.
“Andre!?”, kata tante Wenny.
Aku masuk ke kamarku. Dan menutup pintu. Aku lalu berbaring.
Tampak tante Wenny mengejarku. Ia lalu mengetuk pintu.
“Andre, buka pintunya!”, kata tante Wenny.
“Bukan begitu Andre, kamu harus tahu aku ini bibimu, tantemu,
masa’ kamu punya pikiran jorok seperti itu? Andre….?”
Aku tak peduli. Aku tinggal tidur. Di dalam tidur aku bermimpi
bersama tanteku ngentot. Dan aku terbangun dalam keadaan celana basah.
Ahh…..sial. Aku segera mandi, karena hari ternyata sudah siang. Selesai mandi
tampak Tante Wenny berada di sofa. Ia menatapku. Mungkin ia mau melihat apa aku
benar-benar akan pergi dari tempat ini. Aku lalu masuk kamar.
“Andre, tunggu!” Aku berjalan mundur lagi.
“Sini! duduk dekat tante!”, katanya. Aku menurut.
“Maafkan soal tadi malam, aku tak bermaksud kasar kepadamu”, kata
tante Wenny.
“Terus terang perbuatanmu kemarin itu sungguh keterlaluan. Tapi
setelah tante berpikir panjang, mungkin itu karena kamu baru masa puber.
Maafkan tante. Kalau sampai ibumu tahu kamu tidak di sini, maka ia akan
khawatir dan aku tak mau hal itu terjadi. Baiklah terserah kamu mau onani pake
cd tante atau tidak, silakan asal kamu jangan pergi dari rumah ini.”
Aku koq seperti mendapatkan angin. “Serius?”
“Iya, tante serius”, kata Tante Wenny.
“Sebenarnya, bukan onani sih yang Andre inginkan, tapi tante!”,
kataku.
Tante tersenyum. Ia menarik nafas dalam-dalam. Tampaknya ia
memikirkan sesuatu.
“Baiklah, kamu boleh mencintai tante seperti pacar, kalau itu
maumu. Tapi jangan yang aneh-aneh. Ini aku lakukan agar ibumu tidak sedih”,
kata Tante.
“Aneh-aneh gimana tante?”, tanyaku.
“Ya aneh-aneh”, jawabnya.
Aku menggeleng, “Nggak ngerti”
“Kamu sudah onani masa’ ndak tau?”, tanyanya. “Mengajak yang
aneh-aneh ama tante, berbuat mesum.”
“ooo…”, kataku. “Siap”
Aku tersenyum senang. Dan ya, hari itu dimulailah petualangan
cintaku dengan Tante Wenny. Kami benar-benar merasa seperti orang pacaran. Aku
pun mulai berani mencium pipinya, memegang tangannya, memeluknya. Ia
benar-benar alim. Ia melakukan itu hanya kalau tidak kelihatan Irma dan Yulita.
Setiap hari aku mengirimkan surat cinta kepadanya. Awalnya ia
cuek, tapi lambat laun ada hal yang aneh kurasakan kepadanya. Suatu ketika aku
sendirian di rumah, tidak ada siapapun. Iseng aku ke kamarnya. Di sana aku melihat
buku harian. Dari situlah aku tahu bahwa ia mulai menyukaiku.
Contohnya: Hari ini tgl 17 April,
Dia mencium keningku lagi, lalu memberikan surat cinta yang indah. Ia
keponakanku sendiri, haruskah aku mencintainya? Aku bingung sekarang.
Membiarkan diriku masuk ke hatinya, sedangkan aku tak bisa memasukkan dia ke
hatiku. Apakah aku telah jatuh cinta? Di saat ia bercerita tentang teman
wanitanya yang cerewet di sekolah aku cemburu. Oh tidak, aku jatuh cinta.
Aku tak membaca semuanya, paling tidak aku tahu bahwa tanteku
mulai mencintaiku. Selesailah UAS semester 1. Besoknya libur panjang. Aku ijin
ke ibuku untuk beberapa hari di rumah tante Wenny karena ada yang harus
dikerjakan. Irma dan Yulita ikut berlibur bersama sekolahnya. Jadi aku dan
tante Wenny sendirian di rumah. Dan hari itu hari sabtu, harusnya aku pulang
hari itu menengok ibuku. Namun aku urungkan niat.
Tampak Tante Wenny memasak di dapur. Aku peluk dia dari belakang,
kucium wangi tubuhnya.
“Masak apa say?”, kataku.
“Masak sayur lodeh”, jawabnya.
“Kayaknya enak?” pujiku.
Kami lalu sarapan. Tak ada obrolan berarti. Setelah sarapan kami
beres2 rumah. Setelah itu kami capek, aku bersandar di sofa. Dan tante Wenny
juga duduk disitu. Kami menonton tv, aku membiarkan tante Wenny bersandar di
dadaku. Aku kali ini agak sedikit “berani”. Perlahan aku meraba payudaranya.
Awalnya tanganku ditepis, lalu aku pun merabanya lagi. Kali ini malah
dibiarkan. Kugesek-gesek bongkahan empuk itu, dan kurasakan puting mengeras
dari branya yang tebal dan daster itu. Berikutnya, aku pelorotkan sedikit
celanaku, dan peniskupun muncul.
“Ih, Andre, apa-apaan sih?”, tanyanya.
“Lho, ndak ngapa-ngapain tante koq”, kataku.
“Itu koq dikeluarin?”, tanyanya.
“Andre sudah lama ndak onani tante, pingin onani sambil memegang
tante”, kataku.
“Plis tante, sudah kepalang tanggung nih”
Tanteku menelan ludah melihat penisku yang mengacung dan keras.
“Kalo nggak boleh ya tante saja yang ngocokin”, sebenarnya aku
cuma bercanda.
“Baiklah”, katanya mengejutkan.
Mulanya aku nggak percaya, tapi ia amati seksama barang ajaib itu.
Perlahan-lahan ia pegang dengan jemarinya yang halus itu. Lalu perlahan-lahan
ia kocok dengan lembut sampai helm-ku mengeras. Ndak cuma itu, buah pelerku
diremas-remas juga. Ohhh….nikmat sekali. Baru kali ini penisku dipegang cewek.
Apalagi tanteku sendiri. Aku mulai meraba toketnya. Ia tak protes. Ia pun mulai
gelisah setelah lama mengocok punyaku.
“Tante boleh ya buka bajunya?”, tanyaku.
“Eh…ee…i…iya”, katanya.
Ohh my goossh… Ia membuka dasternya dan jilbabnya.
“Jilbabnya nanti saja tante”, kataku.
Ia heran, tapi tak peduli. Ia kembali lagi mengurut tongkolku. Aku
pun makin bergairah setelah melihat bra-nya dan cd-nya yang berwarna hitam
tipis itu. Aku mencium bau harum, lalu mulai mencium bibirnya. Fuck, kami
benar-benar berpanggutan, ia masih mengocok penisku dan aku meremas toketnya.
Toketnya luar biadab. mungkin ukurannya 35D. Kami benar-benar
berciuman, saling menjilat lidah kami. Lalu aku pun membuka pengait bra-nya.
Tuing! dada itu menggantung. Ohh…indahnya, putingnya coklat, keras dan kencang.
Dadanya putih sekali dan harum. Aku menggigit-gigit toket itu, lalu menyusunya.
“Oh…Andre…ahh….ahhh….terus nak, oh, lupakan aku ini tantemu.
Ohh…iya, netek ke tante ya”, katanya merancau. Ia ternyata sudah haus sex.
Ndak butuh lama koq sekarang aku sudah menelanjanginya selama ia
menikmati sensasi rangsangan di toketnya. Lalu perlahan aku cium perutnya, ia
merebahkan diri ke sofa yang empuk dan panas itu. Kini kulebarkan kedua
pahanya. Tampak rambut yang tipis menghiasi vaginanya, ohh. ternyata ia rajin
mencukur.
Akupun menyapunya, kujilati apa yang bisa dijilat di tempat itu.
Ia meremas kepalaku, rambutku dijambaknya, dan kedua pahanya mengapitku erat,
aku tak berhenti. bahkan klitorisnya kusapu, kuhisap, kulumat, dan
kugigit-gigit gemas. Lidahku menyeruak ke dalam lubangnya, rasa asin pelumasnya
tak kuhiraukan lagi. Bau khas wanitanya pun sekarang melekat di bibirku.
“Ahhh…Andre jangan, aaahhh….geli…aaaarggh….maaf Andre, tapi tante keluar….AAAAHHHHH”,
desahan panjang membuatku tersentak. Saat itulah ia terkencing-kencing, aku
menghindar. Tampak sofa banjir dengan air orgasmenya.
Nafasnya tersengal-sengal. Aku belum disepong nih, pikirku. Segera
aku menempatkan pahaku di antara kepalanya. Ia mengerti yang kuinginkan. Dengan
mata setengah terbuka karena kenikmatan orgasme ia pun menjilati kepala
penisku.
OOOHHH….fuck tanteku ini. Ia jago banget. Ia mengurut penisku
sampai ke pangkal jadi tampak penisku mengeras hebat dan ia keluar masukkan
kepala penisku hingga separuh ke mulutnya. Ia lakukan itu sambil menyedotnya.
Sesekali ia menjilati ujung lubang kencing, ia putar-putar lidahnya di sana.
Oh….kalau begini aku bisa jebol nih.
“Udah sayang, aku mau masukin ke tempat itu. Masih perjaka nih”,
kataku.
Ia mengerti. Dibukanya pahanya. tampak vagina itu sangat basah dan
becek, Aku bersiap di atas, gaya misionari. Ia masih pakai kerudungnya, lalu
aku lepas kerudung itu, tampaklah rambutnya yang sedikit berombak, yang aku tak
pernah melihatnya kecuali dari videoku itu. Kini wanita ini pasrah dan
menginginkanku.
“Cepat masukin Andre, tante udah nggak tahan nih”, katanya.
“baiklah tante, tapi kira-kira kita sekarang ngapain tan?”
“ayolah Andre, fuck me Andre, fuck you! entotin tantemu ini”
“apakah tante ini jadi pelacur sekarang?”
“iya, tante ini sekarang jalang, pingin kontolmu, ayo kontolin
tante.”
Aku lega mendengar rancauannya itu. Ia benar-benar haus sex. Jadi
SLEEBB! Ouuwwwww…fuck!! Ia mengunci kakinya ke pinggangku. Ia menaikkan
pantatnya, otomatis punyaku masuk seluruhnya.
Walaupun sudah punya 2 anak, tapi vaginanya sangat rapet, mungkin
karena tak pernah dipakai. Perutnya yang rata itu membuatku bernafsu
dan…owww…aku goyang akhirnya. Jemari kami saling menyatu. tanteku tak mau lepas
dariku, ia mengoyak penisku sepertinya, dan aku menggerakkan maju mundur. Oh
tidak, aku mau keluar rasanya, baru 2 menit padahal.
“Tan, ndak kuat nih…ahh….ahh…AHHH”, kataku
“Keluarin nggak apa-apa, aaahh…”, katanya.
Dan CROOOOTTT, entah berapa kali tembakan yang pasti tembakan
perjaka yang dhaysat. Keras, dan banyak. Tanteku sampai tersentak merasakannya,
ia membelalak, dan melihatku sambil mengerutkan dahinya. Ia melirik ke bawah
sana. Ia meraba dengan jemarinya pangkal penisku yang masuk penuh.
Lama kami diam, tanteku memejamkan matanya, menikmati
setetes-demi-setetes sperma yang membasahi rahimnya setelah 3 tahun tidak
pernah dibasahi. Aku tak mencabut punyaku sampai penisku mengecil sendiri. Aku
lalu menarik tubuh tanteku dan kupangku. Ia memelukku, dada kami menyatu dan
aku menciumi bibirnya.
“Andre, ….kita tak boleh begini harusnya”, katanya.
“Tapi aku cinta tante”, kataku.
“Oh…Andre, ponakanku ini sekarang jadi suamiku”, katanya.
Aku meremas toketnya lagi, kami berpanggutan. Lama aku begitu,
mungkin sepuluh menit, hingga punyaku mengeras lagi. Kali ini aku suruh dia
nungging. Dengang doggy style, kami lebih lama lagi bercinta. Hasil akhirnya 4
ronde kami puas, sofa itu basah sekali, oleh keringat, dan pejuh. Total sehari
penuh, tidak, 2 hari 3 malam, aku meladeni tante Wenny yang rupanya good in
bed.
Hari ini Irma dan Yulita pulang ke rumah. Nanti siang kami akan
menjemput mereka di sekolah. Setelah itu aku akan pergi dari rumah tante Wenny
tercinta. Hari itu tante sedang berdandan siap untuk pergi.
“Sayang”, kataku.
“Hai, sayang”, katanya. Kami sudah tidak ribut lagi panggilan
apapun. Asal di luar rumah sikap kami harus dirahasiakan.
“Hisap dong”, kataku sambil memelorotkan celanaku. Ia tersenyum.
Kini tante Wenny sedikit agak nakal dalam masalah sex. Ia berlutut
sambil mengulum penisku. Aku memaju mundurkan pantatku mencari celah lidahnya.
rambutnya kuremas-remas. Setelah 10 menit kemudian.
“Ohhh, Wenny, ooohh…pejuhku keluar!!”, kataku.
Muncratlah semuanya di dalam
mulutnya. Ia menjilati spermaku, dihabiskannya dan ditelannya.
“udah ah, pagi-pagi koq udah ginian. Nanti kamu pulang lho jangan
lupa”, katanya.
“Rasanya ndak ingin pulang aku”, kataku.
“Hush ndak boleh gitu. Kan setelah ini kita masih bisa bersama
lagi”, katanya.
“Iya sih”,
“Oya ada satu hal yang ingin kusampaikan”, katanya.
“Apa Wenny?”
“Aku masih subur, jadi…kalau nanti hamil bagaimana ya?”, tanyanya.
“Lho? waduh….”, aku terkejut.
Ia tersenyum. “Nggak
apa-apa, toh kamu yang jadi bapaknya”
Ia masih mengurut-urut penisku, lalu ia jilati sisa-sisa sperma
yang masih melekat di ujung lubangnya. Hal itulah yang membuatku berpikir
keras.
Ibuku sangat kangen padaku.
Ketika aku datang ia langsung memelukku. Saking kangennya aku mau makan
dimanapun ia bakal mentraktirku.
“Kamu mau apa sekarang Andre? Ibu bakal ngasih deh”, katanya. yang
bener?
“Masa’ sih?”, tanyaku.
“Iya, mau makan di restoran mana ibu akan kasih, soalnya ibu
kangen sama anak ibu ini”, katanya sambil memelukku. Dadanya yang besar serasa
sesak di perutku. Aku lebih tinggi darinya.
“Kalau permintaan yang lain gimana?”, tanyaku.
“Apa?”, tanyanya.
“Semisal kepingin tidur sama ibu telanjang gitu?”, tanyaku sambil
tersenyum.
Ibuku tampak sedikit kaget dan
mengerutkan dahi.
“Sekarang?”, tanyanya.
“Iyalah”, kataku.
Ia lalu mengunci pintu lalu melepaskan bajunya satu per satu. WTF?
“Ayo, katanya mau tidur ama ibu telanjang?”, tanyanya menantang.
Entah ibuku gila atau nggak, tapi aku nurut saja. Aku juga
telanjang sama seperti beliau. Kami pun tidur di kamarku. Ibuku tidur miring
dihadapanku. Tatapan mata kami penuh arti, disatu sisi ia kangen, di sisi lain
aku berdebar-debar. Aku baru kali ini melihat lagi tubuh moleknya ibuku tanpa
sehelai benang pun. Aku menelan ludah sampai ibuku mendengarnya. Dadanya besar,
putingnya coklat, rambut di vaginanya tampak lebat. Tapi ketiaknya mulus.
“Boleh Andre meluk ibu?”, tanyaku.
“Ya bolehlah, kenapa emangnya?”, tanyanya.
“Ah, nggak apa-apa bu”, kataku. Akupun memeluknya. Dadanya
menempel di dadaku. dahi kami bersentuhan, penisku menempel di perutnya. Rasa
hangat yang kurasakan.
“Kamu sudah dewasa ya Andre”, katanya. “Ibu kangen sekali”
“Andre juga”, kataku. Aku perlahan-lahan menempelkan bibirku ke
bibirnya.
Kami berciuman. Kumulai berani membelai punggungnya, lalu meremas
bongkahan pantatnya. Kontolku sudah tegang sekali, kuyakin ibu juga
merasakannya. Apa ibu ndak tahu hal ini? Kami berciuman, dan saling
berpanggutan.
“Udah Andre, koq kita malah ginian seh?”, tanya ibu.
“Tapi Andre kepingin bu”, kataku. Ibuku terdiam sesaat, tampaknya
ia berpikir keras.
“Ibu lama ndak beginian, Andre ndak keberatan jadi partner sex
ibu? Sudah terlanjur begini”, katanya.
What? “Ya ndaklah, Andre sudah lama juga kepingin ngentotin ibu
sendiri”
Ibu tersenyum, tanpa babibu,
kami langsung mengulum satu sama lain. Nafas ibu memburu, ia tak ingat siapa
aku lagi, aku juga demikian. Aku sudah tak tahan untuk bisa menyusu kepadanya.
Bibirku pun menancap di puting susunya. Kuhisap kuat-kuat sambil kumainkan
dengan lidahku.
“Ohh….iya nak, begitu seperti kamu bayi dulu….aahhhhh”, kata
ibuku.
Aku terus mengulum dan meremas payudaranya bergantian. Aku hisap
kuat-kuat seolah-olah di dalam dadanya itu masih ada ASI, entah itu ASI atau
tidak, tampaknya aku mengeluarkan sesuatu dari putingnya, rasanya agak manis
dan asam.
Kemudian beliau tidak
tinggal diam begitu saja, punyaku diremas-remas dan diurut-urut. Merasa
keenakan dengan hal ini, aku sedikit berani untuk memasukkan jemari tanganku ke
lubang memeknya yang jarang ditumbuhi bulu itu. Hangat.
Itulah tempatku dulu keluar, dan sekarang ini aku bakal
menikmatinya. Tanganku aku masuk dan keluarkan, sehingga seolah-olah malah
tampak seperti mengocok sesuatu. Lama sekali aku menyusu sambil mengoyak
vaginanya dengan jemariku. Ia pun hanya mengeluh ah dan uh saja.
Aku lalu bangun, lalu duduk di atas dadanya. Buah pelerku
menyentuh perutnya bagian atas. Dan punyaku tegak mengacung ke wajahnya.
Punyaku panjang, dan menyentuh bibirnya, seolah-olah ia faham maksudku. Ia
meremas tokednya, lalu dikempitnya batangku itu. Ohh…nikmatnya.
Hangat sekali, apalagi ditambah ia menjilati lubang kencingku. Ia
terus memijat-mijat dadanya, sementara kepala penisku dijilati. Aku terangsang
sekali, tetesan sedikit mani keluar dari lubang kencingku. Beliau melihat
wajahku.
“Waah….Andre jadi anak nakal sekarang ya, gituin ibu”, katanya.
“Habis ibu mau sih”, kataku.
“Minggir dulu sayang”, katanya.
Aku mengerti lalu minggir ke samping. Kini aku berlutut, dan
beliau langsung dengan rakusnya mengulum separuh penisku. Kepalanya maju mundur
memompa penisku. Ohh…tidak, enak banget. Lidahnya menari-nari di kepala
penisku, seolah-olah tak mau lepas dari situ. Aku berkali-kali berkata,
“Ohh..mom, fuck mom, fuck! enak banget…ahh….”
“Sudah, sudah bu, Andre malah keluar nanti klo sampai begini”,
kataku.
Ibuku menghentikan
aktivitasnya. Sekarang aku serasa lemas, tapi kemudian jadi bersemangat ketika
beliau balik badan menungging.
“Andre, tolong, masukkan ya?! please….masukkan punyamu yang gedhe
itu nak”, katanya.
Tanpa babibu langsung, SLEEEBBB! Wah mantab, pas! Aku lalu
bergerak maju mundur. Tapi tampaknya ibu tak ingin berlama-lama begini, ia
sepertinya sudah mau keluar, tampak ia menggoyang sendiri pinggulnya.
Punyaku serasa dikoyak-koyak, ohh…nikmatnya. Gila, klo gini terus
aku bakal ngecret di tempat aku dibuat dulu. AHHH….Tuh kan, aku sempat nyemprot
sekali, tapi aku tahan sekuat tenaga agar jangan keluar dulu, nunggu beliau
keluar dulu.
“Ohh…tidak bu, ahh….nggak tahan…Andre ndak tahan, terlalu nikmat”,
kataku.
“Tenang Andre, ibu mau keluar
nih…aaaaaahh…ahh..ah…ahhh.oh….ohh…aaaaaa AAAHHHH”,
jeritan panjang ibuku sambil pantatnya bergetar menandakan ia
telah orgasme, punyaku serasa dijepit oleh daging yang kenyal. Aku meremas
tokednya, sambil terus maju-mundur, dan akupun tak sanggup lagi.
“Aduh…aduh…aduh…gimana ini, di luar apa di dalem?”, tanyaku.
“Dalam gak papa”, katanya.
“AAAAHHHHH”, CROOOT..CROOOTTT….CROOOTTT….perlu diketahui, aku nyembur banyak sekali. Lebih dari sepuluh tembakan, Ibuku lemas
tengkurap, sambil pantatnya masih menungging, membiarkan penisku mendapatkan
sensasi kenikmatan. Penisku sangat ngilu, ketika aku cabut dari lubang itu. Cairan kental putih mengalir
dari lubang yang aku semproti tadi. Mengalir ke paha, lalu jatuh di sprei. Aku
lalu berbaring di sebelah ibuku.
TAMAT









No comments: