sponsor

sponsor

Slider

Theme images by kelvinjay. Powered by Blogger.

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Search This Blog

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Archive

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Author Details

Templatesyard is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design. The main mission of templatesyard is to provide the best quality blogger templates which are professionally designed and perfectlly seo optimized to deliver best result for your blog.

Ad Home

LightBlog

Breaking

Header Ads

ad

Featured

Contact Form

Name

Email *

Message *

Categories

Popular

Recent Tube

Business

Technology

Life & style

Games

Sports

Fashion

» » Cerita Sex Perawat Yang Nakal

Cerita Sex Perawat Yang Nakal

Cerita Dewsa - Sebut saja nama saya Dimas. Ceritanya saat itu saya telah nyaris satu minggu sakit kepala, tdk seperti sakit kepala umumnya, saya cemas sakit kepala saya ini semacem vertigo lantaran sakitnya yg beneran tdk nahan. Alhasil, saya sangat terpaksa ke dokter buat check. Ya walau situasi kantong tdk mencukupi, namun kesehatan kan nomor satu

Buat meriksain sakit saya itu, saya datengin RSUD kota saya yg jaraknya tdk terlampau jauh dari tempat tinggal. Ya umum deh yg namanya RSUD, pasti rame, penuh serta ngantri bukanlah kepalang seperti ingin ngambil beras murah.

Namun aktivitas ngantri saya sedikit lebih mengasyikkan waktu ini lantaran pas di depan saya duduk, yaitu meja resepsionis tempat tinggal sakit yg dibaliknya ada perawat yg lumayan cantik. Tadi sih cocok saya daftar buat berobat, saya teliti namanya, Indri.

Perawat Indri itu penampilannya umum saja lantaran masih tetap pakai seragam perawat putih komplit dengan topi kecilnya yg nempel di atas kepalanya. Kulitnya putih, rambutnya hitam pekat, tubuhnya lumayan sintal. Saya tdk dapat baygin banyak lantaran saya tdk dapat simak pacar semua tubuh.

Seputar 30 menit nunggu, sembari liatin perawat Indri yg lucu, tau-tau nama saya di panggil dokter untuk masuk ke ruang buat di check. Bergegaslah saya masuk ke ruang. Dokter yg meriksa saya cowok, telah tua, ngomongnya saja tdk terang. Agar demikian, tetep saja yg saya pikirin hanya Indri yg di depan tadi. Duh, bagaimana ya langkahnya ngajak pacar kenalan? Demikian yg saya pikirin sepanjang lagi di check si dokter.

Tdk sampai lima belas menit saya di check, sesudah dokter ngasih resep, segera saya keluar. Saat sebelum saya pulang serta tdk menyia-nyiakan peluang, saya samperin saja meja Indri dengan modal sebagian pertanyaan asal.

“Mbak, ingin bertanya dong. Itu bila ingin nebus resep obat dari dokter itu di mana ya? ” bertanya saya, walau sebenarnya saya tau apotek tempat tinggal sakit ini di mana.

Indri yg tengah repot menulis di buku besar ini juga kaget dengan saya yg ajukan pertanyaan dengan mendadak.

“Oh, Mas keluar saja melalui pintu ini. ” Sembari menunjuk pintu di belakang saya,

“ Lantas belok ke kiri. Di ujung lorong, mas saksikan di samping kanan, ini apoteknya mas. ” Terang Indri.

“Oh gitu ya, Mbak? ” Jawab saya, saya sok mikir jalan ke apotek, walau sebenarnya saya lagi mikirin buat nanya terlebih.

“Kalau tempat tinggal mbak, arahnya kemana? ” Bertanya saya ngasal sembari nyengir.
Indri jadi tersenyum kecil. Senyumnya bener bener manis serta buat saya deg-degan gan.

“Rumah saya jauh, Mas. Sulit dijelasinnya, hehehe. ” Jawab suster Indri sembari terkekeh kekeh.

“Terus bila jauh, Mbak pulangnya bagaimana? Ada yg jemput? ” Bertanya saya lagi.
Masih tetap dengan melempar senyum manisnya, Indri menjawab “Biasa sih naik angkot mas, 2 x ubah. Tdk sulit kok. ”

“Oh gitu. Memang mbak pulang jam berapakah? Bila saya anter pulang, ingin tdk? ” Sesudah nanya itu, saya baru ngerasa saya nekat banget.

Namun ya, jika juga dia tdk ingin, besok juga tdk bakal ketemu lagi, jadi saya tdk bakal malu malu sangat.

“Ah, Mas mungkin. Kelak merepotkan, Mas. Mas juga kan lagi sakit. ”

“Udah sehat kok, Mbak. Mulai sejak tadi simak Mbak pertama kalinya. Hehehe. ” Jawab saya dengan sedikit gombal.

Indri tak menjawab, cuma lihat catatan yg ada di mejanya sebentar lantas berkata,

“Kalau ingin, saya kelak pulang jam lima sore mas. ” Jawab Indri sembari memberi suatu kertas kecil pada saya.

“Mas pulang saja dahulu, istirahat dirumah. ”

Demikian saya saksikan, nyatanya yg dituliskan di situ yaitu nomor telephone. Wah, jalan bagus nih. Demikian pikir saya. Selekasnya saya pulang dengan perasaan suka bercampur salah tingkah lantaran bingung tdk tau kelak mesti bagaimana cocok ketemu Indri. Saya segera nyodorin tangan saya ke Indri.

“Aku Dimas… ” Ucap saya buat kenalan.

“Indri, Mas… ” Jawab Indri sembari menjabat tangan saya.

Singkat cerita, sore ini saya telah parkirin motor saya di RSUD buat nunggu Indri. Dari jauh saya simak Indri jalan keluar dari gedung tempat tinggal sakit masih tetap dengan seragamnya, cuma ditambah sweeter berwarna abu-abu serta ransel kecil yg disangkutkan di bahunya.

Indri melemparkan senyum manisnya demikian lihat saya yg berdiri disamping motor saya.

“Sudah lama ya, Mas? Maaf ya bikin menanti… ” tutur Indri sopan.

“Enggak kok, baru sebentar hehehe. ” Jawab saya sembari menyodorkan helm untuk dipakai Indri. Selekasnya Indri menggunakan helm itu.

“Mau segera pulang? Atau ingin kemana dahulu? ”

“Hmm, terserah mas saja. Saya tdk cepat-cepat kok. ” Jawabnya pelan.

“Kalau makan dahulu, bagaimanakah? ” Bertanya saya.

Indri cuma mengangguk. Selekasnya saya nyalakan motor serta pergi mencari makan.
Sesampainya di tempat makan, sangat banyak hal yg kita bicarakan. Dari mulai masalah pekerjaan, hingga kehidupan pribadi.

Dari percakapan itu, saya temui nyatanya Indri itu baru putus dengan kekasihnya dua bln. waktu lalu serta bekas pacarnya itu saat ini telah menikah dengan wanita lain. Saya tdk nygka, wanita secantik Indri itu dapat ditinggal untuk wanita lain.

Hari makin sore serta gelap, yg nyatanya juga mendung. Kami berdua mengambil keputusan untuk pulang saat sebelum hari hujan. Indri menuturkan arah serta jalan ke tempat tinggalnya yg nyatanya saya cukup hapal daerah itu. Saya selekasnya meningkatkan motor bebek saya melalui jalan tikus yg saya tau agar dapat cepat hingga.

Sebagian ratus mtr. saat sebelum hingga, tanpa ada di beri aba-aba hujan deras selekasnya turun. Terlampau dekat buat neduh dahulu. Pada akhirnya saya terobos saja ujannya walau baju saya serta suster Indri juga basah kuyup.

“Duh, Mas. Terima kasih banyak ya telah antar saya hingga kehujanan. Maaf merepotkan ya, Mas. ” Kata Indri demikian telah tiba di depan tempat tinggalnya.

Tempat tinggalnya tak terlampau besar, tampak asri dengan adanya banyak tanaman dibagian teras juga cat berwarna hijau yg menaikkan kesan menentramkan.

“Gak permasalahan kok. Saya yg mohon maaf lantaran naik motor sama saya, anda jadi kehujanan… ” Kata saya sembari meringis kedinginan.

“Mas, singgah dahulu yuk. Saya buatkan teh hangat serta pinjamkan baju buat mas. Janganlah dipaksa pulang, kelak jadi lebih sakit. ”

“Gak usah ah, tdk enak ah sama orang tempat tinggal… ” Jawab saya basa-basi.

“Tdk apa, Mas. Lagi juga saya tinggal sendiri. Yuk, mas. Input motornya. ” Kata Indri sembari membukakan pagar tempat tinggalnya.

Saya juga mengambil keputusan untuk singgah sebentar sembari menanti hujan reda. Indri memersilahkan saya untuk duduk di ruangan tamunya yg kecil tetapi bersih serta teratur rapi.

“Duduk dahulu mas, sebentar saya hambilkan anduk ya mas… ” Kata Indri sembari berlalu ke.

Saya lalu duduk sembari lihat saksikan, terdapat banyak photo saat Indri wisuda. Tampak cantik sekali dengan kebaya serta toga. Juga terdapat banyak photo yg kelihatannya yaitu orangtua Indri disamping photo wisudanya.

“Ini mas, handuknya… ” Indri mencengangkan saya dengan memberi handuk berwarna biru tdk tipis untuk saya mengeringkan tubuh.

“Ini ada kaos mempunyai bekas saya dahulu, tdk terlampau bagus, namun kelihatannya muat buat mas… ”

“Iya, terima kasih ya. Oia, panggil Dimas saja ah. Janganlah mas. Sepertinya usia kita tdk jauh beda. Hehehe. ”

Kata saya sembari mengambil kaos dari tangan suster Indri.

“Hehehe iya, Dimas. ” imbuhnya.

Saya juga bergegas ke kamar mandi untuk bertukar baju. Sesudah usai, saya akan kembali pada ruangan tamu. Waktu melalui satu diantara ruang, saya saksikan pintu yg tdk tertutup rapat. Maksud hati mau tutup pintu itu walau saya tdk paham ini kamar atau ruang apa. Kaget saya demikian saya saksikan nyatanya didalamnya Indri tengah bertukar baju.

Indri yg terlihat cantik walau badannya terbalut seragam kerja, tampak semakin cantik tanpa ada busana. Rambut hitam lurus sepunggung membuatnya terlihat lebih anggun. Badannya yg putih sintal, pantatnya yg kencang serta payudara yg demikian menantang, bikin saya betul-betul segera berpikiran kotor.

Celana saya juga makin tdk nyaman lantaran batang yg semakin mengeras. Cemas Indri tau saya ngintip, selekasnya saya balik ke ruangan tamu. Saya segera duduk di sofa yg ada di ruangan tamu. Berupaya tenang serta sebisa-bisanya tdk salah tingkah lantaran yg saya simak baru saja.

Indri kembali dari kamar. Kenakan pakaian barong Bali berwarna ungu, dengan hotpants berwarna coklat tua dengan handuk yg melilit di kepalanya sembari membawa gelas diisi teh hangat.

“Ini mas diminum dahulu… ” Kata Indri menyuguhkan minum, sembari duduk disamping saya.

“Iya, terima kasih ya Indri… ” Jawab saya tersipu malu.

Saya ambillah gelas serta minum teh sedikit. Coba-coba mencari bahan perbincangan walau yg saya baygin hanya Indri yg lagi saya entotin dengan liar.

“Hmm, Dimas tadi ngintipin saya ya? ” Bertanya Indri.

DHEG! Kaget bukanlah kepalang, saya bingung harus jawab apa.

“Ah? Tdk kok, memang tadi anda di mana? ”

“Di kamar, telah Gi, saya tahu kok. Tadi saya saksikan baygan anda dari meja rias saya. Anda ngintip saya kan? ”

Selidik Indri dengan suara sedikit lebih tinggi.

Saya tertunduk malu, bingung serta tdk tau harus ngomong apa.

“Iya,Indri. Maaf ya, tadi tdk berniat. Tujuannya ingin nutup pintu, eh jadi jadi ngintip…. ” Jawab saya masih tetap sembari tertunduk.

Saya tdk berani simak muka Indri, sampai tau tau dia ngegeser duduknya agar semakin deket sama saya.

“Terus, hanya nginitip saja? Tdk ingin yg lain? ” Bisik Indri di telinga saya.

Kontan aliran darah saya segera kenceng ke semua tubuh. Yg semula kerasa dingin, mendadak segera panas.

Saat itu juga tanpa ada basa basi saya lumat bibir mungil Indri. Tangan kanan saya narik kepalanya agar ciuman kita makin kuat serta dekat. Nafas Indri segera kenceng tdk teratur. Indri lantas narik handuk yg ada di kepalanya serta ngelemparnya ke lantai.

Ciuman saya turunin ke leher Indri. Segera saja Indri mengangkat kepalanya ke atas, seolah minta saya buat nikmatin lehernya tdk ada yg kesisa. Baju barong Bali nya yg longgar, bikin saya makin leluasa untuk memasukan tangan serta ngeremes payudaranya yg telah dari tadi saya beberapa tunggulah.

“Hmm, uhhhh Dimas, pelan-pelan… ” Desah Indri.

Desahan Indri malah bikin saya makin terangsang serta ingin nikmatin tubuhnya tanpa ada bekas. Saya angkat pakaiannya, serta buka kaitan bra-nya dengan sekali tarik. Saat ini dua payudara bulat menantang yg tadi saya liatin dari jauh doang, telah siap buat saya nikmatin sampai senang.

Tdk pakai nunggu lama, saya hisap putingnya sembari saya remes yg sampingnya. Desahan Indri makin jadi. Tanpa ada diakuin, satu tangannya narik rambut saya cukup keras.

“Uuuhhhh, Dimasss. Enak masss…. ” Erang Indri.

Senang meremas payudaranya, tangan saya berupaya untuk ngebuka celana Indri. Serta tanpa ada butuh banyak usaha, lantaran Indri juga tampak telah nafsu membara, suster cantik yg saya simak tadi siang di meja resepsionis, saat ini telah telanjang bulet tanpa ada sehelai benang juga di depan saya, minta buat saya puasin.

Tangan saya dengan lembut ngusap rambut halus yg ada diantara sDimaskangan Indri. Keliatannya cukup dirawat dengan baik. Kerasa telah semakin basah dari dalam mekinya Indri. Saya selipin tangan saya di antara bibir mekinya, cari klitoris agar Indri semakin mengerang serta kejang lantaran nikmat duniawi yg mungkin saja telah lama dia tdk rasain lagi.

Sebagian menit saya asyik ngorek meki Indri dengan jari saya, Indri narik rambut saya semakin kenceng.

“Arrrghh, Dimas, saya keluar argggghhh saya keluarrrr…. ” jerit Indri kecil.

Merasa ada cairan hangat dari dalam lobang kesenangan Indri. Saat ini Indri keliatan lelah serta sedikit terengah-engah. Tubuhnya penuh keringet, meskipun di luar hujan deras, namun ruangan tamu itu merasa semakin panas.

Indri yg memejamkan mata sembari coba mengatur nafas lalu ngeliat ke arah saya.

“Kamu kok pinter banget sih, mass? Baru pakai jari saja saya telah lelah. Bagaimana lagi bila gunakan itu? ” Kata Indri sembari tangannya mencapai konti saya yg masih tetap ada di dalam celana.

Dengan gesit, ia buka kancing serta reseleting celana saya. Dikeluarkan batang kemaluan saya dari dalam sarangnya. Dengan tangan yg masih tetap ngeremes konti saya, lidah Indri segera dijulurin ke ujung konti saya.

Demikian cepet hingga konti saya masuk seluruhnya ke mulut Indri. Dengan pelan tetapi penuh gairah, ia naik turunin kepalanya agar konti saya yg ada didalam mulutnya merasakan nikmat tdk ada tara. Bener bener permainan yg ajib dari suster yg saya sangka kalem itu.

Waktu saya masih tetap asyik nikmatin sepongan dahsyat Indri, dia ngeluarin konti saya dari mulutnya. Tangannya masih tetap ngeremes pelan konti saya, namun dia bangun serta coba buat duduk diatas saya.

“Kamu ada kondom tdk, mass? ” Bisik Indri sembari mengeluskan konti saya ke bibir mekinya.

Tanpa ada ngejawab, saya segera ambillah di tas kondom berwarna item yg saya simpen buat beberapa jagalah. Lantaran sesuai sama kepribadian saya. Keliatan muka Indri seneng banget demikian saya ngeluarin kondom. Di ambil kondom dari tangan saya sembari mencium bibir saya. Sejurus lalu dirobek bungkus kondomnya serta dipasangkan di konti saya dengan telaten.

Sesudah kepasang, Indri semakin siap buat masukin konti saya ke mekinya. Saya hanya duduk sembari ngeliat apa yg dia lakukan ke konti saya serta bagaimana muka dia setiap saat konti saya nyentuh mekinya.

Mata yg merem melek, serta desahan pelan cocok konti saya masuk sedikit untuk sedikit ke meki Indri. Mekinya basah banget, namun merasa sempit, mungkin saja lantaran telah lama tdk ada konti yg masukin.

Konti saya telah masuk seluruhnya ke dalam meki Indri. Ke-2 tangan dia ngelingker di leher saya, serta tangan saya megangin pinggul Indri sembari bantu tubuhnya naek turun diatas pangkuan saya.

“Aaahhh, dimasss, aaahhhhh yess aarrgghhh…. ” Hanya ini yg keluar dari mulut Indri yg keliatan nikmatin banget konti saya di dalam mekinya.

Saya cobalah buat lebih konsentrasi untuk sembari ngeremes serta ngisep puting payudara Indri yg daritadi berayun naik turun. Cocok putingnya masuk ke mulut saya, automatis kocokan Indri cuma dari panggulnya, tubuhnya dilewatkan diem agar gue dapat senang nikmatin toketnya waktu dia lagi asyik nikmatin konti saya.

Nyaris 15 menit saya diposisi demikian, saya gagasan buat ubah posisi. Saya tujukan Indri buat ubahan duduk serta buka lebar kakinya. Saya taro ke-2 kakinya di pundak saya, serta tangan saya yg telah siap ngeremes dua gunung cantik di dada Indri. Konti saya masukin lagi pelan-pelan ke dalam meki Indri sembari tangan pelan-pelan mulai remes payudara Indri.

Kesempatan ini desahan Indri semakin keras serta semakin meracau tdk terang.

“Arrggg, Dimass, masukin teruss masss arrrgggghhh” Teriak Indri demikian terlepas.
Saya juga genjot semakin cepet, sesekali saya kasih ciuman ke bibir Indri agar semakin romantis tetapi tetep penuh gairah.

“Dimas, saya keluar mass. Arrgggggg……… Anda kuat banget sih….. ”kata Indri dengan nada yg agak gak jelas

“Tahan sayang, saya juga ingin keluar…. ” Balas saya, sembari mempercepat lagi genjotan.

“Arrrggh sayang,, arrggghhh.. teruss aargggghh terussss…. ”

Saya rasakan tekanan yg sangatlah kuat dari konti saya, telah tdk dapat ditahan lantaran remasan kenceng dari meki Indri buat konti saya semakin tdk kuat buat berlama-lama serta,

“Aarggggggggggghhh saya keluarr arrrgghhh… ” Jerit Indri bersamaan dengan muncratnya pejuh dari konti saya.

Saya juga sedikit untuk sedikit memelankan genjotan konti saya, sampai saya keluarin konti dari dalam meki Indri. Cocok saya berdiri mendadak Indri megangin konti saya, dilepasnya kondom yg kepasang serta dimasukannya lagi konti saya ke mulutnya. Kesempatan ini saya ngerasa geli bukanlah kepalang, namun juga enak sewaktu yg berbarengan.

Rupanya Indri dengan bekas birahi yg ada bersihkan konti saya dari bekas sperma yg ada. Matanya yg melirik sesekali berupaya menangkap ekspresi muka saya cocok pacar ngehisap setelah konti saya sampai bersih dari pejuh.

“Enak banget deh mempunyai anda, mass… kuat banget lagi… ” kata Indri sembari selalu mengocok konti saya.

“Punya anda juga kuat juga, Indrrii… ” Balas saya sembari menundukan tubuh serta mencium bibir mungilnya.

“Nanti saya ingin lagi ya…. ” Kata Indri manja sembari meremas konti saya.

Kemudian, kami teruskan mandi berdua serta mengulangi aktivitas yg sama di kamar mandi serta di kamar tidur Indri hingga tengah malam mendekati. Indri memaksa saya untuk nginep di tempat tinggalnya yg nyatanya memanglah cuma terisi dianya hingga sebagian minggu ke depan lantaran orang tuanya yg bertandang ke tempat tinggal kerabat diluar kota.


Sejak peristiwa ini, saya serta Indri resmi pacaran. Indri yg tampak lugu nyatanya penggemar seks sama seperti seperti saya. Saya bersukur dapat dapet pacar seperti Indri

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply