Cerita Dewasa - Aku supervisor marketing
di sebuah perusahaan farmasi. Sebelum aku menjadi supervisor posisiku adalah
yang biasa disebut Detailer, yaitu wakil dari perusahaan farmasi yang bertugas
mengenalkan dan meyakinkan dokter akan produknya dengan harapan menuliskan produknya
diresep, dan aku ditempatkan di Makasar.
Nikmatnya Goyangan Dokter Cantik
Sebulan sekali aku tugas
luar kota ke Ambon selama satu minggu. Itu sekitar tiga tahun lalu . Sekarang
karena sudah banyak perkembangan, di Ambon sudah ditempatkan seorang Detailer,
dengan panggilan Dino.
Sekarang aku ditempatkan
di Jakarta membawahi beberapa Detailer. Suatu hari, hari Kamis saat itu, aku
dipanggil oleh Sales Manager ke kantornya, ” Heru, kamu kenal dokter…(sambil
menyebutkan nama) yang di Ambon kan ?” tanya bossku
” Kenal, pak. Emang
kenapa ? ” aku balas bertanya.
” Tadi Dino telpon
katanya istri dokter tersebut mau datang ke Jakarta ada keperluan. Jadi besok
kita jemput bersama2 di Bandara ” jelas bossku
” Ooh, dokter Erna yang
mau datang, saya juga kenal dia, baik pak besok kita jemput bersama2 ”
Adalah sudah biasa bagi
perusahaan farmasi untuk menjamu seorang dokter dan atau keluarganya, apalagi
dokter tersebut banyak menuliskan produk2nya di resep. Demikian juga dengan
suami dokter Erna ini, dia adalah paling banyak membantu perusahaan kami di
Ambon. Kalau dokter Erna sendiri bertugas di sebuah puskesmas kecil di Ambon
dan dia tidak praktek pribadi, jadi hanya meresepkan obat2 generik. Tapi aku
sudah mengenal dia sewaktu aku sering ke Ambon dulu.
Dokter Erna sewaktu aku
di Ambon baru menikah 3 tahun dan belum dikaruniai anak. Dia orangnya baik,
wajahnya cantik khas wajah Ambon boleh dibilang manis, tinggi badannya sekitar
165 cm, usianya waktu itu sekitar 27 tahun, jadi sekarang sekitar 30 tahun,
mengenai bentuk tubuhnya aku tidak begitu jelas karena saat ketemu dia selalu
mengenakan jubah putih dokternya yang longgar dan aku tidak terlalu
memperhatikan karena aku waktu itu tidak tertarik dengan wanita yang berkulit
gelap, walaupun kulit dokter Erna tidak terlalu hitam.
Yang aku dengar (karena
aku belum pernah melihat sendiri) dokter Erna sewaktu belum married adalah
seorang atlet volley dan sering mewakili Maluku di kejuaraan2 tingkat Nasional.
Hari Jumatnya aku dan bossku menjemput dokter Erna di bandara,
” Halo dokter Erna,
selamat datang….sendiri saja dokter ? ” sambut kami di pintu penjemputan sambil
menyalami dia yang nampak segar dengan celana katun hitam longgar dan kaos
lengan panjang berwarna cream yang juga longgar.
” Ya, saya sendiri saja
habis suamiku masih sibuk cari duit terus….. waah Heru, kamu masih seperti dulu
saja…. tetap awet muda….” balas dia sambil tersenyum memamerkan giginya yang
putih rapi.
Saat di dalam mobil aku
menanyainya ” Belum punya momongan dokter ? ”
” Belum dikasih ”
jawabnya singkat, tapi aku tahu dia agak berat untuk menjawab dan aku alihkan
pembicaraan.
” Dokter Erna, kita mau
ke mana dulu nich ? ” tanyaku
” Kita langsung aja di
hotel dulu, aku mau ganti baju dulu udah lengket badanku ” jawab dokter Erna
” Ngga makan siang dulu
saja dokter Erna ? ” tanya bossku, walaupun aku tahu saat itu sudah lewat waktu
makan siang.
” Ngga ah, tadi sudah
makan di pesawat dan sekarang masih kenyang. ” jawabnya sambil kembali
memperlihatkan giginya yang putih.
” Kalau begitu kami
antar dokter ke hotel dulu supaya dokter istirahat dulu biar nanti malam Heru
jemput dokter untuk makan malam atau mungkin dokter mau pergi kemana, kalau
saya tidak bisa ikut, saya ada janji dengan orang…” kata Sales Managerku, dalam
hatiku langsung berkata… ” bakalan jadi sopir nich, tapi yach…. inilah bagian
dari pekerjaanku. I have to enjoy it ”
” Aduh….jadi ngrepotin
nich ” jawabnya basa basi.
Kami antar dokter Erna
ke sebuah Hotel bintang empat yang tentu saja dibiayain perusahaan dimana aku
bekerja. Setelah check-in dan mengantar dokter Erna kekamarnya aku dan bossku
pulang ke kantor dan aku langsung pulang kerumah untuk mandi dan ganti baju.
Sampai disini aku masih tetap belum mempunyai perasaan apa2 terhadap dokter Erna.
Pukul enam lewat sepulu
menit aku ketuk kamar dokter Erna. Tidak lama kemudian pintu dibuka dan ….
dokter Erna keluar dengan dandanan yang baru kali ini aku melihatnya. Dokter Erna
mengenakan celana jeans stretch ketat warna biru tua dengan T shirt ketat
berleher V yang cukup rendah sehingga belahan dadanya yang kencang sedikit
terlihat, dengan warna yang sama celananya.
Disinilah aku mulai
melihat keindahan tubuh dokter Erna, payudara tang tidak terlalu besar tapi
padat berisi, pinggang ramping dengan perut yang masih rata diteruskan dengan
pantat yang padat serta bentuk paha yang panjang berisi, dia hanya memakai
sepatu kets, rambutnya diikat model ekor kuda sehingga menyisakan rambut2 halus
di kening dan tengkuknya dengan kulitnya yang coklat tapi mulus. Sejenak aku
terpesona.
” Heru, kenapa kamu
bengong ? ayo kita jalan ” katanya mengagetkanku
” eh..ya..ayo kemana
kita dokter ? ” jawabku agak gugup
” Heru, aku kan mau
beliin kado buat hadiah keponakan Bapak yang mau menikah hari Sabtu besok dan
aku mau beliin dia kalung mas saja, jadi kamu antar ke mal yang ada toko
masnya, setelah itu kita makan malam di Pecenongan saja biar santai ..” kata
dokter Erna setelah di dalam mobil inventarisku.
” Beres bos…” jawabku
setengah bercanda.
Singkat cerita, kami malam
itu hanya ke mal membeli apa yang dia cari dan makan malam saja langsung pulang
ke hotel.
” Besok rencana mau
kemana lagi dokter ? ” tanyaku saat di lobby di hotel
” Pagi aku ngga kemana2,
di hote, saja, kamu ngga usah jemput saya..” jawabnya
” Kalau begitu saya dan
sales manager akan menjemput dokter di hotel untuk makan siang.. Itu yang boss
pesan tadi untuk acara besok ” kataku lagi
” Ok kalau begitu sampai
jumpa besok di hotel , thank’s ya Heru ”
” Baik dokter saya pamit
dulu. Selamat malam ” akupun langsung pulang. Besoknya kami hanya makan siang
dan dia juga tidak mau ditemani jalan2 malam harinya. ” Wah.. legaa ” pikirku
senang.
Selesai jam kantor
sekitar jam 5 sore ketika aku sudah bermaksud pulang, tiba2 terdengar bunyi
hpku, dan ketika aku lihat ternyata dokter Erna yang memanggil. ” Heru, kamu
ada dimana ? Kalau masih dekat dengan hotel, kamu mampir dulu kesini ya…”
terdengar suara dokter Erna dari seberang hp.
” Baik dokter, kebetulan
saya baru keluar kantor. Saya akan langsung kesana ” jawabku setengah mengeluh
karena pikirku bakalan jadi sopir lagi nich…..
Setengah jam kemudian
aku sampai di hotel tempat dokter Erna menginap dan aku langsung mengetuk pintu
kamarnya. Ketika pintu dibuka muncul dokter Erna hanya mengenakan baju renang,
one peace sih tapi pas di bagian perut, pinggang dan punggung bagian bawah
modelnya berlubang sehingga nampak pusar dan kulit yang coklat mulus dibagian
yang selama ini aku tidak pernah melihat, sayang bagian yang lebih bawah tidak
bisa terlihat karena ditutup dengan handuk sampai ke lutut.
” Ayo temani aku
berenang, tadi pas jalan2 dikolam renag aku jadi kepingin berenang di hotel
tapi aku malas sendirian, makanya aku panggil kamu buat nemani aku di hotel ..”
sambutnya saat membuka pintu
” Tapi…saya ngga bawa
pakaian renang dok ” kataku agak bingung
” Kan bisa beli dikantin
kolam renang hotel. Ayo pokoknya temani aku berenang, ambil tuh handuk di hotel
yang satunya..” katanya setengah memaksa.
Akupun ngga bisa menolak
dan kami menuju kolam renang di hotel. Dokter Erna hanya memakai baju renang
yang bagian bawahnya dibalut handuk sedangkan aku masih memakai pakaian kantor
lengkap dengan menenteng handuk.
Setelah sampai dokter Erna
langsung menuju kolam dan meletakan handuknya dibangku dipinggir kolam, aku
membeli celana renang dan menuju kamar ganti dan akupun menyusul doktr Erna,
sayang aku ngga sempat melihat dokter Erna membuka lilitan handuknya karena
saat itu aku lagi di kantin untuk beli celana renang.
Satu jam berlalu kami
berenang dan kadang sambil cerita kesana kemari, langit mulai gelap dan lampu2
sekitar kolam renang sudah dinyalakan, dokter Erna mengajakku untuk berhenti
akupun setuju dan inilah saat yang aku tunggu2 yaitu saat dia naik dan aku bisa
melihat keindahan tubuhnya dibalik pakaian renangnya.
Benar saja aku melihat
tubuh yang sexy milik dokter Erna walaupun kulitnya berwarna coklat tapi mulus
sekali apalagi dalam keadaan basah seperti ini lebih menambah kesexyan tubuhnya
pikirankupun mulai macam2 apalagi saat naik kepinggiran kolam dia menoleh
sambil senyum kearahku.
Sepertinya dia tahu aku
bakalan terpesona melihat bentuk tubuhnya dan memang begitulah kenyataannya
sampai2 aku merasakan ada pemberontakan dibagian bawahku, tapi aku segera
mengalihkan supaya burungku tidak berdiri, kan malu kalau saat keluar kolam
burungku berdiri, aku kan hanya pakai celana renang, bisa kelihatan menonjol
donk. Akupun keluar dari kolam dan mengambil bajuku, aku jadi ingat kalau kami
ngga bawa sabun atau shampoo buat bilas.
” Kita bilas dikamar
hotel saja her….lebih enak, kan ada air panasnya.” katanya sambil melilitkan
handuknya dan akupun melilitkan handuku sedangkan pakaianku aku tenteng,
sepertinya dokter Erna tahu apa yang ada dipikiranku. Kamipun menuju ke kamar
hotel. Saat kami didalam kamar dan pintu sudh kami kunci tiba2 tangan dokter Erna
menariku ” yuk…kita bilas sama2…”
Aku kaget, tentu saja
ngga menolak ” bener nih..? ‘ tanyaku meyakinkan. Dokter Erna hanya senyum
sambil tangan kanannya menariku sedangkan tangan kirinya melepaskan handuknya
dan membiarkannya berserak di lantai dan akupun mengikutinya.
Di dalam kamar mandi dia
langsung menghidupkan air panas dan menutup lubang bath tub sehingga mulai
terisi air panas. Sambil masih tersenyum dan memandangku dia melepaskan baju
renangnya. sekejap dia sudah telanjang bulat diahadapanku.
Kakiku agak goyah
melihat pemadangan ini, didepanku berdiri dengan rambut yang masih basah tanpa
busana selembarpun seorang wanita cantik berkulit coklat bertitel dokter dengan
tubuh yang sangat sexy, tubuh padat berisi dengan bulu kemaluan yang hitam
tebal, paha yang berbentuk indah dengan bulu2 lembutnya,
punggung bagian atasku
tanpa trasa bersandar ke tembok dan tanpa aku sadari pula dokter Erna sudah
membungkuk sambil melepaskan celana renangku dan langsung saja burungku yang
sudah berdiri nongol keluar karena aku ngga pakai cd sewaktu berenang tadi.
Sementara itu bath tub sudah mulai penuh dengan air hangat.
” Jangan bengong saja,
ayo kita mandi…” akupun sadar dari kekagumanku pada tubuh dokter Erna dan
akupun menarik nafas panjang berulang2 mencoba menguasai diri dan aku berhasil.
” OK, mana sabunnya biar
aku gosok punggung dokter ….eh tapi aku shampooin dulu aja…” setelah aku
shampooin rambutnya akupun mulai mengosok punggung dokter Erna sambil
berdiriyang mulus dengan sabun cair miliknya
Pertama ku gosok dengan
kedua tanganku punggungnya, kemudian tengkuknya, lehernya, akupun mulai
merapatkan tubuhku ketubuh dokter Erna dan dari belakang aku mulai meggosok
payudaranya yang ternyata masih kencang dokter Erna mulai naik birahinya,
kepalanya mulai disandarkan ke bahuku dan kepalanya digeser2kan ke telinganku
sambil mulutnya mulai mendesis…….sssshhh…ssssh hh….Tanganku yang basah dan
licin karena sabun aku elus2kan dikedua payudaranya terkadang aku turunkan
keperutnya dan mengusap bulu jembutnya, aku naikan lagi ke payudaranya.
Tangan kanannya
mengambil sabun cair dan dituangkan ketelapak tangan kirinya, sambil
punggungnya masih ttap bersandar ke tubuhku tangan kirinya meraih burungku dan
mulai mengusap2 burungku yang udah berdiri dan semakin tegang saat tangannya
yang halus dan licin karena sabun mulai pelan2 mngocok burungku…. eeeggghhhh…….
dari mulutkupun keluar suar tertahan karena nikmat.
Dokter Erna terus
meremas dan mengurut burungku, sementara tangankupun terus mengelus payudara,
perut dan selangkangannya. Birahi kamipun memuncak. Apalagi aku yang rasanya
hampir menyemprotkan spermaku. Posisi kami sudah saling berhadapan dengan
tangan dokter Erna masih terus mempermainkan burungku.
Aku terus menciumi wajah
dan bibir dokter Erna. Tiba2 …… byuuur….. kami berdua terjatuh ke bath tub dan
berdua langsung tertawa terbahak2 rupanya tanpa sadar kami bergerak dan kaki
kakiku menabrak bath tub sehingga mnyebabkan kami kecebur. Spermakupun ngga
jadi keluar dan kami putuskan mandi dulu, foreplaynya ditunda.
Selesai mandi dokter Erna
langsung menyeretku ke tempat tidur. Aku disuruh duduk di pinggir kasur dan dia
jongkok sambil meraih burungku yang mulai mengecil dan menyedotnya hanya
sebentar burungku mulai naik lagi diapun mulai menjilati bagian kepala buungku
kemudian leher bagian bawah burungku yang merupakan bagian paling sensitif
tanganku mulai untuk menopang tubuhku sambil aku terus mnikmati jilatan dan
hisapan dokter Erna.
Dokter Erna berdiri dan
mencium bibirku. Aku minta dia tetap berdiri dan sambil duduk aku mulai
menciumi payudaranya, lidahku aku putar2kan di putingnya kdua tanganku
menggerayangi pantatnya yang padat…..ssshhh…her….dar i mulutnya terdengar
desisan sambil tangannya megusap2 rambutku.
Ciumanku turun
keperutnya terus aku jilati jembutnya, selangkangannya. Kakinya mulai
mengangkang. Dengan mulutku terus menciumi selangkangannya aku berlutut di
bawah dokter Erna dan dengan posisi mengadah lidahku mulai menjilati klitorisnya…..aahhh….ssshs
sshh…..mulut dokter Erna terus mengeluarkan erangan kenikmatan , pantatnya
digoyang2kan mengimbangi gerakan lidahku, tangannya menekan kepalaku supaya
lidahku lebih menekan ke klitorisnya.
Tiba2 dokter Erna
menaikan kaki kirinya ke pinggiran kasur sehingga memeknya yang sudah basah dan
licin lebih terbuka, lidahku makin gila keluar masuk menjilati seluruh bagian
memeknya dan diapun mekin keras menggoyang pantatnya, tiba2 dia tangannya
menekan keras2 kepalaku sambil pantatnyapun ditekan kuat2 ke mukaku badannya
bergetar ……
hhggghhh…..hhgghhhh…
…ahhhhh…..srrt.. .srtt..lidahku merasakan cairan kental asin menyemprot masuk
mulutku dan dokter Ernapun jatuh terduduk di pinggiran kasur, nafasnya tidak
teratur, dadanya naik turun, aku berlutut di lantai sambil memeluk pinggangnya
dan menciumi perutnya.
“…her..gila kamu her….aku
bisa keluar banyak sekali….. kamu telan ya ? ”
” Emang sama suami ngga
pernah begini ? ” aku balas bertanya
” Main oral sih tapi
ngga sampai keluar begini dia minta buru2 dimasukin. Lidahmu benar2 pintar
muasin perempuan. Ngga tahu yang bawah soalnya kelihatanya tidak perkasa dan
ukurannya juga ngga gede ” katanya sambil mendorongku untuk terlentang,
aku menolak dan
menyuruhnya terlentang sambil kakinya tetap di lantai sehingga nampak memek
dengan bulu lebatnya menggunung, aku langsung mengarahkan burungku ke lubang
memeknya yang sudah sangat licin dan langsung masuk ….slep…aku mulai memompa
pelan2 dan makin kencang dan terdengar ….crop… crop…. crop…
karena memeknya semakin
basah dan licin dan suara iu makin keras saat aku memompanya lebih keras .
Kedua kakinya mulai dibuka lebar2 sambil ditekuk dan ditahan dipinggiran kasur
. Saat posisi ini aku tidak memompa tapi aku tekan pantatku sehingga burungku mentok
didinding rahimnya dan aku putar kuat2………..
ahhh…… hhhh …. terus her..
putar yang kuat…..a ku tahu dokter Erna mau orgasmeyang kedua dan aku putar
kuat2 ambil menekan dan tangan dokter Erna menarik pantatku dan….aahhhku
…hmmhh….badannya mengejang sesaat dan matanya yang indah
melotot.Hhh….badanyapun terkulai lemas. dokter Erna meraih kepalaku dan mencium
bibirku sambil senyum manis..
”benar2 luar biasa,
mulut dan burungmu, ayo kamu dibawah”
“Masih kuat ?” tanyaku
dokter Erna langsung
jongkok di atas burungku dan memasukannya ke memeknya yang semakin basah bahkan
membasahi batang burungku. Crop….crop….crop, terdengar suara saat dia mulai
mengayun pantatnya dan dia tengkurap sambil merapatkan kakkinya dan membuka
kedua kakiku.
Dia tidk menaik turunkan
pantatnya tapi menggoyangkannya sehingga burungku terasa diputar didalam
memeknya dan burungku lebih menempel ke klitorisnya membuat birahi kami gampang
naik dan sebentar gerakannya pun makin liar dan akupun sudah tidak bisa menahan
ledakan spermaku, tubuh kami bergetar dan saling memeluk erat2…”dokter….aku
keluaarrr”
“aku juga her” kami
saling berciuman dan sebentar kemudian terkulai lemas.
Terpaksa aku menemani
dokter Erna tidur di hotel dan kami mengulanginya dua kali. Kini dokter Erna
sudah kembali ke Ambon. Aku hanya berharap ada saudaranya lagi yang menikah
supaya ia datang ke Jakarta lagi.









No comments: