Tergoda Oleh Kemolekan Tubuh Adik Iparku..
Cerita Dewasa - Kali ini aku akan menceritakan
pengalaman seksku ketika kesetianku goyah usai melihat badan seksi
nan montok milik adik iparku. Mau tahu kelanjutan ceritanya? Langsung aja
yuk baca dan simak baik-baik cerita dewasa ini.
ini
merupakan kejadian yang memalukan sekaligus menyenangkan tentang
perselingkuhanku dengan adik iparku Sintia.
‘Halo’,
kataku menyambut telepon.
‘Oh,
kakak!!, Mbak Indri mana kak’, suara diseberang menyahut.
Sintia??,
kapan balik ke Jakarta, mbakmu lagi piket, telepon aja ke HP-nya deh, sahutku
sambil bertanya. ‘Gak usah deh kak, sampaiin aja kalo aku pertengahan juni mo
balik, aku kangen banget deh’ jawabnya lagi.
‘Oke,
deh ntar aku sampaikan, take care ya’ jawabku datar dan menutup telepon.
Tergoda Oleh Kemolekan Tubuh Adik Iparku..
Kemudian
ingatanku melayang beberapa tahun lalu, dimana saat itu dia banyak problem,..
cowok, drug, bahkan sempat pula berurusan dengan pihak berwajib karena
tertangkap tangan atas kepemilikan Narkoba. Atas saranku Sintia, adik kandung
Indri ke Jakarta dan sekarang telah bekerja di Singapura untuk memulai sesuatu
yang baru.
Sintia
30 th, seperti juga saudaranya berwajah cantik, kulitnya bersih, mata lebar,
hidung mancung, rambut berombak di ujung dengan postur tubuh proporsional.
Karena obsesi untuk mandiri dan sifatnya yang keras kepala itulah dia
terperosok dalam problem berkepanjangan.
Sintia
sebelumnya tinggal di Surabaya, disana dia bekerja sebagai penyanyi. Dari
pekerjaannya itulah (yang sebenernya tidak kami sukai) Sintia sempat ditahan
polisi 1 malam karena narkoba, sebelum kami datang-dipanggil untuk memberi
keterangan.
Sejak
peristiwa ditahannya Sintia 3 tahun lalu, Sintia sering telepon aku dan
bercerita tentang keadaannya, teman lelakinya dan biasanya cukup lama, minimal
30 menit. Sintia lebih dekat denganku dan sering ‘curhat’ daripada kakaknya.
Dalam setiap pembicaraan, Indri selalu memberi tanda agar aku ‘merayu’ Sintia
untuk pindah ke Jakarta dan mencari pekerjaan di sini.
Indri
tau kedekatan kami itu, bahkan mendorong untuk dapat mengontrolnya melalui aku,
karena sejak kecil Sintia memang susah nurut dan bandel. Awalnya aku hanya
menganggapnya sebagai tanggung jawab seorang kakak terhadap adik, sebelum
terjadi ‘sesuatu’ yang tidak semestinya kami lakukan.
Awal
maret 2017, Sintia telepon memintaku untuk menjemputnya di stasiun Gambir,
Indri sangat gembira dengan berita itu dan segera mempersiapkan kamar untuknya.
13 maret 2017 aku jemput Sintia sendiri, karena anak bungsuku sakit, dan kami
duga demam berdarah. Sintia datang sendirian, padahal rencananya bersama Hendra
‘cowoknya’ yang keturunan.
‘Kok,
sendirian kak??’ mana ponakan2ku, tanya Sintia saat aku sambut barang2
bawaannya.
‘Andi
lagi sakit, kayanya demam berdarah deh, terpaksa diisolasi dari sodaranya’
jawabku ngeloyor menuju mobil. Sambil merokok dan berlari kecil Sintia
mengikuti aku, ‘Kesian yah, aku kangen ama mereka’ katanya.
‘Kak,
tau nggak knapa aku kesini?? tanyanya di mobil.
‘Yah,
loe mau refreshing, loe udah sadar dan mau kerja yang sesuai ama ijazahmu,
khan?’ jawabku sekenanya.
‘Yang
lain donk’ komentarnya manja.
‘Apa
yaa, paling putus atau mo lari dari cowokmu, hahahaha’ aku tertawa geli karena
pinggangku digelitiknya.
‘Sekarang
bulan apa kak?’
‘Maret’
jawabku sambil terus nyetir
‘Bulan
maret ada apa ya??’ Sintia mengerling, tangannya meremas tanganku saat di persneling..
‘Sintia,..
Apaan sih’, kataku berusaha menepis tangannya yang kemudian bergerak mau
gelitiki aku lagi. Tanganku ditangkapnya, digenggam kemudian dicium sambil
bertanya manja
‘Kakak
sayang Sintia nggak sih?’
‘Sintia..
aku kakakmu, aku sayang kamu seperti Indri menyayangimu’ kataku jengah dan
menarik tangan .
‘Kak,..
aku sayang dan mengagumi Kak rizky, lebih dari itu.., aku sayang ama kakak,
karena bisa ngertiin aku, pahami aku, bisa ngemanjain aku dan..tau nggak, aku
bisa orgasme kalo lagi teleponan ama kakak’..katanya sambil meraih tanganku
lagi.
‘Sintia..
aku gak mau ngerusak semuanya dengan perbuatan bodohmu’, jawabku marah namun
sebenernya menahan gejolak. Sintia terdiam dan melepas tanganku. Itulah 30
menit pembicaraan kami di perjalanan menuju ke rumah.
Sampai
di rumah Indri menyambutku dengan ciuman sambil bilang mo ke RS karna andi anak
ke tiga ku panas udah lebih dari 2 hari. Aku segera ke kamar melihat
keadaannya, sementara Sintia dan Indri menuju ke kamar di lantai 2 yang telah
disiapkan.
‘Maa,
cepetan yah’ aku beri isyarat agar Indri segera bersiap.
‘Sintia,
mandi terus istirahat dulu yaa, ntar ngobrolnya deh’ kata Indri ama Sintia..OK
boss sahut Sintia.
Singkatnya
Andi harus segera dirawat di RS saat itu juga.
‘Andi
maunya ditemenin ama mama aja yaa? pinta anakku lirih..
‘Iya
sayang, mama akan temenin anak tersayang mama deh’ Indri menghibur.
‘Janji
ya maa..’
Setelah
Andi tidur aku rundingan ama Indri, keputusannya adalah aku akan nungguin Andi
malem dan langsung berangkat kerja dari RS.
‘Paa,
sekarang jemput Sintia ya.. ajak dia kesini, sekalian bawain aku beberapa
pakaian, aku pengen ngobrol disini’.
‘Oke
sayang’, jawabku setelah merasa semua beres.
Sesampainya
di rumah, aku siapkan beberapa pakaian yang pantas, termasuk pakaian
dalemIndri. Aku naik ke lantai 2 (kamar Sintia) mo ambil tas, kuketuk pintu dan
memanggilnya.. Tapi gak ada sahutan, aku berasa gak enak dan telepon istriku
‘Kalo
gak dikunci masuk aja deh paa, soalnya semua tas ada disana’
‘Tungguin
si Bengal itu bangun, biarin dulu dia istirahat ntar kalo bangunin sekitar jam
12-an.
Aku
manusia biasa, seorang lelaki mana yang tidak tergoda dengan keadaan ini ;
gadis cantik tertidur pulas, tanpa selimut. Sangat menggairahkan dengan rambut
setengah basah tidur terlentang hanya dengan CD kecil terikat di pinggul dan
sepasang bukit indah bebas tanpa penutup, ada kesempatan lagi. Aku terpaku
untuk sesaat.. bathinku sedang berperang.. dan.. akhirnya aku menyerah.
Kuhampiri
Sintia (yang sedang tertidur??), aku ambil selimut yang terjatuh di lantai dan
menutupi tubuh indah itu, tapi Sintia sepertinya gak mau di selimuti. Gerakan
tangannya menolak diselimuti. Aku kembali terdiam.., kuberanikan diri menyentuh
tangannya,.. gemetar aku rasakan saat itu,..
Sintia
masih terlelap bahkan mengeluarkan suara mendengkur. Nafsu sudah menguasai
bathinku juga ragaku, penisku sangat2 tegang.. Sintia lebih cantik, lebih putih
lebih tinggi dari Indri.. dengan jari tengahku, kutelusuri tangannya hingga
ketiak..Sintia menggeliat dan menyamping seakan memberiku ruang untuk duduk di
sebelahnya.
Benar-benar
kesempatan telah berpihak padaku,.. kuulangi sentuhan jariku, aku belai
rambutnya yang lembab dan berombak, aku cium keningnya, aku belai wajahnya
sambil memanggilnya pelahan,.. “Sintia.., bangun sayang..mbakmu suruh kamu ke
RS..”, (dengar atau gak aku gak peduli) kuulangi kata-kata itu sambil terus
membelai.., Sintia malah melingkarkan tangannya kepinggangku.
Tanpa
kusadari tanganku telah membelai kedua bukitnya, mempermainkan putingnya,
sambil mengecup perlahan bibirnya. Sintia membuka matanya dan mendesah perlahan
.. kakk, aku sayang kakak, aku ingin kakak sayang aku lebih dari seorang adik
.. sebulan lebih aku meninggalkannya .. aku benci dia..
ternyata
dia telah berkeluarga, dan sampai saat ini belum kutemukan figur yang aku cari,
kak.. sayangi Sintia.. tangannya menuntun tanganku kedaerah yang paling
intimnya yang telah lembab, ketika jariku sedikit menekannya.. Ditariknya
tubuhku sehingga menindih tubuhnya..
Sepertinya
Sintia in the mood. Dalam keadaan masih berpakaian, aku peluk Sintia dan
menindihnya, kami bergerak seirama seakan sedang bersenggama.. Tiba-tiba
telepon berteriak nyaring, seakan menyadarkan agar tidak berbuat lebih lanjut.
‘Pahh,
udah bangun si Bengal tuh,.. Siram air aja kalo gak bisa, cepetan nih udah jam
berapa sekarang? gerah nih, jangan lupa dasterku’.
OK,
jawabku dengan nafas masih memburu menahan nafsu. Permainan kami terhenti
dengan un happy ending..
14
maret, Di tempat kerja setelah mendapat ucapan selamat dan ciuman pipi dari
rekan2 atas ulang tahunku, aku masih nggak abis pikir.. why it happen?? jahat
amat aku,.. disaat usia bertambah tua, anak sedang sakit.. aku malah mengumbar
nafsu.. IPARKU lagi.. Udahlah I wont do that again, biar Sintia yang nunggu
Andi .. pikirku.
Jam
14.30 sepulang kerja, aku mampir ke Pizza Hut beliin makanan kesukaan Andi
sebelum ke RS. Saat dikamar Sintia menyambutku dengan ciuman mesra di bibir..
met ulang tahun sayang.., Gila nih anak pikirku.. ‘Indri’, aku memanggil
istriku..
Indri
keluar kamar mandi, langsung memelukku, ‘Met ulang tahun pah.. hadiahnya ntar
aja nunggu Andi sembuh, katanya main mata nakal. Sekitar jam 19.30 aku mo
balik, pulang ganti baju. ‘Pah, ntar aja pulangnya, jam 21 an aja soalnya Andi
gak mau kalo gak ditungguin mama, papa dirumah aja deh..’ biar mama yang
tungguin Andi.
‘Yah..gimana
nih, ntar kamu ditemenin Sintia ya, papa mo pulang urusin si rio ama intan’.
‘Tadi Sintia bilang tadi mo ktemuan ama temennya, mungkin dia mo keluar malem
ini, pulang bareng ama papah aja ya, ntar kasi kunci cadangan rumah di laci
lemari ya’ jawab Indri.
Gawat..tapi
ada rasa senang juga terbersit di pikiranku. Malaikat bathinku menyayangkan
kenapa Indri begitu percaya pada hubungan kami, sedang syaitan di jiwa-ragaku
bersorak kegirangan sampai penisku berkedut.
Singkatnya
kami tinggalkan Indri yang menjaga Andi. di perjalanan Sintia bilang ingin
memberiku sesuatu untuk melampiaskan apa yang terpendam di sanubarinya dan
membohongi kakaknya sendiri. Seperti biasa Rio dan intan udah berada di
kamarnya jam 21.
(Indri
sangat disiplin dalam mendidik anak). Aku periksa tas mereka nge-cek PR.
Setelah mencium pipi mereka, aku turun dan mandi, (Sintia udah ke kamarnya).
Jam 23 after I call Indri 2 say good night, terdengar ketukan pintu, saat
kubuka Sintia menerobos masuk dengan pakaian tidur cream.
‘Kak,
.. Sintia mau tidur ama kakak, pengen dipelukin dan dimanjain..
Saat
itu yang pertama bereaksi adalah si Ucok di dalam sarung dan berteriak
mengacung.. MERDEKA.. Dapat dibayangkan 2 orang berlainan jenis dalam 1 kamar
yang dingin.. Sintia memelukku.. aku balas memeluknya erat. Sangat lama kami
berpelukan.. Dalam posisi berdiri, kami berpelukan seakan berdansa.. setelah
puas, aku gendong Sintia ke pembaringan.., kurebahkan dia, kutanggalkan pakaian
tidurnya, Sintia hanya menggunakan G string.,..
Sintia
pasrah, menikmati, badannya yang polos.. Sintia memandangku saat aku buka
sarung, satu2nya penutup bagian tubuhku.. Kurebahkan diriku disamping tubuhnya,
aku cium dan rasakan tiap jengkal tubuhnya, bukitnya yang putih begitu indah
mencuat, kontras dengan tanganku yang hitam.. Kak.. Aku sering mimpikan ini..
kak.. puaskan aku.., sayangi aku..
Kuremas
bukit indahnya sambil menciumi putingnya,.. Sintia menggelinjang hebat..
tangannya meraih penisku.. Dikocoknya perlahan.., kumasukkan tanganku, ke dalam
CD G string hitam Sintia, Sintia mengangkat pinggulnya membantuku melepas
satu2nya penutup tubuhnya. Lembab dan basah vagina Sintia oleh lendir hasrat,
kutekan ujung jariku sedikit masuk, otomatis pinggulnya mengangkat dan berusaha
agar jariku masuk lebih dalam.. beberapa lama aktifitas itu aku lakukan. Sintia
pengen hisap punya kakak.. pintanya.
Aku
segera berdiri dengan penis masih teracung tegak, Sintia bangkit mengulumnya..
woww hisapannya ruarr biasa, penisku seakan berada dalam genjotan vaginanya..,
segera aku atur posisi 69 untuk menikmati lendir gairah yang udah disediakan,
setelah beberapa menit Sintia menggelinjang sambil berteriak, ‘kak.. Sintia
pengen keluar, Kak .. genjotan-nya tambah liar. Kuhentikan jilatanku dan
kuposisikan penisku penetrasi ke vaginanya yang benar-benar basah.
Clepp,
mudah sekali penisku menerobos masuk, aku berusaha mempertahankan very
slow..kurasakan benar dinding-dinding vagina Sintia, saat kutemukan g spotnya,
(sedikit dibawah permukaan dalam di bawah clitnya) kuarahkan agar tetap
menyentuh area itu..
Sintia
benar2 tak dapat menguasai diri akibat genjotan yang kulakukan, dijepitnya
pinggangku dengan kaki dan ditahannya pada posisi yang dikekehendaki.. Kakk..
kurasakan denyutan dahsyat otot vagina Sintia, sangat kencang, lebih kencang
dari denyutan Indri.., God.. i’m cumming.. teriaknya.
Saat
kedutannya mengendor, kupercepat gerakanku, aku ingin menuntaskan genjotan
ini.. beberapa genjotan sampai terasa telah hamper sampai, aku tarik penisku
dan tumpahkan semua di luar.. Sintia agak kecewa.. namun aku tak segila itu
untuk mempunyai seorang anak lagi.
Begitulah
pengalamanku dengan adik iparku, Setelah Andi pulang, aku selalu berusaha mencari
kesempatan untuk bersenggama dengannya dan menikmati genjotan-nya, Sintia
sempat tinggal selama 6 bulan sebelum ada panggilan kerja di Singapura. END









No comments: